Di zaman digital, banyak pekerjaan yang terancam punah. Karena kemajuan teknologi, pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh manusia, bisa diotomatisasi. ATM yang menggantikan fungsi teller di bank, misalnya.
Tetapi di sisi lain banyak juga pekerjaan atau lapangan usaha baru yang muncul karena kemajuan teknologi. Sebagai contoh, di zaman sekarang orang bisa menjadi blogger yang mungkin dulu tidak pernah terpikirkan.
Trevor Chapman, memulai usaha yang termasuk dalam usaha yang dulu tidak pernah terpikirkan. Dengan modal US$ 200, Trevor mendirikan LDSman.com. Suatu situs penjualan yang menjual bermacam barang dari China (celana kevlar, pasta gigi arang, kursi tiup dan lainnya).
Sebelum membuat situs LDSman, Trevor bekerja menjual panel matahari. Suatu pekerjaan yang mengharuskan dia bekerja selama 12 jam per hari. Trevor tidak bahagia dalam menjalankan usahanya ini.
Dia mulai berpikir bahwa untuk menambah penghasilan, cara terbaik yang bisa dilakukan menurutnya adalah melalui e-commerce (perdagangan digital). Dari modal US$ 200, paling banyak dihabiskan untuk memasang iklan di Facebook. Dimulai pada akhir tahun 2016.
Pada awalnya Trevor mencoba menjual barang seni. Setelah berpikir ulang, Trevor menyadari bahwa barang seni tidak menghasilkan trafik yang bagus. Hasil pemikirannya itu membuatnya sadar bahwa dia harus menjual barang-barang yang menarik.
Kemudian dia mencoba menjual kursi tiup, sebuah barang yang sedang populer saat itu. Dia mencoba mencari suplier melalui Alibaba dan Aliexpress. Untuk mengurangi modal dan risiko inventori, Trevor dia melakukan apa yang dinamakan dropshipping.
Dropship adalah sebuah cara dagang di internet. Dimana kita membuat sebuah kesepakatan dengan pemilik barang untuk mengirimkan barang yang terjual, atas nama kita. Jadi pada saat barang laku, kita baru mengorder dan membayar pemilik barang.
Ternyata di Amerika Serikat, ongkos mengirim barang langsung dari pabrik di China. Lebih murah jika dibandingkan dengan ongkos kirim lokal.
Singkat cerita setelah sempat mengalami kegagalan dan harus memberikan ganti rugi. Akibat barang yang dikirim tidak sesuai kualitasnya. Usahanya semakin berkembang dan berhasil mencatatkan penjualan US$ 1 juta dalam waktu tiga bulan
Trevor terus mengembangkan usahanya, sampai juga membuat gudang logistik sendiri. Demi bisa membeli barang dalam jumlah banyak dan meningkatkan keuntungan. Pada tahun 2018, Trevor menjual seluruh usahanya dan memperoleh uang senilai US$ 10 juta.
Saya pikir, dengan metode dropship. Seseorang bisa mengembangkan usaha untuk menjadi reseller bagi orang lain. Tetapi tetap mengembangkan nama usahanya sendiri.
Inspirasi ini bisa dilihat dari dua sisi. Selain adanya potensi usaha untuk menjadi reseller, bagi pemilik barang juga meningkatkan potensi penjualan dengan menggunakan jasa orang lain. Yaitu dengan merekrut reseller untuk membantu penjualan produknya.
Reseller dan pemilik barang keduanya untung.
Teknologi ditambah dengan kolaborasi yang bisa menjadi inspirasi usaha di era digital.
Referensi : CNBC.com
Salam
Hanya Sekedar Berbagi
Artikel ini pernah ditayangkan di sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H