6 Bulan lalu, ada sebuah perusahaan yang IPO dengan sukses. Harga IPO-nya terbang 4x lipat. Narasi yang diusung ? Metaverse.
Apa itu ? Sebuah teknologi teknologi masa depan ? Probably.
Are they gonna make it ? I'm not sure. Mereka melakukan publicity stunts everywhere.
Jadi apa Metaverse itu ?
Untuk definisinya, saya sependapat dengan Jon Radoff. CEO Beamable.
Metaverse adalah generasi baru Internet. Metaverse BUKANLAH AR VR things.
It can NOT be built based on our existing Internet.
Meta ( formerly Facebook ) untuk pertama kali-nya menerbitkan surat utang untuk membangun teknologi ini. 10 Billions USD. 151 Triliun Rupiah !
Uang yg harus di "buang" setara dengan Laba Bersih BCA 5 tahun. Dan inipun tidak bisa dibangun oleh 1 Perusahaan semata.
Apa problemnya ? Banyak. Bagi saya, sederhananya ada 1 problem.
Infrastruktur Teknologinya.
Paling basic saja dahulu. Koneksi Internet.
Technological requirement Metaverse adalah 1 Gbps atau 1.000 Mbps. Dengan latency 10 millisecond ( ms ).
Indonesia ? kecepatan tertinggi broadband kita di 21 Mbps ( saya asumsikan sama speed upload & download-nya ). Â Delay time di kita, rata2 28 ms. Telkom Indonesia better, sekitar 16 ms.
Dari 21 Mbps ke 1.000 Mbps ? Butuh berapa duit & berapa lama ?
Belum kita tambahkan kesulitan faktor coverage di seluruh area Indonesia.
Tapi ada 5G khan ? bisa dong Metaverse.
Hmmm. Konsekuensi 5 G salah satunya membutuhkan BTS yang lebih berdekatan satu sama lain. Sehingga butuh penambahan BTS baru lebih banyak.
Jika disimplifikasi, dengan jarak antar BTS kita kurangi 50%. Maka dibutuhkan tambahan setengah dari jumlah BTS yang ada saat ini.
FYI, jumlah BTS Telkomsel saja 250 ribu. Dengan pertumbuhan jumlah BTS baru rata2 7% / tahun.
Bisa dibayangkan berapa lama waktu yang dibutuhkan Indonesia ke 5G.
Itupun asumsinya duit-nya ada dan tidak ada masalah lapangan untuk pembangunan BTS.
Sisi fundamental lain, pita frekuensi untuk 5G. Frekuensi 700 Mhz yang selama ini dipakai untuk Internet.
Kita tidak memiliki blok frekuensi yg cukup untuk 5G. Ini adalah alasan, Kominfo mempercepat eksekusi TV Digital tahun ini.
Frekuensi 700 Mhz yg akan di jual buat #5g nanti, saat ini setengahnya diisi oleh TV - TV lokal yg ( analog ).
Dengan digital, frekuensi yg dipakai lebih efisien. Lebih hemat.
Sebenarnya inisiatif TV Digital ini sudah dimulai di zaman Menteri Tifatul Sembiring. Tapi entah, baru saat ini di eksekusi. Mungkin alasannya lebih butuh duit sekarang.
Padahal alasan lain yang menurut saya lebih penting, adalah Indonesia butuh Frekuensi saat Bencana. Kita tidak punya itu.
Tsunami Aceh, adalah bukti kita tidak bisa apa2 ketika seluruh BTS - BTS para provider tumbang.
Diatas, adalah barulah secuil tantangan untuk Metaverse di Indonesia.
Metaverse Indonesia saat ini, masih gimmick beberapa perusahaan untuk mencari duit investor atau sekedar publicity stunt.
See what they do, guys. Not their news.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H