Mohon tunggu...
Ronald Wan
Ronald Wan Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Love to Read | Try to Write | Twitter: @ronaldwan88

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

"Dilan" Jokowi Amin vs "Dilan" Prabowo Sandi

2 April 2019   10:28 Diperbarui: 2 April 2019   10:37 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adegan Dilan 1990 (Kompas.com)

Dilan 1990 adalah sebuah film populer yang berkisah tentang anak SMA tahun 1990. Sebuah film yang membawa nostalgia bagi generasi X tetapi sangat disukai oleh generasi milenial. Sekuel film ini Dilan 1991 sudah menembus 5 juta penonton. Jokowi dalam debat keempat juga sempat menyebut tentang Dilan namun berarti digital melayani.

Dilan Jokowi Amin

Jokowi dalam beberapa debat terlihat sangat paham tentang kemajuan teknologi. Waktu menjadi Gubernur DKI, beliau juga sudah memulai untuk mengubah pemerintah dari tradisional ke digital. Misalnya dengan e-Budgeting dan e-Procurement.

Pola ini berlanjut ketika Jokowi menjadi presiden. Terbaru adalah kebijakan perizinan berbasis digital yang diberi nama One Single Submission (OSS). Sehingga diharapkan nantinya semua perizinan sampai ke daerah bisa dilakukan tanpa perlu bertemu muka dengan pejabat terkait. Akan mengurangi potensi terjadinya kong kalikong.

Calon wakil presiden, KH Ma'ruf Amin dalam debat cawapres juga terlihat fasih berbicara tentang tol langit. Sebuah infrastruktur jaringan komunikasi dan data berbasis satelit serta jaringan kabel fibre optic. Atau lebih populer disebut dengan Palapa Ring.

Perhatian Jokowi terhadap pengaruh teknologi digital untuk melayani masyarakat juga terlihat ketika CEO Bukalapak Ahmad Zaky, yang kurang bijaksana dalam bermedia sosial, datang dan minta maaf kepada Jokowi. Langsung Jokowi memerintahkan pendukungnya untuk tidak lagi berpolemik tentang cuitan Zaky dan menghentikan gerakan uninstall Bukalapak.

Karena memang situs e-dagang seperti Bukalapak, Tokopedia dan Blibli bisa membantu UMKM untuk memperluas pasarnya. Dari lokal berkembang menjadi pasar nusantara dan tidak tertutup kemungkinan berkembang lagi ke pasar internasional.

Fasihnya kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden 01 ini terhadap teknologi terkini. Membawa optimisme bahwa kedua calon ini akan mampu membawa Indonesia menghadapi tantangan di masa depan. Terutama menghadapi tantangan revolusi industri 4.0.

Baca "Revolusi Industri 4.0 dan Pengembangan Angkatan Kerja"

Digital Melayani (Dilan Jokowi Amin) terlihat akan bisa terlaksana.

Dilan Prabowo Sandi

Prabowo dalam debat pernah bertanya ulang ketika ditanya oleh Jokowi tentang Unicorn. Beliau bertanya "yang online-online ya Pak". Terlihat bahwa Prabowo kurang paham atau minimal tidak terlalu peduli terhadap perkembangan usaha rintisan. Jika memang sangat paham tidak akan ada pertanyaan tersebut.

Hal yang perlu diingat adalah tidak semua usaha rintisan dan Unicorn itu adalah usaha online. Karena usaha rintisan bisa dalam bisnis apa saja. Jika Anda memiliki usaha rintisan resto pun, jika mampu mengumpulkan investor yang bisa menginvestasikan USD 1 miliar maka usaha rintisan Anda berhak disebut Unicorn.

Baca "Ternyata ada Unicorn yang bisa terbang"

Dalam debat kemarin (30/3/2019), Prabowo masih membicarakan tentang teknologi informasi. Sekarang ini orang sudah membicarakan big data, artificial intelligence, internet of things. Teknologi informasi adalah masa lalu yang memang merupakan dasar tetapi boleh dibilang sudah tidak dibicarakan lagi di dunia teknologi.

Kalau memang seorang calon presiden hanya peduli tentang hal yang dia pahami. Dalam hal ini seperti dalam debat terakhir, Prabowo mengatakan "Saya lebih TNI daripada TNI" yaitu pertahanan dan militer.

Asal bapak senang (ABS) sangat bisa terjadi di luar bidang yang dipahami. Misalnya dalam bidang teknologi. Jangan sampai terjadi calon presiden terjebak dalam "Dilan 1990" atau dengan kata lain terjebak dalam nostalgia. Era keemasan tahun 1990an.

Beruntung, calon wakil presiden Sandiaga Uno masih terlihat paham dengan pentingnya kemajuan teknologi. Seperti ide menggunakan e-KTP sebagai satu-satunya kartu untuk program sosial pemerintah karena ini memiliki teknologi dengan big data, single identity number.

Sehingga mungkin kekurangan Prabowo bisa ditutupi. Namun sayangnya, Sandi lupa sebuah teknologi yang bagus butuh program. Bayangkan ketika kita memiliki Samsung S10 dan hanya digunakan untuk chatting, instagram dan facebook.

Dan sampai sekarang saya masih belum menemukan program apa yang akan dilakukan Prabowo Sandi dengan satu kartu e-KTP. Selain pernyataan Sandi pada saat debat "PKH kita tambah PKH Plus di dalam program yang hanya membutuhkan KTP ini" alias meniru program Jokowi Amin ditambah kata plus. Serta program OKE-OCE yang coba dinasionalkan.

Baca "Satu Kartu Mungkin ide bagus, tapi programnya?"

Kata Dilan

Dilan berkata kepada Millea "Rindu itu berat, Kamu nggak akan kuat. Biar aku saja"

Di zaman now, saya ingin mengatakan

Menjadi Presiden Indonesia itu berat

Kamu nggak akan kuat

Biar Jokowi dibantu Ma'ruf Amin Saja

Untuk periode 2019-2024

Salam

Hanya Sekadar Berbagi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun