Mengenangmu, ibu. Tak sanggup ku berkata. Menatap wajah letihmu,hanya air mataku yang bicara. Andaiku bisa melayanimu sepenuh hari...ah,penyesalan yang tiada guna.
Masihkah surga di telapakmu itu, tersisa satu untukku?
Bunda: kau lah cinta yang tiada pernah renta. Selamanya untukku. Kau lebih dari segala.
Fragmen #5.
Di sela rinai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!