Tahun 2017 adalah tahun kebangkitan harga minyak. Harga minyak yang turun drastis sejak tahun 2014 ke level US$ 30 meningkat kembali ke harga di atas US$ 50. Bahkan sudah mencapai di kisaran harga US$ 60an di tahun 2018.
Arab Saudi dalam rangka untuk mematikan produsen Shale Oil, dengan dukungan OPEC. Memompa minyak sebanyak-banyaknya sehingga pasokan melebihi permintaan yang mengakibatkan harga minyak turun drastis. Harga minyak yang sempat naik sampai di atas US$ 100 turun ke bawah US$ 50.
Baca "Sang Pembunuh Harga Minyak"
Memang harga minyak yang turun ke US$ 30 bisa membuat produsen shale oil kembang kempis. Namun di sisi lain penerimaan negara-negara yang tergantung dari minyak juga turun sangat drastis.
Venezuela, walaupun memiliki cadangan minyak yang menyaingi Arab Saudi. Sekarang ini sedang mengalami hyperinflasi. Arab Saudi dan Rusia terpaksa memangkas anggaran belanjanya. Arab Saudi bahkan sampai harus menerapkan pajak pertambahan nilai sebesar 5% demi memperbaiki anggarannya.
Sekarang ini harga minyak masih bertahan, saya pikir juga disebabkan oleh naiknya produksi minyak Amerika Serikat. Biaya produksi minyak shale oil yang makin efisien. Sehingga walaupun ada perjanjian antara Opec dan Rusia tentang pembatasan produksi, tidak mampu untuk menaikkan minyak ke level tertingginya.
Bagaimana harga minyak di masa depan?
Dalam wawancara denganCNBC, Chris Waitling CEO Longview Economics (Lembaga Konsultasi Ekonomi). Memaparkan suatu hal yang menarik, bahwa sekarang ini penggunaan minyak 70% nya digunakan untuk transportasi.
Artinya 70% minyak digunakan untuk menggerakkan mobil, motor, kereta api dan kapal laut serta pesawat terbang.
Waitling memperkirakan bahwa dengan perkembangan kendaraan listrik dan juga pengembangan energi alternatif. Harga minyak bisa turun ke US$ 10 dalam tempo kurang lebih 6 sampai dengan 8 tahun ke depan.
Pendapat yang mirip dengan ini juga pernah dikemukakan oleh Thierry Lepercq (Engie SA, perusahaan energi) dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg tahun 2016.
Menurut Lepercq, harga minyak akan meningkat sampai dengan tahun 2025 sebelum akhirnya turun ke US$ 10 karena penurunan permintaan. Permintaan yang turun disebabkan oleh kendaraan elektrik, tenaga matahari, kemampuan batere menyimpan energi, gedung pintar dan murahnya harga hidrogen. Oilprice.com
Mungkinkah?
Perancis dan Inggris telah menentukan target akan melarang penjualan kendaraan dengan bahan bakar minyak di tahun 2040.
China sebagain negara dengan penduduk terbesar juga sedang meneliti untuk menentukan target, kapan penjualan kendaraan berbahan bakar minyak bisa diterapkan. China adalah pasar kendaraan terbesar di dunia sekitar 28,03 juta kendaraan terjual di tahun 2016. Naik 13,7% dibanding tahun 2015. Techcrunch
Jika tren ini berlanjut, jangan lupa Indonesia juga sedang mempersiapkan aturan kendaraan listrik. Diikuti oleh negara lain, maka mungkin dalam waktu 40-50 tahun dari sekarang. Kendaraan berbahan bakar minyak hanya akan menjadi koleksi. Baik di museum maupun koleksi pribadi.
Pembangkit listrik
Hal ini ditambah lagi teknologi pembangkit listrik dengan energi terbarukan juga semakin maju. Bukan hanya berkembang namun juga menurunkan harga produksinya. Bahkan diperkirakan pada tahun 2020 biaya produksi listrik tenaga matahari akan lebih murah dibandingkan dengan energi fosil.
Baca " Tren Biaya Energi Terbarukan"
Arah perkembangan kendaraan elektrik ditambah dengan tren biaya produksi energi terbarukan yang semakin murah. Akan membuat permintaan minyak menurun. Saya pikir dalam jangka waktu di bawah 20-30 tahun kemungkinan harga minyak bisa turun ke US$ 10.
Salam
Hanya Sekadar Berbagi
Artikel ini juga pernah tayang di sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H