Mohon tunggu...
Ronald Wan
Ronald Wan Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Love to Read | Try to Write | Twitter: @ronaldwan88

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Dari Lokal ke Global, Jangan Sekadar Mimpi

6 Juni 2018   16:30 Diperbarui: 6 Juni 2018   16:40 1073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Susan Dietch (dok Ronald Wan)

Batas negara dalam dunia masih ada, kita membutuhkan paspor dan visa untuk masuk ke negara lain. Kecuali ada perjanjian khusus yang membolehkan kita melewati batas dua negara tanpa salah satu atau kedua dokumen tersebut.

Arus keluar masuk barang antar negara juga harus mengikuti aturan masing-masing negara. Baik berupa ijin maupun bea atau pajak yang harus dibayarkan.

Tetapi dengan adanya internet, batas antarnegara boleh dibilang sudah tidak ada lagi. Situs yang dibuat suatu negara akan bisa dijelajahi oleh warga dunia, hampir tanpa batas asalkan memiliki akses internet.

China yang membatasi akses internet pun terkadang masih harus menutup mata dengan kebocoran pagar mereka. Ada teknologi yang bisa membuka penutupan akses ke situs-situs tertentu, dengan VPN misalnya. Banyak warga China yang terhubung ke Facebook dan Google, walaupun ada pembatasan.

Dengan adanya internet, perdagangan antarnegara tidak lagi terbatas pada Business to Business (B2B). Tetapi sudah mulai terjadi perdagangan langsung antara produsen dan konsumen (Business to Consumer atau B2C) bahkan antar konsumen (Consumer to Consumer atau C2C).

Dulu untuk mendapatkan barang dari Amerika Serikat, kita mungkin menunggu ada kenalan yang berangkat ke sana atau jika kita berkesempatan ke sana. Jika keduanya tidak mungkin, kita hanya bisa berharap ada importir yang memasukkan barang tersebut ke Indonesia.

Sekarang kita tinggal kunjungi situs Amazon, pilih barang yang bisa dikirim langsung ke Indonesia. Bayar menggunakan kartu kredit dan selama nilai barang tersebut kurang dari US$ 100, tinggal menunggu barang tiba di alamat yang kita masukkan. Jika lebih dari nilai tersebut, kita harus membayar bea masuk.

Sebenarnya kesempatan sebaliknya juga ada. Dalam arti orang dari Amerika Serikat juga bisa melakukan hal yang sama. Mereka bisa membeli barang dari situs Indonesia dan meminta dikirim ke negara mereka. Cuma sejauh pengamatan saya belum ada situs Indonesia yang melakukan hal ini.

Dalam sebuah dialog interaktif yang diselenggarakan oleh JNE "From Local to Global", Kamis 31 Mei 2018. Bagaimana cara untuk bisa masuk ke pasar global dibahas dengan cukup mendalam.

Bpk Joshua Simanjuntak (dok Ronald Wan)
Bpk Joshua Simanjuntak (dok Ronald Wan)
Bapak Joshua Puji Simanjuntak, Deputi Pemasaran Bekraf (Badan Ekonomi Kreatif), mengatakan bahwa selama ini Bekraf telah berusaha untuk membantu pemasaran produk Indonesia di luar negeri.

Dengan fokus pada Fashion dan Craft serta Kuliner, Bekraf aktif mengajak produsen Indonesia untuk ikut dalam berbagai pameran. Dengan harapan produk Indonesia dikenal dan bisa menembus pasar ekspor. Sehingga bukan hanya perusahaan besar namun juga UKM bisa turut menikmati pasar luar negeri.

Susan Dietch (dok Ronald Wan)
Susan Dietch (dok Ronald Wan)
Pak Joshua mengatakan tanggapannya cukup lumayan. Tetapi di sisi lain menurut David dan Susan Dietch (David Dietch warga negara AS, seorang pemilik perusahaan public relation berpusat di Los Angeles, yang fokus pada pengembangan brand fashion sedangkan Susan Dietch adalah istri beliau kelahiran Solo yang sudah menembus pasar AS dengan produk tas anyaman bermerek The Legra).

Pengenalan melalui pameran adalah awal namun belum cukup. Perlu dilakukan studi lebih lanjut tentang pasar yang dituju. Selera pasar, musim, pengenalan brand yang mendalam, tata cara penjualan di negara tujuan dan lainnya.

Selera pasar, suatu barang seperti tas anyaman untuk Indonesia mungkin boleh dibilang adalah barang yang mudah dijumpai di pasaran. Namun bagi penduduk AS adalah sebuah barang yang eksotik dan tidak mudah didapatkan.

Susan menggunakan narasi Bali sebagai alat pemasaran. Dia menggunakan hiasan khas Bali di ruang pamernya, sehingga pengunjung akan teringat tentang Bali yang indah dan tertarik untuk membeli tas anyaman (yang cukup banyak digunakan di Bali saat berlibur).

thelegra.com
thelegra.com
Dengan narasi Bali, jika dikaitkan dengan musim di AS (Musim dingin, panas, gugur dan semi). Maka barang seperti tas anyaman yang dijual The Legra akan cocok digunakan pada saat musim panas. Di mana banyak penduduk AS yang pergi ke pantai untuk berlibur (seperti di Bali), tanpa perlu pergi ke Bali untuk membeli tas yang eksotik.

David Dietch (dok Ronald Wan)
David Dietch (dok Ronald Wan)
Kesemuanya ini berhubungan dengan DNA atau dengan bahasa lain inti dari merek barang yang akan dipasarkan menurut David Dietch. Kita harus menentukan pasar yang dituju. Jika kita ingin menembus pasar global, pertama kali adalah negara mana yang dituju. Selera pasar sebuah negara akan berbeda satu sama lain.

Setelah menentukan negara, kita harus menentukan siapa yang akan kita sasar sebagai pasar kita. Usia, jenis kelamin, tingkat ekonomi dan lainnya. Barulah kita menentukan barang yang akan kita jual sehingga sesuai dengan target pasar kita.

Bisa juga dibalik, apakah barang yang kita produksi sekarang ini akan bisa dijual di negara lain? Karena walaupun sebuah produk laku di Indonesia, belum tentu laku dijual di negara lain.

Setelah ketemu sebuah produk yang cocok, dimulailah masa pemasaran. Bisa langsung ke konsumen dengan menggunakan situs-situs yang tersedia. Atau menjual ke jaringan penjualan yang tersedia. Misalnya dengan menjual melalui department store.

Selain desain, hal yang paling penting diperhatikan adalah konsistensi kualitas. Bayangkan jika Anda dengan susah payah membuka pasar, tetapi tidak mampu menjaga kualitas, maka semua usaha yang Anda lakukan akan sia-sia. Kepercayaan akan hilang dan sulit untuk bisa kembali lagi.

Reza Arfandy (dok Ronald Wan)
Reza Arfandy (dok Ronald Wan)
Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah memiliki partner pengiriman yang bisa dipercaya. Menurut Reza Arfandy, Head of JNE Freight. JNE sekarang ini sudah memiliki jaringan kerja sama di 200 negara.

Sehingga siap untuk membantu para pengusaha untuk melakukan ekspor. Semua kendala ekspor dan bagaimana cara untuk bisa memperhitungkan bea masuk di negara penerima juga akan bisa dibantu.

Baik melalui udara maupun laut. Pengiriman melalui udara akan lebih cocok untuk barang yang ringan dengan volume kecil dan keunggulannya adalah dokumen yang diperlukan lebih sedikit. Karena pengiriman melalui udara mahal namun cepat

Sedangkan kebalikannya, pengiriman melalui laut lebih sesuai untuk barang yang berat dan bervolume tinggi. Mengingat biaya yang cukup murah namun waktu pengiriman yang cukup lama.

Layanan yang diberikan oleh JNE akan berusaha memberikan "one stop solution" dengan harga yang bersaing.

Untuk itu Reza juga siap dihubungi untuk konsultasi melalui email reza.arfandy@jne.co.id

***************

Di balik semua ini, saya melihat belum adanya suatu usaha yang bisa menyatukan semua usaha untuk bisa membantu pengusaha UKM menembus pasar ekspor.

Perlu dilakukan kerja sama semua stakeholder, misalnya dengan membuat sebuah situs penjualan Indonesia. Dikelola secara profesional, dengan munculnya sebuah situs penjualan sebagai unicorn, saya pikir Indonesia tidak kekurangan kemampuan untuk bisa melakukan ini.

Kurasi yang baik secara mutu dan desain untuk produk yang dijual di situs penjualan. Bukan hanya asal bagus tetapi juga agar sesuai dengan pasar yang dituju. Susan Dietch ingin mewujudkan Nusa, mungkin juga bisa diajak bekerja sama untuk pasar AS.

Dengan dukungan logistik yang bagus, JNE misalnya membuka gudang di kawasan berikat di negara tujuan. Sehingga pengiriman bisa lebih cepat.

Pemerintah memberikan dukungan data, jaringan dan dana promosi serta mungkin insentif. Agar pemasaran situs ini bisa masif dan situs bisa berkembang dengan pesat. Menghasilkan devisa dan mampu memperkenalkan Indonesia yang bukan hanya Bali.

Sehingga dari lokal ke global adalah mimpi yang menjadi kenyataan.

Salam

Hanya Sekadar Berbagi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun