"Tidak peduli seberapa korup, serakah, dan tidak berperasaannya pemerintah kita, perusahaan kita, media kita, dan lembaga keagamaan dan amal kita, musiknya akan tetap indah."- Kurt Vonnegut, A Man Without a Country
Seorang polisi yang sudah bersumpah untuk menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, serta akan senantiasa mengutamakan kepentingan masyarakat, bangsa dan negara, dari pada kepentingan pribadi, seseorang atau golongan, kelak merupakan seorang polisi yang berkualitas. Kunci kualitas dari seorang polisi adalah seseorang yang memiliki kesehatan jasmani dan rohani, memiliki penilaian yang matang tentang kebenaran moral dan hukum, integritas dan rela berkorban, serta bereaksi cepat dan efektif dalam berbagai situasi masalah. Seseorang yang memutuskan untuk menjadi seorang polisi harus mempersiapkan diri menjalani berbagai seleksi dan ujian yang nantinya siapapun yang lulus, akan mendapatkan pelatihan profesional untuk menjadi bagian aparat keamanan bersama dengan segala tanggung jawab dan risikonya. Menjadi seorang polisi tidaklah main-main.
Namun, walaupun seorang polisi sudah pernah bersumpah dan dilatih untuk menjadi profesional di bidangnya, tetapi tetap saja, sering kali ada banyak polisi yang lebih memilih menjadi sesosok mafia berlencana atau menjadi seorang polisi korup. Banyak polisi yang memutuskan untuk melakukan korupsi adalah karena mereka hanya menganggap bahwa polisi tidak lebih hanya suatu profesi yang menghasilkan uang. Padahal, yang dilihat dari Kepolisian adalah kehormatan dan integritasnya, bukan dari penghasilannya semata. Tidak ada jalan pintas menuju kekayaan, apalagi harus menggunakan profesi yang sebenarnya mulia. Tidak semua profesi memberikan kita kekayaan, ada profesi yang memang lebih memberikan kita kehormatan ketimbang uang semata, dan kita harus sadari dan menerima kenyataan itu.
"Menjadi petugas polisi yang baik adalah salah satu pekerjaan paling sulit, berbahaya, dan idealis di dunia." -Thomas Hauser
Sering kali, kriminal terjadi bukan hanya karena adanya niat dan kesempatan, tetapi juga karena kebiasaan. Korupsi yang terjadi di Kepolisian bukan lagi suatu hal yang tabu di masyarakat. Bahkan, mereka sudah menganggap tindakan korupsi sebagai suatu kebiasaan yang sengaja dilumrahkan secara rahasia. Entah itu menjual jasa mereka untuk menjadi pembunuh bayaran, menjadi peretas, menjadi perundung, menjadi pendengung, dan sampai menerima suap ataupun pungli. Seorang polisi yang korup biasanya menggunakan profesinya dengan bertindak sewenang-wenang kepada masyarakat sipil demi keuntungan pribadi. Termasuk penipuan dan penuduhan. Kepolisian yang korup bukan hanya berada di tingkat bawah saja, melainkan para petinggi yang telah menciptakan skema secantik mungkin agar dapat kebal dari hukum. Dari kepemimpinan yang korup, kelak akan menciptakan suatu organisasi yang korup juga. Apalagi mereka ternyata merupakan para penegak hukum.
Jika ada para polisi korup yang menggerogoti kesatuan Kepolisian, pastinya juga ada para polisi yang bersih yang menentang keras tindak kriminal dan korupsi. Masih ada bahkan banyak para polisi yang tetap menjunjung tinggi kehormatan, keberanian, dan tugas dari profesinya. Namun, apa yang membedakan polisi korup dan polisi yang bersih? Mengapa seorang polisi yang sudah bersusah payah untuk mendapatkan profesinya secara terhormat tetapi pada akhirnya malah memilih membuang semua sumpahnya? Kita tahu bahwa kualitas kesehatan jasmani dan rohani dari manusia dapat menurun atau digoda. Menggapai itu mudah, jatuh apalagi, tetapi mempertahankan itu sulit. Dibawah ini ada lima nilai sebagai kunci keberhasilan dari seorang polisi yang terus mempertahankan kualitasnya. Dihormati berbeda dengan dikasihani, disegani berbeda dengan ditakuti.
