Awal Gojek dan Grab berdiri mungkin secara tidak langsung mereka meniru model bisnis Uber yang mempertemukan antara penyedia alat transportasi dengan konsumen melalui aplikasi (ride hailing).Â
Tapi Gojek berbeda, melihat keadaan Jakarta yang macet, Gojek memulainya dengan transportasi motor. Bagaimanakah transformasi model bisnis Gojek dan Grab terjadi?
Gojek yang mulai dengan motor perlahan masuk ke transportasi mobil dengan Gocar. Walau pada awalnya harga yang ditawarkan belum bisa bersaing dengan Grab dan Uber yang sedang perang habis-habisan untuk menambah konsumen.
Bayangkan ketika tahun 2016, pertama kali menggunakan Grab. Â Saya mendapatkan dana senilai Rp 500 ribu, yang bisa digunakan untuk Grabcar dan Bike. Hal ini juga berlaku dengan Uber walau nilainya tidak sebesar Grab.
Kemudian Grab dan Uber perang diskon. Enaknya sebagai konsumen saat itu adalah bisa membandingkan mana yang lebih besar diskonnya dan baru pesan. Sangat menguntungkan bagi konsumen.
Sekarang ini semuanya sudah berubah. Uber sudah menjual bisnis mereka ke Grab, Gojek dan Grab bukan lagi sekadar aplikasi ride hailing tetapi sudah bermacam layanan yang mereka sediakan.
Makanan
Gojek meluncurkan GoFood sekitar tahun 2015, sekarang ini diperkirakan sudah memiliki sekitar 400 ribu penjual makanan yang bekerja sama. 50 juta order makanan per bulan atau sekitar 1,7 juta order per hari yang dilayani oleh GoFood di Indonesia, Vietnam dan Thailand.
Pada tahun 2018 omzet GoFood adalah sekitar USD 2 miliar.
GrabFood yang masih beta pada tahun 2016, sekarang ini sudah melayani sekitar 200 kota di Indonesia. Pengiriman makanan tumbuh 100 persen dibanding tahun 2018. Di Vietnam GrabFood melayani sekitar 300 ribu order makanan per hari.
Bisnis makanan Gojek dan Grab itu lebih menguntungkan dibandingkan transportasi. Menurut Presiden Gojek Andre Soelistyo, nilai bisnis makanan sekarang ini sudah hampir dua kali lipat dibandingkan dengan transportasi.
Selain itu bisnis makanan ini juga lebih menguntungkan dibanding transportasi. Karena perusahaan seperti Gojek dan Grab mendapatkan dua komisi, yaitu komisi dari biaya antar dan komisi dari harga makanan.
Karena semua transaksi bisnis ini terjadi di dalam ekosistem mereka. Tak mungkin Anda pesan makanan di GoFood dan minta diantar menggunakan GrabBike.
Oleh sebab itu sekarang ini kalau diperhatikan perang antara Gojek dan Grab berlangsung di layanan makanan. Jika Anda memiliki aplikasi Gojek dan Grab coba dicek, promo layanan mana yang sedang gencar dilakukan?
Usaha menambah penjual juga gencar dilakukan. Grab menurut seorang rekan penjual makanan, berani memasukkan merchant GoFood ke dalam ekosistem mereka tanpa rekan ini mendaftar. Ketika rekan ini dihubungi oleh Grab dikatakan ada rekomendasi konsumen Grab. Selama rekan ini belum resmi bergabung ke GrabFood maka transaksi dengan driver Grab yang memesan dilakukan tunai dan tanpa potongan komisi.
Itulah persaingan.
Layanan lain
Butuh pemijat, pembersih rumah, servis AC, cuci baju, servis mobil, cuci motor dan masih banyak lagi layanan lain yang bisa kita pesan di aplikasi Golife. Golife adalah aplikasi pecahan Gojek yang mungkin diperlukan demi untuk menampung semua layanan yang diberikan oleh Gojek grup.
Di aplikasi Gojek sendiri berbagai macam layanan tersedia. Mulai dari pembayaran tagihan, beli pulsa, belanja, beli makanan dan lainnya.
Grab tidak mau kalah, sekarang ini Grab juga menawarkan pemesanan hotel, belanja, pembelian tiket bus dan lainnya.
Semua ini layanan berada dalam satu ekosistem, satu aplikasi, aplikasi yang sangat multifungsi.
Dompet Digital
Seingat saya, Gojeklah yang pertama kali memperkenalkan dompet digital di dalam aplikasinya. Inilah visi dari tim Gojek yang menurut saya sangat bagus.
Karena dompet digital seperti Gopay dan Ovo adalah perekat dan pelumas dari transaksi di aplikasi super atau mungkin lebih tepat sistem.
Di dalam dunia e-dagang dikenal istilah konversi (conversion rate), yang artinya adalah berapa persen yang akhirnya melakukan transaksi setelah melihat barang yang diminati di sebuah situs atau aplikasi. Rata-rata hanya sekitar 2-3 persen, misalnya 100 orang melihat sebuah barang maka hanya sekitar 2 sampai 3 orang yang akhirnya membeli.
Dengan adanya dompet digital di dalam sebuah aplikasi seperti Gopay maka konsumen tidak perlu keluar dari aplikasi untuk membayar. Keluar dari aplikasi yang menyebabkan banyak orang berubah pikiran dan membatalkan pembelian.
Masa Depan
Terlihat transformasi model bisnis Gojek dan Grab dari sekadar perusahaan ride hailing menjadi aplikasi super, apa lo mau gua ada. Transformasi yang malah terlihat ditiru Uber menurut saya. Bagaimana di masa depan?
Baca juga: Mengenal istilah Model Bisnis
Tidak ada yang tetap di dunia ini kecuali perubahan. Driver Gocar dan Grabcar mungkin perlu waspada. Kemungkinan dalam waktu sekitar 10-20 tahun lagi, para sopir ini akan digantikan dengan mobil otonom listrik, yang tidak membutuhkan sopir.
Selama banyak kota di Indonesia masih macet, saya pikir Gojek dan Grabbike masih akan diminati. Tetapi ketika transportasi umum sudah berkembang menjadi mudah dan nyaman, mungkin saja perlahan-lahan layanan ini akan mati.
Layanan antar makanan dan barang masih akan tetap dibutuhkan, penggunaan motor jauh lebih cepat dan efisien dibanding mobil yang digunakan Uber di Amerika Serikat. Tetapi percobaan penggunaan drone untuk pengiriman sudah mulai banyak dilakukan. Sehingga tidak tertutup kemungkinan suatu saat para mitra layanan pengiriman ini akan digantikan oleh drone. Semuanya tergantung dari biaya.
Penjual makanan mungkin saja suatu saat tukang masaknya digantikan oleh robot. Tetapi saya yakin pemiliknya tetap manusia, sehingga akan bertahan.
Gojek dan Grab di masa depan tetap bisa menjadi penghubung untuk melayani kebutuhan-kebutuhan orang banyak. Terlebih lagi jika makin banyak orang yang menggunakan Gopay atau OVO sebagai dompet digital.
Semua ini hanya bayangan masa depan pribadi, yang bisa tepat tetapi bisa juga salah.
Referensi: Bloomberg.com
Salam
Hanya Sekadar Berbagi
Ronald Wan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H