Kemajuan teknologi memang tidak ada habisnya. Zaman dulu saya yang masuk dalam Gen X sempat gagap dalam menggunakan mouse komputer. Pertama kali menggunakan komputer berbasis windows bukan lagi dos, sempat norak pada saat harus menggunakan mouse. Lari sana sini tidak bisa mengarahkan, hahaha.
Menggunakan layar sentuh di telepon juga sempat saya hindari. Bertahan dengan Blackberry yang masih menggunakan keyboard fisik. Terlebih lagi layar sentuh zaman dulu, tidak lah serenponsif sekarang.
Baca "20 Tahun Dari Sekarang, Bagaimana kita?"
Printer atau mesin cetak, awal-awal masih menggunakan teknologi pita. Mungkin boleh dibilang modernisasi dari mesin tik. Dimana untuk mencetak, digunakan jarum yang mengetuk ke pita (mengandung tinta) sehingga bisa muncul tulisan atau gambar.
Kemudian mulai maju dan menggunakan tinta padat ataupun tinta cair. Printer tinta cair sering disuntik atau dimodifikasi agar bisa menggunakan tinta yang lebih murah. Hal ini untuk menurunkan biaya cetak. Terkadang saya bertanya dalam hati, mungkinkah sebenarnya pabrik printer fokus pada jualan tinta? Sehingga harga jual printer bisa murah sedangkan tinta asli mahal.
Karena kreatifitas inilah perusahaan printer terpaksa membuat printer dengan tinta suntik yang sekarang laku keras.
3D Printer
Kemudian mulai muncul teknologi baru. Bukan hanya printer yang bisa mencetak di atas kertas, namun printer yang bisa mencetak barang dalam bentuk sesungguhnya. Ini yang disebut 3D Printer. Bahan yang digunakan untuk mencetak bukan lagi tinta namun gulungan plastik lembek. Plastik ini kemudian dipanaskan dan digunakan untuk membentuk barang sesuai dengan desain.
Barang yang bisa dibuat cukup banyak. Mulai dari yang sederhana seperti gelas, sampai dengan patung kecil seperti action figure.Tergantung dari kecanggihan printer dan kecanggihan desain yang dibuat.
ICON sebuat perusahaan rintisan bukan lagi membuat 3D Printer yang bisa mencetak gelas. Perusahaan ini membuat 3D Printer yang bisa digunakan untuk membuat rumah. Bahan yang digunakan adalah semen. Semen yang cair bisa dibentuk dengan menggunakan printer ini.
Ternyata pada saat saya sedang riset untuk tulisan ini, saya menemukan bahwa bukan hanya ICON yang telah menguasai teknologi ini. Apis Cor sebuah perusahaan rintisan di San Fransisco juga telah mengembangkan teknologi yang mirip.
Biaya untuk membuat rumah dengan ukuran kurang lebih 38 m2 oleh Apis Cor adalah USD 10,134 atau sekitar USD 267 per m2. Sedangkan ICON kurang lebih juga membutuhkan biaya yang sama per m2 nya. Walaupun ICON sedang berusaha untuk menurunkan biayanya ke sekitar USD 4000, agar lebih terjangkau.
Kecepatan pembangunannya juga luar biasa. Kedua perusahaan sama-sama mengklaim bahwa hanya butuh waktu 24 jam untuk membangun rumah dengan 3D Printer.
Pembangunan rumah di Indonesia sekarang ini memakan biaya yang kurang lebih sama. Namun jika total biaya turun ke USD 4000 maka akan lebih murah.
Kemajuan teknologi yang tidak bisa dibendung.
Referensi :  Engadget.com ;  Denver CBS
Salam
Hanya sekadar Berbagi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H