Teori Disruptive Innovation yang dibuat oleh Profesor Harvard Business School Clayton M. Christensen dengan beberapa rekan pada tahun 1995 memang menarik dan saya pikir sangat bermanfaat untuk  dipelajari dan dipahami. Dalam tulisan sebelumnya " Apakah Uber merupakan Disruptive Innovation?" saya sudah membahas sekilas tentang teori ini.
Dalam prakteknya menurut Prof Clayton dalam tulisannya "What is Disruptive Innovation?" ada 4 hal yang sering terlupakan atau terlewat tentang teori Disruptive Innovation.
Disruption adalah sebuah proses
Istilah Disruptive Innovation akan menjadi salah arti kalau dikaitkan dengan produk atau jasa hanya pada satu masa. Seharusnya istilah ini menggambarkan proses evolusi produk atau jasa selama beberapa waktu.
Pada umumnya inovasi, apakah disruptive atau tidak, dimulai dengan percobaan kecil. Disrupters biasanya fokus kepada model bisnis (ulasan lebih lengkap tentang model bisnis sila baca di sini) bukan hanya produk atau jasa yang bagus. Proses untuk menumbuhkan usaha dan perlahan-lahan mengambil pasar petahana membutuhkan waktu. Terkadang petahana tidak sadar akan hal ini dan terlambat mengantisipasi.
Netflix (perusahaan video streaming berlangganan) pada awalnya memilih pasar yang belum tersentuh oleh Blockbuster (perusahaan penyewaan film) yang sudah memiliki banyak cabang pada masa itu. Netflix memilih jalur online untuk memasarkan DVD sewa dan mengirimkannya melalui pos. Pelanggan Netflix adalah orang yang lebih memilih harga murah tetapi tidak terlalu peduli jika film baru diterima beberapa hari kemudian, orang suka belanja online dan orang yang baru mulai menggunakan DVD. Jadi Netflix dan Blockbuster memiliki pelanggannya masing-masing.
Seiring dengan perjalanan waktu, internet semakin cepat dan stabil serta penyebarannya semakin merata di Amerika Serikat. Netflix merubah model bisnisnya dari penyewaan film menjadi video streaming berlangganan. Pada akhirnya pelanggan Blockbuster pindah ke Netflix karena lebih murah dan mudah dengan kualitas yang sama atau bahkan lebih dibanding dengan DVD yang disewa dari Blockbuster.
Jika pada awalnya Netflix langsung fokus ke pasar yang sama dengan Blockbuster, maka pasti Blockbuster akan menyerang balik. Kemungkinan besar Netflix akan mati sebelum berkembang.
Disrupters membangun model bisnis yang berbeda dengan petahana
Contoh yang paling mudah dipahami adalah Apple dengan iphone. Pada awal diperkenalkan iPhone adalah sebuah inovasi yang bisa mengalahkan pemain lama seperti Nokia dan Blackberry. Kesuksesan iPhone adalah karena produk mereka memang bagus.
Tetapi hal yang paling menentukan bahwa iPhone bisa disebut sebagai Disruptive Innovation adalah karena Apple menggunakan model bisnis yang baru. Yaitu membuat platform (apple store) yang mempertemukan antara pengguna dengan pengembang aplikasi. Pada akhirnya orang lebih suka menggunakan iPhone untuk berselancar di Internet dibanding menggunakan pc atau laptop yang menyebabkan penjualan laptop dan pc menurun.