Mohon tunggu...
Ronald Wan
Ronald Wan Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Love to Read | Try to Write | Twitter: @ronaldwan88

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rasa Ingin Tahu yang Bukan Hanya Bisa Menjadi Bahan Tulisan

27 Juli 2018   10:16 Diperbarui: 27 Juli 2018   10:22 827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasa ingin tahu adalah sebuah hal yang sangat penting dalam kehidupan seorang manusia. Tanpa sebuah rasa ini keinginan untuk belajar tentang sesuatu yang baru akan mati. Mungkin kalau boleh dibilang jika seseorang telah mati rasa ingin tahunya maka matilah jiwa orang tersebut.

Karena tanpa rasa ingin tahu, kita akan berhenti belajar.

Seringkali tulisan yang saya buat terinspirasi dari rasa ingin tahu. Misalnya seorang ekonom mengatakan bahwa Zimbabwe mengganti mata uangnya demi penghapusan utang. Tergelitik rasa ingin tahu, apakah memang begitu?

Baca: Apakah Zimbabwe mengganti mata uangnya demi penghapusan utang?

Hasil mencari tahu demi kepuasan batin, ternyata bukan itu yang terjadi. Tetapi ada beberapa hal yang terjadi sehingga akhirnya Zimbabwe mengadopsi Yuan sebagai salah satu mata uang resminya.

Beberapa waktu ini juga sedang ramai dibahas mengenai bagaimana batas kemiskinan BPS yang sekitar Rp 400 ribu per bulan bisa memenuhi kebutuhan hidup?

Yang harus diketahui adalah standar kemiskinan ini hanyalah untuk satu orang. Jadi misalnya dalam sebuah rumah tangga ada tiga orang anggota maka Rp 400 ribu dikalikan dengan tiga. Jadi totalnya menjadi Rp 1,2 juta per bulan, dibawah itu dianggap miskin.

Jika kita mau jujur, masak untuk satu orang dan untuk tiga orang perbedaannya hanyalah sedikit. Karena biasanya hanya dengan tambahan sejumlah lauk dan lebih banyak nasi tambahannya tidaklah besar.

Pertanyaan yang sebaiknya ditanyakan, apakah standar kemiskinan ini sudah ideal?

Saya berpendapat belum seharusnya diperbaiki dan digunakan angka pendapatan sehingga bisa lebih jauh mengurangi kemiskinan.

Tetapi standar ini sudah digunakan oleh BPS sejak tahun 1998. Jadi tidak salah juga jika pemerintahan Jokowi-JK mengklaim bahwa inilah pertama kali persentase kemiskinan Indonesia bisa di bawah 10%.

Harus digarisbawahi bahwa tidak ada perubahan standar garis kemiskinan sejak tahun 1998. Jadi mungkin harus mulai dipikirkan untuk memperbaiki standar ini.

Ini adalah contoh mencari tahu demi memuaskan keingintahuan pribadi.

Berkembangnya zaman membuat membaca berita semakin mudah. Zaman dahulu orang harus usaha untuk mencari koran dan majalah untuk mendapatkan berita. Sekarang dengan ponsel pintar kita bisa membaca berita secara gratis dan berita tersebut akan diperbaharui dalam kisaran menit bukan lagi hari.

Tetapi menyebarkan hoaks di zaman ini juga semakin mudah. Bukan hanya dengan membuat situs yang seakan menyiarkan berita yang benar. Dengan modal Whatsapp malah bisa jadi akan lebih mudah viral.

Di India sudah ada beberapa korban pesan di Whatsapp yang bukan hanya sekadar mempermalukan namun mencabut nyawa sang korban.

Rasa ingin tahu menurut saya juga merupakan sarana untuk menghentikan penyebaran hoaks. Dengan rasa ingin tahu kita akan tergelitik untuk mencari tahu kebenaran sebuah kabar yang tersebar di luar media utama.

Rasa ingin tahu sebuah rasa yang saya pikir sangat berguna serta bisa menambah pengetahuan.

Salam

Hanya Sekadar Berbagi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun