Mohon tunggu...
Ronald Wan
Ronald Wan Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Love to Read | Try to Write | Twitter: @ronaldwan88

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Dari Klaim ke Klaim Kampanye Akbar 02

9 April 2019   05:30 Diperbarui: 9 April 2019   05:39 1845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam berita itu ditulis "Prabowo mengatakan, diperkirakan ada ratusan ribu pendukung yang hadir. Bahkan, karena begitu banyak yang hadir, sampai-sampai tidak cukup masuk ke dalam stadion."

Pada hari yang sama 7 April 2019 pukul 19.43, Kompas.com melansir berita berjudul "Prabowo Sebut 1 Juta Pendukungnya Hadir Saat Kampanye Akbar"

Dalam berita itu ditulis "Panitia, berapa yang sudah hadir di sekitar Senayan? 1 juta lebih," ujar Prabowo di sela-sela kampanyenya.

Mungkin Prabowo lupa dengan yang diucapkan pada awal kampanye sehingga menjelang akhir kampanye klaim jumlah peserta kampanye akbar naik menjadi satu juta. Atau bisa jadi pembisik Prabowo yang tidak menyimak pidato awal sehingga salah kasih data. Mungkinkah Kompas.com yang sekarang ini dipuja puji kubu 02 karena Litbang Kompas mengatakan elektibilitas paslon 01 di bawah 50 persen, salah kutip?

Lepas dari itu semua Kompas.com juga mengatakan bahwa kapasitas maksimal GBK beserta ring luar adalah 461.219. Kompas mendapatkan angka ini menggunakan Mapchecking dengan asumsi 7 orang per meter persegi dan luas GBK adalah 65.888 meter persegi.

Siapakah yang bisa dipercaya?

Apakah ini yang disebut kampanye akal sehat?

Berbohonglah Dengan Pintar

Pengalaman pribadi, pada masa SMP saya kabur dari sekolah dan pergi ke Pasar Baru (Jakarta). Sebuah kebodohan, karena Pasar Baru relatif dekat dengan sekolah saya dan kemungkinan guru main ke sana cukup besar. Jika saya pergi ke Blok M maka mungkin kemungkinan ketahuan akan lebih kecil.

Untungnya saya polos dan mengaku ke orang tua bahwa saya bolos. Sehingga ketika orang tua dipanggil ke sekolah tidak kaget. Sebuah contoh berbohong yang tidak pintar.

Contoh berbohong tidak pintar lainnya adalah hoaks foto tentang Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berpose salam dua jari.

Kompas.com
Kompas.com
Terlihat kebodohan yang dilakukan (lingkaran merah). Logo PhotoGrid sebuah aplikasi edit foto masih tampak di pojok kanan foto editan tersebut. Padahal aslinya adalah foto Sandi Uno yang berpose dengan Teuku Riefky. (Kompas.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun