Salah satu yang terakhir adalah adanya isu Trump sedang mewacanakan pemecatan Jerome Powell, Gubernur Bank Sentral AS. Indeks Wall Street langsung rontok walaupun akhirnya wacana tersebut dibantah oleh gedung putih.
Sekarang ini pemerintah AS sedang lumpuh akibat tidak disetujuinya anggaran untuk membangun tembok perbatasan dengan Meksiko. Salah satu janji kampanye yang ingin diwujudkan oleh Trump.
Demokrat berhasil memenangkan pemilu sela dan menguasai Dewan Perwakilan AS. Ada harapan bahwa Trump akan bisa sedikit lebih dikendalikan sehingga ada kepastian tentang arah kebijakan AS.
Baca" Mengapa Pemilu Sela AS 2018 Penting?"
Psikologis
Sejarah memang mencatat bahwa ada sebuah pola berulang yaitu terjadinya krisis ekonomi setiap 10 tahun sekali. Indonesia mengalaminya di tahun 1998 dan mengalami gejolak yang lebih kecil di tahun 2008.
Saya melihat bahwa pelaku pasar masih khawatir akan terjadinya hal ini. Sehingga kejadian kecil bisa dianggap lebih besar yang pada akhirnya bisa memicu krisis akibat panik. Pertanyaannya adalah 2018 sudah hampir berlalu, apakah akan terjadi krisis di tahun 2019? Sampai saat ini belum terlihat tanda-tandanya namun kewaspadaan tetap harus dijaga, tetapi bukan berarti harus panik.
Tantangan Indonesia
Selain tantangan eksternal seperti yang disebutkan di atas. Indonesia mengalami defisit transaksi berjalan yang semakin melebar. Baca "Apakah dolar AS menguat atau Rupiah Melemah?"
Neraca perdagangan yang merupakan bagian dari neraca transaksi berjalan mengalami defisit yang cukup parah di bulan November 2018 yaitu sebesar USD 2,05 miliar dengan akumulasi Jan-Nov 2018 mencapai USD 7,52 miliar.
Defisit neraca perdagangan ini penyebab utamanya adalah impor minyak dan gas yang cukup tinggi akibat tingginya harga minyak. Defisit ini mencapai USD 12,15 miliar akumulasi Jan-Nov 2018. Katadata.co.id