Tahun lalu Amerika Serikat dan dunia dikejutkan oleh penembakan di Las Vegas yang menewaskan 58 orang dan melukai sekitar 500 orang. Senjata yang digunakan pelaku adalah AR-15 sebuah versi sipil dari senapan serbu M-16 yang legendaris (TNI juga pernah menjadi pengguna M-16).
Kebebasan memiliki senjata di Amerika Serikat (AS) dilindungi oleh konstitusi AS yang berbunyi " A well regulated militia being necessary to the security of a free state, the right of the people to keep and bear arms, shall not be infringed." Second Amendment. Terjemahan bebasnya adalah " Milisia yang diatur secara baik adalah hal yang penting dalam menjaga keamanan sebuah negara bagian, hak untuk memiliki dan membawa senjata seharusnya tidak dibatasi"
Lebih lengkapnya baca "Fakta menarik kepemilikan Senjata Api di Amerika Serikat"
Artinya semua orang berhak untuk memiliki senjata api, mungkin yang paling utama dalam melindungi dirinya sendiri. Tetapi di sisi lain hak ini juga menjadi momok bagi sebagian penduduk Amerika Serikat.
Mengutip Abc.net.au, pada tahun 2018 saja sudah terjadi 17 kali penembakan yang dilakukan di sekolah di AS. Penembakan di Florida menggenapi angka itu menjadi 18 kali. Suatu hal yang cukup mengerikan menurut saya.
Senjata yang digunakan dalam penembakan di Florida ini adalah AR-15 yang dibeli secara sah oleh pelaku Nikolas Cruz (19 tahun) pada saat dia berusia 18 tahun. Bukan sebuah tindakan yang melanggar hukum, membeli senjata api.
Donald Trump, pada saat menemui korban penembakan Florida. Mengeluarkan sebuah pernyataan yang cukup mengejutkan, yaitu wacana untuk mempersenjatai para guru yang memiliki latar belakang militer atau yang memiliki keahlian tentang senjata api.
Mungkin yang diharapkan oleh Trump adalah kecepatan dalam menangani oknum yang melakukan penembakan di sekolah. Karena jika guru memiliki senjata, bisa langsung bereaksi dan diharapkan bisa melumpuhkan penembak.
Tidak salah, namun apakah risiko adanya orang yang bisa tertembak di tengah tembak menembak itu juga bisa terjadi. Korban mungkin saja akan bertambah banyak.
Pendukung Trump yang cukup besar pengaruhnya adalah NRA (National Rifle Association) sebuah lembaga yang sangat kuat dalam mengadvokasi hak pemilikan senjata. Apakah lembaga ini didukung industri pertahanan AS? Bisa saja. Penjualan senjata di domestik akan berkurang jika terjadi pengetatan syarat kepemilikan senjata api.
Wacana mempersenjatai guru, saya pikir adalah sebuah wacana populis. Demi untuk tetap menenangkan pendukung Trump. Di sisi lain mencoba menyenangkan para warga negara AS yang khawatir dengan semakin banyaknya kejadian penembakan masal.
Tipe pemimpin populis tidak memikirkan implikasi jangka panjang. Selama keputusan itu bisa menyenangkan orang, terutama pendukungnya, kenapa tidak. Persetan dengan implikasi jangka panjang.
Mempersenjatai guru saya pikir tidak akan menyelesaikan masalah. Apakah jika guru bersenjata akan bisa membuat orang yang ingin melakukan penembakan takut? Belum tentu, bisa saja malah senjata yang disimpan di sekolah yang digunakan untuk melakukan penembakan.
Pembatasan atau pengetatan kepemilikan senjata api. Mungkin bisa menjadi solusi jangka panjang. Indonesia bisa menjadi contoh, aturan kepemilikan senjata api yang cukup ketat. Sehingga masalah dengan penggunaan senjata api menjadi minimal.
Referensi : CNN.com ;  Time.com
Salam
Hanya Sekadar Berbagi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H