Dalam mewujudkan tujuan keuangan, pertanyaan "Apakah ini kebutuhan atau keinginan?' sangatlah penting. Seringkali gagalnya mewujudkan cita-cita untuk mencapai kebebasan finansial gagal karena tidak bisa membedakan antara butuh dan ingin.
Makan makanan yang bergizi adalah sebuah kebutuhan manusia agar bisa hidup sehat dan bertenaga. Pilihan makanan yang mengandung protein tinggi sangatlah banyak. Ikan, tempe, tahu, daging sapi, juga termasuk di dalam pilihan itu adalah daging sapi kobe yang harganya bisa mencapai jutaan rupiah per kg. Jika secara ekonomi baru mampu membeli tempe dan tahu atau ikan untuk memenuhi kebutuhan protein maka daging adalah keinginan. Karena sebenarnya kebutuhan protein sudah bisa terpenuhi dengan makan tempe, tahu atau ikan.
Smartphone di era sekarang ini mungkin sudah menjadi kebutuhan. Dalam penggunaannya jika hanya digunakan untuk texting, update Facebook, update Instagram  dan lainnya. Apakah perlu untuk membeli smartphone yang berharga di atas Rp 10 juta?  Jika smartphone yang berharga Rp. 2 juta  sudah bisa memenuhi kebutuhan itu . Mungkin malah smartphone yang seharga Rp 1 juta sudah bisa memenuhi kebutuhan.
Jika punya pendapatan yang tinggi, selama semua kewajiban termasuk di dalamnya kewajiban dana investasi sudah terpenuhi  Saya pikir, smartphone berharga tinggi atau makanan yang mahal bisa dibilang menjadi sebuah kebutuhan. Tidak ada salahnya, selama memang mampu. Kebutuhan untuk narsis atau eksistensi diri mungkin perlu untuk kesehatan mental.
Menggunakan penghasilan untuk membiayai hobi juga menurut saya penting. Dalam memenuhi kebutuhan untuk mengurangi stress. Kebutuhan untuk rekreasi juga perlu untuk dipenuhi.
Semuanya sah-sah saja, kembali lagi jika kita mampu untuk membiayainya setelah semua kewajiban finansial terpenuhi. Jika tidak mampu, seharusnya kita mengkategorikan semua itu sebagai keinginan, sehingga tidak wajib untuk dipenuhi.
Saya pribadi, sekali-sekali mengikuti keinginan. Misalnya makan steak atau berbelanja barang yang akhirnya tidak terpakai. Menahan untuk memenuhi keinginan saya bayangkan seperti bendungan di sungai, jika airnya tidak dialirkan maka suatu ketika bisa jebol dan menyebabkan bencana yang besar.
Kesulitan utama setelah mengalirkan air atau sekali-sekali mengikuti keinginan adalah menambal lagi bocor tersebut. Kembali disiplin membatasi diri untuk memenuhi kebutuhan bukan mengikuti keinginan.
Kembali ke pertanyaan, Apakah ini butuh atau ingin?
Salam
Hanya sebuah renungan pagi agak siang