Pengenalan melalui pameran adalah awal namun belum cukup. Perlu dilakukan studi lebih lanjut tentang pasar yang dituju. Selera pasar, musim, pengenalan brand yang mendalam, tata cara penjualan di negara tujuan dan lainnya.
Selera pasar, suatu barang seperti tas anyaman untuk Indonesia mungkin boleh dibilang adalah barang yang mudah dijumpai di pasaran. Namun bagi penduduk AS adalah sebuah barang yang eksotik dan tidak mudah didapatkan.
Susan menggunakan narasi Bali sebagai alat pemasaran. Dia menggunakan hiasan khas Bali di ruang pamernya, sehingga pengunjung akan teringat tentang Bali yang indah dan tertarik untuk membeli tas anyaman (yang cukup banyak digunakan di Bali saat berlibur).
Setelah menentukan negara, kita harus menentukan siapa yang akan kita sasar sebagai pasar kita. Usia, jenis kelamin, tingkat ekonomi dan lainnya. Barulah kita menentukan barang yang akan kita jual sehingga sesuai dengan target pasar kita.
Bisa juga dibalik, apakah barang yang kita produksi sekarang ini akan bisa dijual di negara lain? Karena walaupun sebuah produk laku di Indonesia, belum tentu laku dijual di negara lain.
Setelah ketemu sebuah produk yang cocok, dimulailah masa pemasaran. Bisa langsung ke konsumen dengan menggunakan situs-situs yang tersedia. Atau menjual ke jaringan penjualan yang tersedia. Misalnya dengan menjual melalui department store.
Selain desain, hal yang paling penting diperhatikan adalah konsistensi kualitas. Bayangkan jika Anda dengan susah payah membuka pasar, tetapi tidak mampu menjaga kualitas, maka semua usaha yang Anda lakukan akan sia-sia. Kepercayaan akan hilang dan sulit untuk bisa kembali lagi.