Pemerintahan Jokowi sudah berlangsung kurang lebih tiga tahun. Dalam masa ini ada beberapa terobosan yang belum pernah dilakukan oleh pemerintahan sebelumnya.
Pencabutan Subsidi BBM dan Pembubaran Petral
Pada masa 100 hari pertama, pemerintahan Jokowi mencabut subsidi BBM. Untuk melakukan import BBM pada masa itu, Pertamina menggunakan Petral sebuah perusahaan yang berlokasi di Singapura untuk melakukan pembelian BBM dan minyak mentah.
Kebutuhan BBM per hari adalah sekitar 1,6 juta barrel (BPH) sedangkan kemampuan produksi minyak mentah Indonesia adalah 800 ribu BPH. Berarti ada kekurangan 800 ribu barrel per hari. Jika kita asumsikan bahwa tingkat keuntungan orang yang terlibat termasuk Petral USD 1 per barrel, berarti mereka mendapat keuntungan USD 800 ribu per hari atau 10,4 miliar rupiah (kurs Rp 13.000). Satu bulan kurang lebih 312 miliar rupiah.
Jika keuntungan hanya USD 1 per barrel BBM
Akhirnya Petral dibubarkan dan keuntungan Pertamina melonjak naik
Penangkapan ikan ilegal
Ibu Susy, sangat gencar melakukan perlawanan terhadap penangkapan ikan ilegal. Kapal asing dan nasional yang terlibat ditenggelamkan. Moratorium ijin kapal dan juga melarang transhipment (pemindahan muatan ikan di tengah laut).
Penangkapan ikan oleh nelayan tradisional langsung meningkat.Â
Gerakan melawan penangkapan ilegal ini menyebabkan beberapa negara seperti Filipina, Taiwan, Thailand dan RRC kelimpungan karena biasanya sangat gampang untuk mencuri ikan di Indonesia. Bahkan beberapa waktu yang lalu sempat terdengar berita, beberapa perusahaan pengolahan ikan di Filipina bangkrut karena tidak ada bahan baku.
Susy banyak memperoleh penghargaan internasional berkat gerakan ini. RRC dan beberapa negara lain, Â juga mulai melakukan pengetatan untuk mencegah pencurian ikan di wilayah lautnya.
Jika dilihat dari nilai ekonomi, gerakan anti curi ikan akan menyebabkan kerugian yang besar bagi beberapa pengusaha lokal yang biasanya bisa ekspor tanpa lapor. Menurut kabar Susy sempat ditawari uang yang sangat besar nilainya jika mundur dari posisi menteri.
Pangan
Yang terbaru adalah terbentuknya Satgas anti mafia pangan. Beberapa pengusaha yang dicurigai menimbun pangan seperti bawang putih ditangkap oleh Polisi.
Ketiga contoh diatas memiliki nilai ekonomi yang sangat besar. Minyak bumi misalnya jika dengan harga sekarang yang sekitar USD 55 per barrel. Kebutuhan import minyak Indonesia adalah sekitar 800 ribu barrel per hari. Berarti nilai import minyak Indonesia adalah USD 44 juta atau sekitar (kurs Rp 13.000) Â 572.000.000.000 (milyar) rupiah per hari.
Nilai yang sangat besar hanya dari kegiatan import minyak mentah, padahal yang kita import bukan hanya minyak mentah tetapi juga BBM siap pakai seperti Pertamax. Tentu nilainya akan lebih besar lagi.
Jika ditambah dengan perikanan dan pangan serta sektor lain yang mungkin luput dari pengamatan, berapakah nilainya?
Andaikan saya seorang pengusaha yang terlibat, saya tidak akan mau kehilangan memperoleh keuntungan dari kegiatan tersebut. Cara tradisional, Â saya akan menyuap pejabat terkait, bisa saja agar memperoleh izin impor yang lebih besar atau bahkan sampai memalsukan data agar terlihat bahwa Indonesia masih sangat butuh komoditas tertentu. Kasus Patrialis Akbar adalah salah satu contoh usaha pengusaha yang mencoba mempengaruhi kebijakan pemerintah untuk memperoleh rente.
Masih berandai, jika saya sudah putus asa karena banyak usaha saya yang terganggu dan semakin sulit untuk menyuap pejabat. Saya akan menyalurkan dana untuk kegiatan-kegiatan yang bisa mengganggu pemerintahan. Misalnya hak angket KPK, demo, menggoreng isu PKI dan lainnya, jika perlu menyalurkan dana ke teroris. Sehingga suhu politik terus panas dan keamanan terganggu.
Tujuan utama adalah agar pemerintahan sekarang dianggap tidak mampu mengelola negara. Dengan harapan bahwa pemerintah selanjutnya bisa diatur, kembali ke status quo, manajemen auto pilot, rakyat disuap dengan subsidi dan bantuan uang tunai. Saya bisa berbisnis seperti biasa dan memperoleh keuntungan luar biasa.
Apakah semua ini hanya khayalan saya?
Salam
Sebuah pemikiran yang mungkin saja ngawur
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H