Mohon tunggu...
Ronald Wan
Ronald Wan Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Love to Read | Try to Write | Twitter: @ronaldwan88

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

4 Hal tentang Teori Disruptive Innovation yang Sering Dilupakan

17 Agustus 2017   09:42 Diperbarui: 18 Agustus 2017   09:29 20904
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori Disruptive Innovation yang dibuat oleh Profesor Harvard Business School Clayton M. Christensen dengan beberapa rekan pada tahun 1995 memang menarik dan saya pikir sangat bermanfaat untuk  dipelajari dan dipahami. Dalam tulisan sebelumnya " Apakah Uber merupakan Disruptive Innovation?" saya sudah membahas sekilas tentang teori ini.

Dalam prakteknya menurut Prof Clayton dalam tulisannya "What is Disruptive Innovation?" ada 4 hal yang sering terlupakan atau terlewat tentang teori Disruptive Innovation.

Disruption adalah sebuah proses

Istilah Disruptive Innovation akan menjadi salah arti kalau dikaitkan dengan produk atau jasa hanya pada satu masa. Seharusnya istilah ini menggambarkan proses evolusi produk atau jasa selama beberapa waktu.

Pada umumnya inovasi, apakah disruptive atau tidak, dimulai dengan percobaan kecil. Disrupters biasanya fokus kepada model bisnis (ulasan lebih lengkap tentang model bisnis sila baca di sini) bukan hanya produk atau jasa yang bagus. Proses untuk menumbuhkan usaha dan perlahan-lahan mengambil pasar petahana membutuhkan waktu. Terkadang petahana tidak sadar akan hal ini dan terlambat mengantisipasi.

Netflix (perusahaan video streaming berlangganan) pada awalnya memilih pasar yang belum tersentuh oleh Blockbuster (perusahaan penyewaan film) yang sudah memiliki banyak cabang pada masa itu. Netflix memilih jalur online untuk memasarkan DVD sewa dan mengirimkannya melalui pos. Pelanggan Netflix adalah orang yang lebih memilih harga murah tetapi tidak terlalu peduli jika film baru diterima beberapa hari kemudian, orang suka belanja online dan orang yang baru mulai menggunakan DVD. Jadi Netflix dan Blockbuster memiliki pelanggannya masing-masing.

Seiring dengan perjalanan waktu, internet semakin cepat dan stabil serta penyebarannya semakin merata di Amerika Serikat. Netflix merubah model bisnisnya dari penyewaan film menjadi video streaming berlangganan. Pada akhirnya pelanggan Blockbuster pindah ke Netflix karena lebih murah dan mudah dengan kualitas yang sama atau bahkan lebih dibanding dengan DVD yang disewa dari Blockbuster.

Jika pada awalnya Netflix langsung fokus ke pasar yang sama dengan Blockbuster, maka pasti Blockbuster akan menyerang balik. Kemungkinan besar Netflix akan mati sebelum berkembang.

Disrupters membangun model bisnis yang berbeda dengan petahana

Contoh yang paling mudah dipahami adalah Apple dengan iphone. Pada awal diperkenalkan iPhone adalah sebuah inovasi yang bisa mengalahkan pemain lama seperti Nokia dan Blackberry. Kesuksesan iPhone adalah karena produk mereka memang bagus.

Tetapi hal yang paling menentukan bahwa iPhone bisa disebut sebagai Disruptive Innovation adalah karena Apple menggunakan model bisnis yang baru. Yaitu membuat platform (apple store) yang mempertemukan antara pengguna dengan pengembang aplikasi. Pada akhirnya orang lebih suka menggunakan iPhone untuk berselancar di Internet dibanding menggunakan pc atau laptop yang menyebabkan penjualan laptop dan pc menurun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun