Air mendidih di atas kompor, bayi menangis, bak mandi penuh dan ketukan di pintu depan. Manakah yang akan Anda prioritaskan? Kalau saya, prioritas pertama adalah mematikan kompor. Sangat berbahaya jika didiamkan bisa menyebabkan kebakaran. Kedua adalah bayi, khawatir jatuh atau terluka sehingga menangis. Bawa anak ke kamar mandi untuk mematikan keran dan terakhir melihat siapa yang mengetuk pintu.
Masing-masing individu pastinya memiliki skala prioritas yang berbeda. Apakah lebih ke keluarga, ke pekerjaan ataupun yang lainnya. Tergantung dari pola pemikiran dan kebiasaan. Â Saya pribadi jika sedang bekerja tidak suka diganggu oleh hal yang tidak penting dari rumah. Tentu saja jika ada yang penting prioritas saya akan ke keluarga.
Dalam skala besar, misalnya tentang pekerjaan. Paling mudah untuk menentukan skala prioritas adalah dengan menggunakan prinsip Pareto yang juga dikenal dengan nama prinsip 80/20. Secara sederhana 20% yang kita kerjakan akan menghasilkan 80% output. Prinsip ini ditemukan oleh Ekonom Italia, Vilfredo Pareto yang mendapatkan ide setelah mengamati bahwa 20% dari kacang polong yang belum dikupas menghasilkan 80% kacang polong. Â Prinsip Pareto dipopulerkan oleh seorang konsultan manajemen yang bernama Joseph M. Juran.
Dalam skala kecil, prioritas di era internet sangatlah mudah berubah.Terlalu banyak gangguan yang menyebabkan sulitnya untuk berkonsentrasi terhadap satu hal. Mungkin ini hanya dialami oleh generasi yang bukan generasi milenial? Saya tidak bisa menjawabnya. Prioritas pertama jika kita di kantor seharusnya adalah di pekerjaan, namun sering terjadi fokus kita berubah akibat banyaknya notifikasi. Whatsapp, Facebook, Instagram, Path dan lainnya.
Karena biaya yang murah, membuat orang semakin gemar untuk membagikan konten. Pada era SMS, jumlah huruf dibatasi sehingga jika orang ingin mengirimkan pesan biasanya akan berpikir keras agar tidak sampai harus mengirimkan 2 SMS untuk satu pesan. Mengingat pada awalnya, biaya untuk kirim SMS cukup lumayan. Apalagi jika ingin menggunakan MMS untuk mengirimkan foto.
Kejayaan SMS mulai berkurang sejak munculnya Blackberry Messenger, dimana orang hanya perlu membayar biaya bulanan paket Blackberry dan bisa mengirim pesan tanpa batas.
Pertanyaannya adalah, apakah setiap pesan atau update yang kita terima adalah penting?
Ini yang bagi saya sangat mengganggu, pada saat saya sedang fokus ke suatu pekerjaan. Misalnya dalam menulis artikel ini, ide tulisan yang sedang mengalir bisa macet karena notifikasi. Sekarang ini saya matikan atau mute semua notifikasi yang saya anggap bukan merupakan prioritas. Bagi saya jika saya mengirimkan pesan melalui Whatsapp maka pesan itu bisa dijawab nanti tidak masalah. Jika sangat penting saya akan menelpon orang yang bersangkutan.
Skala prioritas pada hal kecil yang menurut saya mulai berubah di era internet. Saat menjaga anak orang tua terkadang malah fokus dengan grup Whatsapp atau update status, padahal berbahaya buat anak. Juga pada saat bertemu dengan orang lain, malah sibuk berbalas pesan dengan pihak ketiga. Untuk apa bertemu? Sesekali boleh namun prioritas seharusnya pada orang yang sedang ditemui, bukan aplikasi.
Semua kembali kepada diri Anda masing-masing, bagaimana Anda menentukan skala prioritas di era internet.