Soft skill, menurut wikipedia adalah kombinasi dari kemampuan berhubungan dengan orang lain, kemampuan sosial, kemampuan komunikasi, karakter dan bagaimana kita bersikap. Yang memungkinkan manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, bisa bekerja sama, bisa bekerja baik dan dapat mencapai tujuan jika digabungkan dengan hard skill yang mereka miliki. Antara lain, komunikasi, manajemen waktu, disiplin, kerjasama tim dan lainnya
Hard skill, menurut Investopedia adalah kemampuan yang bisa diajarkan, didefinisikan serta diukur efektifitas nya. Seperti matematika, mengetik, menjahit, mengoperasikan mesin dan lainnya.
Pada akhir tahun 90an, saya pernah menjadi salah satu pembina kegiatan ekstrakulikuler bersama sahabat saya almarhum Adi Nasution di komplek Akabri Sahardjo Jakarta. Pertemuan saya dengan sahabat saya, waktu itu saya aktif di sebuah organisasi Marching Band dan kebetulan Adi menjadi pelatihnya. Hubungan kami menjadi akrab, saya diajak ke tempat dia melatih Cheerleader dan Dance, sampai akhirnya kami bersahabat.
Pada awalnya saya hanya ikut-ikutan, karena sebagai laki-laki pasti tertarik dengan suatu tempat  yang banyak perempuannya. Kegiatan Cheerleader dan Dance, yang dilatih oleh Adi memang lebih banyak diikuti oleh perempuan remaja SMP, SMA dan Mahasiswi. Walaupun ada juga satu dua group dance yang beranggotakan laki-laki.
Di dalam kegiatan ini, Adi berperan sebagai koreografer dan pelatih. Sedangkan saya lebih ke arah pelatih dan pembina manajemen tim. Selain kami berdua masih ada beberapa sahabat yang juga terlibat.
Disiplin juga kami latih, setiap anggota yang melakukan kesalahan akan menerima hukuman seperti push up. Bukan kami kejam, selain mengingatkan untuk disiplin, hukuman ini juga berguna untuk melatih fisik dan stamina mereka untuk bisa tampil lebih baik lagi.
Pencapaian target juga ditekankan, artinya dalam satu latihan ada target tertentu. Berapa gerakan yang harus dihapalkan. Dalam satu bulan minimal harus bisa menghapalkan satu koreografi. Selain itu tim yang kami latih, juga kami ajarkan bagaimana menganalisa tim lawan, kekuatan dan kelemahannya. Sehingga bisa membuat strategi sebelum lomba, apa yang perlu fokus dilatih supaya bisa mengurangi kelemahan tim dan menguatkan kelebihan.
Manajemen keuangan dan manajemen waktu beberapa hal lagi yang dipelajari dalam kegiatan ekstrakulikuler. Bagaimana tim mengelola keuangan, agar cukup untuk membayar pelatih, membuat kostum, membayar biaya lomba, transport dan logistik lomba dan lainnya. Manajemen waktu, bagaimana mereka mengatur agar bisa membagi waktu antara kegiatan menari tidak mengganggu prestasi akademis.
Bisa karena biasa, biasa karena dipaksa, karena dipaksa jadi bisa. Itulah moto kami yang sering kami ingatkan. Dalam artian semuanya bisa asal kita mau bekerja keras dan berusaha. Walaupun hasil akhir tidak bisa kita pastikan.