Mohon tunggu...
Ronald Wan
Ronald Wan Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Love to Read | Try to Write | Twitter: @ronaldwan88

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keseimbangan, Kunci Mengarungi Kehidupan

19 Maret 2018   09:05 Diperbarui: 19 Maret 2018   09:49 1240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam hidup, tidak ada yang pasti kecuali kematian. Dimana setiap orang pasti akan mati, pada waktunya. Mati yang bisa menjadi awal petualangan baru atau akhir dari kehidupan di dunia.

Seringkali kita membandingkan diri kita dengan orang yang lebih sukses. Tidak salah, jika pola berpikir kita tepat. Rasa iri bisa kita alihkan menjadi pelecut semangat agar tidak kalah, sehingga bisa bersemangat dalam berjuang meraih sukses.

Tetapi kalau kita terus menerus melihat ke atas sedangkan perjuangan kita belum berhasil. Yang timbul adalah rasa frustasi. Padahal kita bisa saja sudah hidup berkecukupan, walau tidak berlebihan. Seharusnya hidup berkecukupan, sudah bisa membuat kita hidup bersyukur. Karena kalau kita lihat ke bawah, kemungkinan besar masih banyak orang yang tidak seberuntung kita.

Baca "Posisi Mata"

Contoh lain, pola makan. Jika kita terus menerus makan makanan enak yang biasanya mengandung zat-zat yang kurang baik bagi kesehatan seperti kolesterol. Bukankah akan menyebabkan penyakit? Tetapi kalau sampai kekurangan makan juga bisa menyebabkan banyak penyakit.

Anggur Merah (wine) jika diminum segelas setiap hari. Menurut beberapa penelitian bisa membantu dalam menjaga kesehatan jantung. Namun jika kita meminum satu botol atau lebih, bisa saja mengalami pengerasan hati.

Keseimbangan tidak mudah dilakukan. Seringkali banyak orang memandang dunia ini dalam warna hitam dan putih. Padahal yang lebih banyak terjadi adalah abu-abu kalau menurut saya. Minimal tidak ada yang murni hitam atau yang murni putih. Karena memang tidak ada keseimbangan.

Pantangan terus menerus juga saya pikir tidaklah selalu baik. Sesekali perlu untuk bisa memuaskan keinginan yang bukan kebutuhan. Walaupun tidak mudah untuk kembali mengendalikan keinginan setelah dilepaskan.

Baca "Bendungan yang harus dialirkan airnya"

Segala sesuatu yang berlebihan bisa menyebabkan hal yang tidak baik. Tubuh perlu istirahat tetapi kebanyakan tidur juga bermasalah. Kekurangan tidurpun memberikan masalah yang tidak kalah beratnya.

Tidak mudah dalam menjaga keseimbangan. Bayangkan Anda harus berjalan di atas rel kereta api dan menyeimbangkan diri, bukanlah hal yang mudah. Tetapi dalam menghadapi kehidupan yang naik turun, bergoyang kiri dan kanan, bahkan terkadang dilanda badai. Kita harus pandai menyeimbangkan diri, jika tidak ingin jatuh.

Salam

Hanya Renungan di Pagi Hari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun