Mohon tunggu...
Ronald Wan
Ronald Wan Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Love to Read | Try to Write | Twitter: @ronaldwan88

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Jangan Mak, Ini Bukan Uang Dapur!

13 Agustus 2017   09:43 Diperbarui: 17 Agustus 2017   08:09 1284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Warung (http://www.hipwee.com)

Punya usaha warung?

Apakah Anda sering mengambil hasil penjualan untuk kebutuhan lain?

Apakah Anda merasa walaupun warungnya ramai tapi modal makin menyusut?

Dalam mengelola sebuah usaha, cara kita mengatur keuangan sangatlah penting. Sering tidak disadari, kita mencampur semua uang, uang dapur, uang sekolah, uang jajan anak, uang tabungan dan lainnya. Sebuah kebiasaan yang bisa mempengaruhi keberhasilan usaha kita.

Sebagai contoh dalam pengelolaan warung, uang penjualan bukanlah keuntungan. Di dalamnya masih ada unsur modal pembelian ditambah juga dengan biaya-biaya pengelolaan warung seperti biaya listrik, telepon, uang keamanan, gaji karyawan dan yang lainnya. Sehingga jika kita menggunakan uang penjualan untuk keperluan lain maka bukan hanya keuntungan yang kita pakai tetapi juga modal.

Usaha sendiri, kita tidak menerima gaji tetapi mendapatkan penghasilan dari keuntungan yang kita peroleh. Cara yang paling sederhana untuk menghitung keuntungan kita adalah dengan mengurangi uang penjualan dengan uang belanja warung (untuk menambah stok atau menggantikan stok barang yang terjual) dan biaya-biaya yang kita keluarkan untuk mengelola warung.

Misalnya dalam satu bulan kita memperoleh uang penjualan sebanyak Rp 10 juta. Belanja menghabiskan dana Rp. 6 juta. Listrik karena masih bergabung dengan rumah misalnya Rp. 500 ribu. Keamanan dan kebersihan Rp. 100 ribu. Berarti keuntungan yang kita peroleh adalah Rp 3,4 juta, boleh dibilang itulah gaji kita.

Mengapa saya mengambil contoh bulanan? Karena biasanya biaya-biaya kita bayar bulanan selain itu belum tentu kita berbelanja kebutuhan warung setiap hari. Apakah data ini akurat? Sebenarnya tidak karena jika ingin memperoleh data keuntungan yang akurat, berarti setiap barang yang kita jual harus dicatat lengkap dengan harga modalnya sehingga kita bisa tahu keuntungan yang sebenarnya. Tetapi saya pikir dengan perhitungan yang sederhana sudah cukup untuk usaha yang belum besar.

Rp3,4 juta itu yang boleh dibelanjakan bukan yang Rp 10 juta. Jika kita membelanjakan uang warung maka lama kelamaan modal kita akan habis tanpa kita sadari. 

Cara termudah untuk memisahkan antara uang warung dan uang dapur adalah dengan membuka 2 rekening di bank. Satu untuk uang warung dan satu lagi untuk uang belanja, setelah kita hitung keuntungan bulanan maka nilai keuntungan tersebut kita pindahkan ke rekening untuk uang belanja sehingga tidak tercampur.

Uang dimakan rayap (LPS)
Uang dimakan rayap (LPS)
Apakah taruh uang di bank, aman? Sangat aman, uang kita akan dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).  LPS adalah sebuah lembaga penjaminan yang berdiri pada tanggal 22 September 2015. Berfungsi untuk menjamin semua dana masyarakat yang disimpan di bank, baik bank umum, bank syariah dan bank perkreditan rakyat.

Pendirian LPS adalah salah satu hasil pembelajaran dari krisis ekonomi 1998 yang dimana banyak sekali bank yang kolaps, sehingga nasabah juga banyak yang mengalami kerugian. Hal ini menyebabkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank turun. Sehingga akhirnya diputuskan untuk mendirikan LPS dengan fungsi menjamin simpanan nasabah dan turut aktif dalam memelihara stabilitas perbankan.

Skema penjaminan LPS
Skema penjaminan LPS
Dana yang dijamin oleh LPS adalah dana yang bernilai maksimal Rp 2 Milyar per nasabah per bank. Artinya jika kita memiliki dana sebesar Rp. 10 Milyar dan ditaruh ke lima bank dengan nilai masing-masing Rp 2 MIlyar maka semua dana tersebut akan dijamin oleh LPS.

Selain nilai maksimal ada juga syarat lainnya yaitu 3 T :

3T (LPS)
3T (LPS)
  • Dalam T yang pertama, harus dipastikan setiap kali kita menerima transfer atau menyetor uang tunai ataupun melakukan pembayaran dan semua transaksi bank lainnya. Semuanya tercatat dalam catatan aktifitas rekening kita di pembukuan bank. Jika tidak tercatat maka tidak akan dibayar oleh LPS.
  • T kedua, kita harus memastikan jangan sampai nilai bunga yang kita peroleh lebih besar dari tingkat bunga penjaminan. Tingkat bunga ini akan disesuaikan secara berkala oleh LPS dan bank diwajibkan untuk melakukan publikasi di kantor bank yang bersangkutan (biasanya dibawah pengumuman nilai suku bungan bank). Serta bisa dilihat di siaran pers yang diterbitkan oleh LPS setiap bulannya.

Suku bunga yang dijamin (LPS)
Suku bunga yang dijamin (LPS)
  • T yang ketiga berhubungan dengan kredit yang kita ambil. Tidak boleh macet pembayarannya. Jika macet maka simpanan kita akan dianggap tidak layak bayar.

Suasana Nangkring (Dok Pribadi)
Suasana Nangkring (Dok Pribadi)
Dalam acara nangkring kompasianer bersama LPS "Bijak mengelola Finansial untuk Kemajuan Usaha" yang menampilkan Bapak Samsu Adi Nugroho, Sekretaris LPS, Rachman Abdul Rachim owner "Kepiting Nyinyir" dengan Moderator Nurulloh "Content dan Product Assistant Manager Kompasiana". Juga dibahas bahwa dengan menaruh uang di bank kita kita juga membantu pembangunan Indonesia.

Kompasianer peserta nangkring (Dok Pribadi)
Kompasianer peserta nangkring (Dok Pribadi)
Jangan Mak, ini bukan uang Dapur tapi Uang Warung

Salam

Hanya Sekadar berbagi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun