Mohon tunggu...
Ronald Wan
Ronald Wan Mohon Tunggu... Freelancer - Pemerhati Ekonomi dan Teknologi

Love to Read | Try to Write | Twitter: @ronaldwan88

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Dunia ini Hanyalah Panggung Sandiwara

25 Maret 2017   07:47 Diperbarui: 25 Maret 2017   16:00 7395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber Kompas.Com

Dunia ini panggung sandiwara

Cerita yang mudah berubah

Kisah Mahabarata atau tragedi dari Yunani

Setiap kita dapat satu peranan

Yang harus kita mainkan

Ada peran wajar ada peran berpura pura


 Mengapa kita bersandiwara

Mengapa kita bersandiwara


 Peran yang kocak bikin kita terbahak bahak

Peran bercinta bikin orang mabuk kepayang

Dunia ini penuh peranan

Dunia ini bagaikan jembatan kehidupan


 Mengapa kita bersandiwara

Mengapa kita bersandiwara


 Dunia ini penuh peranan

Dunia ini bagaikan jembatan kehidupan

Mengapa kita bersandiwara

Lirik lagu Panggung Sandiwara, ciptaan Ian Antono dan Taufiq Ismail. Dinyanyikan oleh Ahmad Albar bersama God Bless. Dan sempat dipopulerkan lagi oleh Nicky Astria.

Dunia ini hanyalah panggung sandiwara. Manusia-manusia di dunia memerankan berbagai macam peranan. Dengan akting yang bisa mengalahkan pemenang Oscar, manusia sampai tidak sadar bahwa dia hanyalah berpura-pura.

Meyakini apa yang dijalankan adalah ketulusan bukan kebulusan.

Politikus yang menangis melihat rakyat yang terkena bencana kemudian tersenyum bahkan terbahak begitu hasil korupsi dana bencana masuk dalam rekening.

Pada saat kampanye sibuk mengunjungi rakyat kecil, membawa sembako dan menjanjikan dana bantuan. Begitu terpilih sibuk bagi- bagi proyek dengan konconya.

Artis yang begitu yakin bahwa dia harus tampil mewah bak orang kaya. Terlibat prostitusi, begitu tertangkap langsung mengenakan kerudung.

Tokoh masyarakat yang kelihatan alim, ternyata poligami tanpa seizin istrinya.

Kita semua juga memerankan sebuah peranan dalam panggung sandiwara dunia.

Puja puji kepada atasan bahkan sampai menjilat pantat, demi kemajuan karir.

Berperan sebagai teman setia kepada si kaya, langsung kabur begitu si kaya jatuh miskin.

Sangat perhatian terhadap pacar, setelah menjadi istri dipukuli.

Terlalu banyak topeng yang digunakan dalam menjalani kehidupan.

Tidak adakah lagi kesetiaan?

Apakah kejujuran sudah punah?

Kemanakah hilangnya ketulusan hati?

Apakah kepura-puraan sudah menjadi jalan hidup?

Dunia ini hanyalah panggung sandiwara, peran apa yang ingin kita mainkan?

Salam

Hanya renungan di pagi hari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun