Mohon tunggu...
Ronald Wan
Ronald Wan Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Love to Read | Try to Write | Twitter: @ronaldwan88

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Hubungan antara "Big Data" dan Jejak Digital

25 September 2017   10:14 Diperbarui: 25 September 2017   10:24 2426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam beberapa tulisan sebelumnya, saya membahas tentang Jejak Digital, Big Datadan Data Scientist. Sila membaca tulisan-tulisan itu agar mendapat gambaran yang lebih jernih.

Pada era internet, setiap kali kita berselancar di dunia maya pastinya kita akan meninggalkan jejak digital. Pada awal era komputer mulai umum, mungkin jejak digital yang kita tinggalkan hanya akan terekam pada sebuah organisasi yang menyimpan data kita menggunakan komputer.

Bank mungkin yang paling lengkap memiliki data kita dan setiap kali kita bertransaksi baik melalui ATM ataupun teller, kegiatan kita akan dicatat dan disimpan sebagai bukti transaksi atas rekening kita.

Pada saat kita berbelanja di ritel modern sebenarnya kita juga memberikan data pola belanja kita, walaupun mungkin tidak selengkap bank. Namun jika kita mempunyai kartu pelanggan maka pola belanja kita akan dicatat dan kemungkinan disimpan oleh peritel.

Sebuah jejak digital menurut pendapat saya, walaupun kita sendiri masih berperan sebagai objek dalam perekaman.

Semakin berkembangnya teknologi dan semakin murahnya paket internet serta semakin murah harga  gawai (bisa berupa ponsel pintar, tablet dan komputer). Peran kita untuk membuat jejak digital semakin aktif tidak lagi sebagai objek melainkan sebagai subjek.

Bergabung di Facebook, setiap kali kita berinteraksi di sana berarti kita meninggalkan jejak digital. Memasukan nama, nomor telepon, tempat kerja, alamat, nama pendamping dan lainnya kita lakukan dengan sadar alias menjadi subjek.

Posting yang dibuat, posting yang disukai, teman-teman yang ditambahkan bahkan dengan adanya postingan berita melalui Facebook. Berita yang kita sukai pun akan terekam.

Semua jejak digital yang kita tinggalkan adalah data yang bisa mempunyai nilai yang tinggi. Jika Anda ingin berpromosi dengan Facebook Ads maka banyak sekali hal yang pilih dalam hal siapa target promosi kita. Daerah tempat tinggal, usia, jenis kelamin, kesukaan (misalnya iklan hanya ditujukan untuk penggemar film korea) dan beberapa pilihan lain.

Iklan akan semakin terarah dan menguntungkan bagi si pemasang iklan. Karena target bisa dipersempit sehingga dengan anggaran yang rendah, target iklan bisa tercapai. Iklan hanya muncul di laman Facebook orang yang sesuai dengan target iklan.

Kita sedang mencari sepatu, jika Anda perhatikan setelah beberapa menit maka laman web browser (peramban) kita akan dipenuhi dengan iklan-iklan sepatu. Jejak digital = data,  yang langsung digunakan.

Banyak contoh lainnya, namun yang jelas jejak digital kita adalah data yang bisa berharga mahal. Dengan jumlah pengguna internet yang milyaran orang, maka data (baca Jejak Digital) yang terkumpul sangatlah besar maka timbul istilah Big Data.

Sebuah organisisasi bisnis  pastilah ingin memperoleh keuntungan. Dengan memberikan layanan gratis maka mereka akan mencari keuntungan dari sisi lain, bukan dari pembayaran biaya penggunaan. Salah satu cara adalah dengan memanfaatkan data yang terkumpul.

Di dalam dunia start up ada sebuah pertanyaan yang sering muncul, How to monetize this?

Salam

Hanya Sekadar berpikir

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun