Penutupan pemerintahan Amerika Serikat (AS) baru saja berakhir pada Jumat 25 Januari 2019 kemarin. Akibat penutupan ini AS kehilangan USD 11 miliar dari nilai ekonominya.
Conggressional Budget Office (CBO) sebuah badan federal yang berada di bawah wewenang legislatif AS menyampaikan bahwa AS kehilangan USD 11 miliar dari nilai ekonomi akibat penutupan pemerintahan AS selama 35 hari dan merupakan yang terlama dalam sejarah.
Penutupan ini adalah akibat Donald Trump tidak mau mengalah mengenai anggaran pembangunan tembok perbatasan dengan Meksiko sebesar kurang lebih USD 5,7 miliar.
Dengan kemenangan Partai Demokrat di pemilu sela dan menjadi mayoritas di Dewan Perwakilan (House of representative) maka Trump tidak bisa lagi seenaknya dalam memerintah AS. Selengkapnya baca " Mengapa Pemilu Sela AS Penting bagi ekonomi"
Sekitar USD 3 miliar nilai ekonomi AS akan hilang secara permanen dan sisanya akan bisa kembali seiring mulai berfungsinya pemerintahan. Namun jangan lupa anggaran AS yang disetujui sekarang ini hanyalah anggaran sementara dan akan berakhir di pertengahan Februari 2019.
Sehingga ada kemungkinan bahwa pemerintah AS bisa tutup lagi jika tidak tercapai kesepakatan APBN untuk tahun 2019.
Nilai ekonomi AS kehilangan USD 3 miliar atau 0,1 persen pada kuartal empat 2018. Kuartal satu 2019 lebih parah dengan hilangnya USD 8 miliar atau 0,2 persen PDB.
Prediksi CBO tentang kebijakan bunga The Fed
CBO memprediksi bahwa The Fed atau bank sentral AS akan melanjutkan peningkatan target suku bunga. Atau dengan kata lain akan meningkatkan suku bunga  di tahun 2019.
Analisa CBO adalah dengan peningkatan suku bunga maka akan mendorong peningkatan suku bunga riil sehingga menjaga tingkat inflasi agar tidak terlalu jauh melenceng dari target sebesar 2 persen per tahun.