Mohon tunggu...
Ronald Wan
Ronald Wan Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Love to Read | Try to Write | Twitter: @ronaldwan88

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ketika Lari Menjadi Gaya Hidup

9 Oktober 2017   14:44 Diperbarui: 9 Oktober 2017   14:44 1135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diperkirakan manusia mulai mengembangkan kemampuan lari jarak jauh sekitar 2,6 juta tahun yang lalu. Kemungkinan untuk memburu binatang.

Lari sendiri sebenarnya adalah olah raga yang dapat dilakukan oleh siapa saja. Tidak perlu alat khusus dan sebuah tempat khusus untuk dapat melakukan olah raga ini. Tanpa sepatu pun jika memang mau, lari bisa dilakukan.

Pada saat kita berlari otak akan mengeluarkan hormon endorphin. Endorphin diketahui dapat menimbulkan efek kesenangan sehingga dengan berlari kita dapat mengurangi stress. Selain itu Endorphin juga dapat mengurangi efek cepat tua serta meningkatkan imunitas tubuh.

Lari dapat membakar sekitar 100 kalori per mil (1,6 km), meningkatkan elastisitas pembuluh darah, memperkuat otot dan tulang serta menurunkan tekanan darah.

Mungkin alasan ini yang menjadikan lari menjadi gaya hidup terutama di kota besar.

Lomba lari akhir-akhir ini banyak diselenggarakan.

Demi mengikuti lomba, beberapa pelari tidak ragu untuk menyewa pelatih yang biayanya bisa mencapai Rp 150 ribu sampai dengan Rp 500 ribu per sesi latihan.

Dalam mengikuti lomba lari bukan hanya pelatih, peralatan lari pun menjadi hal yang penting bagi beberapa orang. Sepatu yang berharga jutaan rupiah, celana lari jenis compression untuk mencegah cedera serta kaus lari yang senada.

Kacamata, jam tangan khusus, earphone juga tidak ketinggalan dengan kecanggihan dan kekinian. Yang tentunya berharga cukup mahal.

Apakah salah?

Saya pikir tidak, selama memang mampu dan juga bisa menggairahkan semangat untuk terus berolah raga lari tidak ada yang salah.

Ikut lomba lari ke luar negeri pun, saya pikir tidak ada salahnya. Seperti mengikuti Boston Marathon, Berlin Marathon dan lainnya. Sekali lagi selama mampu.

Tetapi di sisi lain janganlah karena tidak mampu untuk membeli peralatan yang canggih dan mahal malah membuat kita jadi malas berolah raga. Itu namanya bukan mau berolah raga tetapi mau pamer.

Jika tujuan kita berolah raga lari sebenarnya olah raga yang murah dan tidak memerlukan tempat yang khusus.

Jakarta Marathon kembali diadakan pada tahun 2017.  Lomba lari maraton yang sudah terselenggara sejak tahun 2013 untuk tahun ini disponsori oleh Bank Mandiri.

Mandiri Jakarta Marathon 2017 akan memperlombakan beberapa kategori

  • Full Marathon (FM) = 42.195 KM.
  • Half Marathon (HM) = 21.0975 KM.
  • 10 KM.
  • 5 KM.
  • Maratoonz (Children's Sprint) = 1 KM.

Pada tanggal 29 Oktober 2017 di Silang Monas Jakarta.

Info lebih lanjut dan pendaftaran bisa mengunjungi Mandiri Jakarta Marathon 2017

Referensi

Salam

Hanya Sekadar Berbagi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun