Mohon tunggu...
Ronald Sutanto So
Ronald Sutanto So Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

saya adalah seorang wiraswasta yang gemar membaca, menulis, dan mengamati alur kehidupan, serta merenungkan fenomena fenomena kehidupan yang terjadi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Telepon Klasik

14 Juni 2022   13:56 Diperbarui: 14 Juni 2022   14:27 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.powellsrural.co.uk/


Beberapa detik kemudian, Bertha Sand pun berbicara di telepon.
"halo, saya Bertha Sand, ada yang bisa saya bantu?"

Harry sangat terkejut tak percaya bisa mendengar suara yang sangat ia rindukan, hingga air mata pun membasahi pipinya, ia kemudian menjawab dengan terbata bata, "iiini aku ibu, Harry putramu"

Bertha pun tak kuasa menahan air mata terharu bahagia, mendengar suara putra nya yang sangat ia rindukan
"Bagaimana kabarmu nak? Apa kamu baik baik saja? Apa kamu sudah makan? Kamu ada di mana?"

Harry berusaha untuk mengendalikan perasaan harunya, menjawab dengan sedikit berbisik, "aku baik baik saja ibu, kondisiku sangat baik, aku sangat merindukanmu, setiap hari aku berdoa kepada Tuhan agar kita bisa bertemu di alam mimpi, tak kusangka Tuhan menjawab doaku melalui telepon ini."

"Ibu, aku baru saja naik jabatan, pimpinan sangat senang dengan hasil kerjaku, hingga aku ditugaskan menjadi kepala bagian untuk menangani masalah masalah yang lebih sulit lagi. Karirku berjalan dengan sangat baik di sini, hingga aku dapat membeli sebuah rumah yang sangat indah dan bisa berbicara denganmu ibu. Sungguh ku berharap dirimu hadir di sini ibu, menemani hari hariku, menikmati pemandangan yang sangat indah ini. Bagaimana kabar ibu di sana?"

Bertha pun turut menceritakan banyak hal, saat ini ia bekerja untuk merawat bayi bayi yang terlahir di surga, menemani mereka bermain, sambil bernostalgia mengenang masa kecil Harry yang penuh momen indah yang membahagiakan. Ia merawat seluruh anak anak itu selayaknya merawat harry dengan penuh cinta.

Harry berkata, aku ingin jadi seperti anak-anak itu ibu, ingin selalu berada di dekatmu seperti masa kecil dulu. Sambil mengelap air matanya dengan tissue

Bertha berusaha tetap tenang dan menjawab, tenang anakku, kamu masih punya banyak tugas di sana, jalani hidup dengan bahagia, nikmati semua prosesnya.

Tiba-tiba, sambungan telepon punterputus, tepat ketika jarum jam menunjukkan pukul 4.25 pm.

Bersambung........

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun