Mohon tunggu...
Ronald Wan
Ronald Wan Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Love to Read | Try to Write | Twitter: @ronaldwan88

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tanpa Langkah Pertama, Mimpi Hanyalah Tinggal Mimpi

2 Juni 2017   07:18 Diperbarui: 2 Juni 2017   08:34 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua orang di dunia ini, menurut saya memiliki mimpi yang ingin digapai. Baik mimpi yang sederhana seperti ingin berlibur maupun mimpi yang mungkin bisa dibilang berat seperti memiliki usaha sendiri.

Bayi yang baru belajar berjalan sangat beruntung karena pemikirannya belum dipenuhi oleh pengalaman dan pembelajaran dalam kehidupan. Mereka dengan pengawasan orang tua akan terus mencoba agar bisa belajar berjalan. Ini adalah tahap pertama dalam usaha untuk mencapai kemandirian. Pada saat bayi belum bisa berjalan semuanya akan tergantung pada orang lain.

Kita bermimpi untuk berlibur, apakah pernah kita memikirkan langkah pertama yang harus dilakukan untuk bisa menggapai mimpi tersebut?  Mungkin langkah pertama adalah menentukan tujuan wisata yang sesuai dengan kita. Ada yang senang dengan pegunungan atau ada juga yang senang dengan suasana pantai. Atau jika dalam mimpi berlibur kita sudah lebih spesifik, misalnya mimpi berlibur ke Bali, maka mungkin langkah pertama adalah mulai menabung untuk bisa memenuhi anggaran untuk mewujudkan mimpi berlibur ke Bali.

Semua usaha untuk mewujudkan mimpi harus dimulai dengan langkah pertama. Tetapi kesulitannya adalah kita yang sudah dewasa sudah terpapar dengan pengalaman dan pembelajaran, sehingga banyak sekali ketakutan atau kekhawatiran untuk melangkah. Banyak terjadi, kita hanya berpikir untung rugi, resiko, dan hal lainnya tanpa pernah melangkah.

Apakah berpikir tentang resiko salah? Saya pikir tidak, karena penting juga untuk memastikan kita siap untuk menghadapi semua resiko dalam usaha mewujudkan mimpi. Tetapi pertanyaannya, apakah cuma dengan berpikir kita bisa mewujudkan mimpi?

Setelah semua resiko dipikirkan sebenarnya kita sudah bisa memutuskan, apakah mimpi saya bisa diwujudkan? Jika jawabannya tidak, lupakan mimpi itu dan mulailah mimpi yang baru atau menyesuaikan mimpi kita sesuai dengan realitas sekarang dan melangkah.

Misalnya kita bermimpi ingin memiliki usaha restoran. Apakah memang kita jago masak? Apakah kita memiliki modal? Apakah kita memang mempunyai passion dalam melayani orang lain? Jika kita memang jago masak dan tidak memilki modal mengapa kita tidak mencoba mencari pekerjaan sebagai tukang masak? Sebuah cara  untuk mempelajari tentang pengelolaan restoran. Atau bisa juga dengan mulai dengan menawarkan masakan kita ke teman-teman di kantor atau tetangga, yang sekaligus bisa menguji apakah memang kita jago masak.  Itulah yang menurut saya langkah pertama, bukan hanya bermimpi untuk mendapatkan pemodal.

Jika kita ingin makan, maka kita harus melangkah ke dapur untuk mengambil makanan.

Jika kita ingin mendapatkan uang, kita harus melangkah keluar rumah untuk bekerja.

Jika kita ingin mendapatkan pekerjaan, kita harus melangkahkan jari-jari kita untuk mencari dan melamar melalui internet.

Tidak perlu takut untuk melangkah,  tanpa langkah pertama mimpi  hanyalah tinggal mimpi

Salam

Hanya sebuah renungan di pagi hari

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun