Perang dagang AS (Amerika Serikat) dan China masih belum berakhir. Setelah Donald Trump dan Xi Jinping bertemu di Argentina, kedua pihak sepakat untuk memberlakukan gencatan senjata selama 90 hari yang akan berakhir di bulan Maret 2019.
Jika sampai saat tersebut masih belum tercapai kesepakatan maka AS akan menerapkan kenaikan tarif dari 10 persen yang berlaku sekarang ini menjadi 25 persen untuk produk impor eks China. Perang dagang yang masih menjadi tantangan ekonomi 2019.
Baca: Apa Saja Tantangan Ekonomi 2019?
Awal Januari kemarin kedua pihak sudah bertemu di China, namun belum ada kesepakatan yang mengikat.
Di bawah ini adalah beberapa gosip tentang negosiasi perang dagang AS dan China. Kenapa saya sebut gosip? Karena ini adalah bocoran dari beberapa sumber kepada media, bukan pernyataan resmi.
China akan meningkatkan impor dari AS
Sumber Bloomberg mengatakan bahwa China menawarkan sebuah solusi untuk mengurangi defisit perdagangan AS dan China.
Penawaran yang diberikan adalah peningkatan impor dari AS. Peningkatan ini akan dilakukan secara bertahap sehingga pada tahun 2024 defisit perdagangan AS dan China yang mencapai USD 323 miliar tahun 2018 akan menjadi nol. Nilai impor yang ditawarkan mencapai sekitar USD 1 triliun atau kurang lebih senilai besaran ekonomi Indonesia.
Namun penawaran yang diberikan pada negosiasi di China tidak disambut dengan baik oleh pihak AS. AS pesimis hal ini bisa dilakukan.
AS menuntut peninjauan secara berkala
Amerika Serikat menuntut agar ada peninjauan secara berkala mengenai reformasi pasar China sebagai syarat perjanjian dagang AS dan China. Hal ini dikatakan oleh seorang sumber dari AS ke Reuters.
Jika China melanggar atau tidak memenuhi janji reformasinya maka tarif untuk barang eks China akan kembali dikenakan. Sumber dari China mengatakan kepada Reuters tuntutan ini masih belum jelas tentang berapa lama sekali peninjauan dilakukan.
Sumber yang sama mengatakan bahwa tuntutan semacam ini mempermalukan China. Namun berharap kedua pihak dapat mewujudkan kesepakatan yang bisa membantu China mempertahankan kehormatannya.
AS berencana membatalkan negosiasi kedua
CNBCÂ memberitakan bahwa seorang sumber mereka mengatakan Gedung Putih menolak rencana negosiasi kedua yang akan dilangsungkan akhir bulan Januari 2019 di AS. Atau dengan kata lain AS membatalkan negosiasi kedua.
Namun Gedung Putih membantah hal tersebut dan mengatakan bahwa sekarang ini persiapan negosiasi kedua yang akan melibatkan wakil premier China Liu He atau pertemuan tingkat tinggi masih dilanjutkan.
Penasihat Gedung Putih Larry Kudlow juga membantah pembatalan negosiasi kedua.
Tetapi kalau membaca cuitan Trump,
China posts slowest economic numbers since 1990 due to U.S. trade tensions and new policies. Makes so much sense for China to finally do a Real Deal, and stop playing around!Â
Bisa saja AS merasa besar kepala dan hendak menekan China. Sebuah tindakan yang bisa mengakibatkan tensi perang dagang meningkat lagi, mengingat Xi Jinping tidak akan mudah mengalah di bawah tekanan.
Salam
Hanya Sekadar Berbagi
Tulisan ini juga ditayangkan di situs pribadi penulis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H