5G adalah sebuah teknologi yang akan menggantikan 4G dalam melakukan komunikasi dan penyaluran data. Secara teori 5G akan bisa lebih cepat 100 kali dibandingkan dengan 4G. Sebuah keharusan bagi teknologi seperti mobil otonom yang membutuhkan kecepatan akses data mumpuni. Bagaimana hubungan 5G, Sapi dan Cuaca?
Di sisi lain 5G adalah sumber dari pertikaian pemerintah AS dengan Huawei. Baca: Apa penyebab Huawei dibenci Amerika Serikat? Â
Sapi di Inggris
Indonesia sekarang ini masih berusaha untuk memeratakan akses internet cepat 4G ke seluruh negeri. Bagi kita yang tinggal di kota besar saja, terkadang sinyal 4G masih belum stabil. Jadi penduduk Indonesia belum bisa bermimpi untuk menggunakan jaringan 5G yang belum dibangun.
Sapi di Inggris malah lebih dulu bisa mencoba jaringan 5G dibandingkan dengan banyak orang di dunia. Sebuah percobaan yang dilakukan oleh Cisco, menggunakan 5G untuk pemerahan susu sapi.
Sekitar 50 ekor sapi di Inggris menggunakan kalung pintar yang terhubung dengan jaringan 5G. Untuk mengatur robot yang melakukan pemerahan. Sangat sederhana, sistem akan mendeteksi ketika sapi memasuki tempat pemerahan. Jika terdeteksi maka robot akan memulai proses pemerahan.
Cisco melakukan percobaan ini untuk melihat seberapa bagus jaringan 5G di pedesaan yang dibuat oleh Cisco.
Satelit Cuaca
Apa pun juga di dunia ini selalu memiliki efek positif dan negatif. Begitu juga dengan teknologi 5G.
Tony McNally seorang pejabat European Centre for Medium-Range Weather Forecasts di Inggris mengatakan " 5G bisa mengancam kemampuan kami untuk dapat melakukan prakiraan cuaca. Yang pada akhirnya bisa berpengaruh terhadap mati atau hidupnya manusia."
Prakiraan cuaca sangat penting terutama di negara 4 musim seperti di Inggris. Turunnya suhu yang ekstrem di musim dingin misalnya bisa mengakibatkan kematian bagi orang-orang yang masih berada di luar rumah.
Kekhawatiran ini disebabkan oleh penggunaan frekuensi yang sama dengan yang digunakan oleh satelit cuaca untuk membaca perubahan di bumi. Sebagai contoh frekuensi 23,8 GHz, ternyata air memancarkan sinyal yang tidak terlampau kuat di frekuensi ini. Satelit cuaca akan mengumpulkan data mengenai air yang beredar di frekuensi 23,8 GHz, kemudian data ini digunakan untuk memprakirakan kapan sebuah badai akan mulai.
Kekhawatiran ini menjadi kenyataan ketika Badan Komunikasi Federal Amerika Serikat mulai melakukan lelang frekuensi yang berdekatan dengan 23,8 GHz. Ketika frekuensi ini mulai digunakan untuk 5G maka satelit tidak lagi bisa mendapatkan data yang akurat. Karena dikotori oleh sinyal telekomunikasi.
Akibatnya tingkat akurasi prakiraan cuaca akan menurun.
**
5G memang menarik untuk ditunggu realisasinya. Sebuah jaringan yang bisa mengubah banyak hal di dunia. Termasuk terwujudnya revolusi industri 4.0. Baca: Revolusi Industri 4.0 dan Pengembangan SDM
Sapi mengalahkan banyak manusia dalam merasakan kecepatan teknologi 5G. Namun di balik keunggulannya, 5G berpotensi untuk mengacaukan satelit cuaca.
Sebuah hal yang baru memang selalu butuh penyempurnaan sebelum akhirnya bisa memberikan dampak positif yang lebih banyak dibandingkan dengan dampak negatifnya.
Referensi: The Guardian; Engadget
Salam
Hanya Sekadar Berbagi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H