Mohon tunggu...
Ronald Wan
Ronald Wan Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Love to Read | Try to Write | Twitter: @ronaldwan88

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menikmati Makanan Sebagai Makanan

20 Juni 2018   09:49 Diperbarui: 20 Juni 2018   10:01 712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.thecut.com

Anthony Bourdain meninggalkan dunia ini tanggal 8 Juni 2018 di Perancis.

Anthony adalah seorang pembawa acara TV, penulis, Chef dan mungkin boleh dibilang seorang budayawan yang telah melanglang buana ke seluruh penjuru dunia. Untuk membahas tentang makanan dan budaya.

Saya pribadi merupakan salah seorang penggemar acara TV yang dibawakan oleh Anthony. No Reservations merupakan sebuah acara tentang makanan yang saya bilang unik. Bukan hanya membahas tentang makanan tetapi apa saja yang terlintas di dalam kepala Anthony.

Sambil memegang sebatang rokok dan segelas bir (awal awal No Reservations), Anthony akan berbicara dengan seorang yang tahu tentang daerah setempat. Tentu saja ditemani dengan makanan yang khas dari sekitarnya.

Bukan hanya restoran yang besar dan mahal. Anthony tidak ragu untuk duduk di emperan sebuah toko di Vietnam misalnya untuk menikmati semangkuk mie. Hal ini yang membuat acara yang dibawakan oleh Anthony menjadi berbeda dengan acara tentang lainnya.

Dia tidak berusaha untuk mengajari orang tentang bagaimana memasak. Tetapi dari cara Anthony menikmati makanan tersebut kita akan tahu bahwa memang makanan itu enak dan patut dicoba jika ada kesempatan.

Di acara yang dibuat oleh CNN, Parts Unknown. Budaya disajikan lebih kental, bukan hanya sekedar pemanis. Tetapi bagaimana misalnya budaya di balik  makanan yang bisa menjadi pemersatu keluarga  dengan makan menggunakan satu piring bersama.

Budaya dan Makanan

Makanan memang tidak terlepas dari budaya. Sebagai contoh rendang yang dikatakan sedikit terpengaruh oleh masakan kari yang berasal dari India. Namun dengan paduan budaya Minang akhirnya membentuk suatu makanan yang baru yaitu rendang.

Masakan peranakan di Malaysia juga merupakan suatu perpaduan budaya Tiongkok dan Melayu yang akhirnya menghasilkan makanan yang baru. Bukan makanan Tionghoa ataupun Melayu.

Tahu yang berasal dari Tiongkok juga mungkin yang menjadikan Indonesia bisa membuat tempe yang sama-sama dari kedelai. Namun tempe pun sekarang ini bukan hanya terbuat dari kedelai.

Sumber daya sekitar juga akan mempengaruhi bagaimana makanan khas setempat. Di pesisir mungkin akan lebih banyak menu ikan dibandingkan dengan pegunungan. Jawa Barat yang banyak menghasilkan sayuran, membuat masyarakatnya menyukai lalap dengan sambal yang mantap.

Keringat

Dalam sebuah artikel yang ditulis Anthony Bourdain "Don't Eat Before Reading This" di The Newyorker tahun 1999, dikatakan bahwa di dapur sebuah resto tidaklah seindah bagaimana yang digambarkan di dalam sebuah acara TV.

Penggunaan pelindung rambut jarang dilakukan atau topi chef yang tinggi dan putih itu sebenarnya berbahaya. Karena kalau jatuh ke kompor bisa menimbulkan kebakaran. Walaupun memang kebersihan tetap dijaga semaksimal mungkin.

Inilah yang mungkin bisa menjadi pembenar becandaan yang mengatakan bahwa keringat seorang tukang masak akan mempengaruhi keenakan makanan. Keringat yang tentunya jika diisi denga'n kecintaan akan pekerjaannya yang membuat makanan akan lebih enak.

Makanan sebagai Makanan

Di era digital sekarang ini, makanan terkadang sudah bukan lagi dinikmati sebagai makanan. Tetapi terkadang kita pamer bahwa kita pernah makan di suatu tempat yang kekinian.

Sibuk membuat foto yang indah untuk bisa dipamerkan di sosial media. Terkadang pergi ke sebuah resto hanya karena tempat tersebut instagramable bukan lagi karena makanan yang disajikan memang harus dicoba karena enak.

Makanan sebaiknya dinikmati sebagai makanan. Tidak peduli disajikan di emperan, resto kelas kampung, resto di mall bahkan resto berbintang Michelin. Katakan enak dan datang kembali, lupakan jika memang mengecewakan atau sudah tidak seenak dulu.

Rest in Peace Anthony Bourdain.

Referensi "Newyorker"

Salam
Hanya Sekadar Berbagi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun