Spekulan, kelemahan Indonesia di atas akan menarik spekulan yang ingin mengambil untung dari pelemahan Rupiah (spekulan kelas dunia, mungkin masih ingat dengan George Sorros tahun 1998)
Namun tidak bisa dipungkiri bahwa di Indonesia juga banyak orang yang ingin melindungi kekayaannya dengan membeli dollar AS atau mata uang asing lainnya. Selain juga ingin mendapatkan keuntungan dari pelemahan Rupiah.
************
Saat ini dollar memang sedang menguat tetapi juga Rupiah sedang mengalami pelemahan. Keduanya menyebabkan nilai tukar Rupiah mengalami tekanan dan turun sekitar 8,52% sejak awal tahun (Bloomberg, per Jumat 31 Agustus 2018).
Dan jika dibandingkan dengan Ringgit Malaysia dan Dollar Singapura mengalami pelemahan yang lebih besar. Namun masih lebih baik jika dibandingan dengan India, Turki dan Argentina, apalagi Venezuela.
Ekonomi Indonesia masih bertumbuh 5,2% di kuartal dua 2018, inflasi masih terjaga di kisaran 3,5% dengan cadangan devisa sekitar US$ 118 miliar.
Janganlah dibandingkan dengan Argentina yang ekonominya kontraksi alias minus, Baca"Mengapa Krisis Argentina Bisa Terjadi" dan inflasi di atas 30%.
Atau juga dengan Turki yang inflasinya mencapai sekitar 15% dengan utang jangka pendeknya yang mencapai US$ 181 miliar miliar. Baca"Mengapa Lira Turki Ambruk"
Kedua negara Argentina dan Turki mengalami pelemahan yang dalam salah satunya adalah akibat campur tangan pemerintah ke bank sentral yang seharusnya independen. Sehingga menurunkan kepercayaan investor.
Tetapi bukan berarti Indonesia bisa leha-leha. Kewaspadaan dan tindakan seperti Bank Indonesia meningkatkan suku bunga serta pemerintah yang akan membatasi impor. Juga mengevaluasi proyek infrastruktur adalah hal yang tepat.
Selain itu pemerintah memberlakukan B20 untuk solar yang diharapkan bisa mengurangi impor minyak. Industri wisata juga coba terus diperkuat untuk mendapatkan devisa.