"Siapa pun yang melawan monster harus memastikan bahwa dalam prosesnya dia tidak menjadi monster. Dan jika kamu menatap cukup lama ke dalam jurang yang dalam, jurang itu akan kembali menatap ke arahmu." -Friedrich Nietzsche
EDUKASI. Seorang polisi yang berkualitas selalu didasari pemahaman yang kaya akan pendidikan. Menjadi seorang polisi yang berkualitas harus memiliki latar belakang pendidikan formal atau resmi secara konsisten. Semua itu bertujuan agar terlihat jelas bahwa seorang polisi memang benar-benar berasal dari tenaga terdidik yang telah memiliki pola pikir yang jauh lebih matang daripada yang sama sekali tidak berjuang. Edukasi menciptakan pola pikir yang lebih kritis, bijak, dan kaya akan wawasan sehingga kelak orang-orang yang akan menjadi polisi, tahu sebenarnya nilai-nilai dari profesi seorang polisi. Menempuh di bidang edukasi memang merupakan pilihan terbaik untuk menjadikan diri sebagai polisi yang dibanggakan, tetapi tetap berhati-hati terhadap edukasi-edukasi yang ternyata mengantarkan para pelajarnya ke arah ekstremisme, fanatisme, fasisme, atau radikalisme.
KESADARAN DIRI. Pintar saja tidak cukup, harus didasari juga dengan kekayaan rohani. Seorang polisi yang berkualitas tidak hanya pintar di otak tetapi juga bijak di hati nurani. Mengasihani jangan lengah, tegas bukan berarti keras dan sadis. Ilmu pengetahuan adalah kekuatan, tetapi hati nurani dan kesehatan rohani membuat kita tetap bijak untuk menggunakannya. Seorang polisi harus sadar bahwa dirinya merupakan seorang penegak hukum yang bijak tanpa pandang bulu. Seorang polisi harus sadar bahwa profesinya memang tidak mengantarkan dirinya untuk menjadi seorang yang kaya raya, tetapi lebih kepada kehormatan dan nilai-nilai kesatuan Kepolisian. Seorang polisi harus sadar bahwa walau dirinya dilatih untuk menjadi kuat untuk melawan berbagai kriminal, tetapi ia tetaplah seorang manusia yang bisa merasakan takut. Keberanian adalah ketika seorang manusia bisa merasakan takut tetapi ia tetap menghadapinya.
INTEGRITAS. Jangan pernah tergoda bahkan berharap untuk menjadi polisi yang terkenal akan kualitasnya. Namun, teguhkan hatimu untuk menjadi seorang polisi yang bisa mengendalikan diri akan godaan-godaan kesombongan kekuatan seorang pahlawan. Kekuatan, kekuasaan, materi itu menggoda, janganlah kau melakukan pencitraan atas nama kesatuan polisi. Polisi yang berkualitas adalah polisi dengan integritas. Konsisten akan implementasi nilai-nilai Kepolisian, bukan hanya motivasi di awal, melainkan menjadi suatu budaya yang melekat kuat sampai maut menjemput. Sedikit berucap, tidak pernah membual, tetapi bertindak nyata walau kelelahan dan rasa khawatir menusuk sampai ke tulang. Kesatuan Kepolisian bukan hanya organisasi melainkan nilai-nilai yang bersatu di dalam setiap individunya. Integritas adalah tentang kepercayaan, kejujuran, komitmen, tanggung jawab, kesetiaan, berprinsip. Integritas adalah kunci.
KEMAMPUAN. Pengalaman adalah guru yang paling berharga. Dari pengalaman, kita akan mendapatkan berbagai kemampuan yang tidak kita dapatkan sebelumnya. Pengalaman membuat kita profesional. Pengalaman membuat kita percaya diri akan kemampuan diri. Tidak semua pengalaman mengenakkan, tetapi semua pengalaman selalu memberikan pembelajaran. Seorang polisi yang berkualitas haruslah seorang polisi yang memiliki pengalaman dan bukan hanya petugas tanpa tugas. Kewajiban, keberanian, kehormatan, adalah keseharian dari seorang polisi. Mengambil pelatihan, menyelesaikan berbagai tugas, mengalami kegagalan, masalah kehidupan, merupakan bagian dari polisi untuk menjadikannya berkualitas. Polisi yang memiliki kemampuan tahu bagaimana menghadapi para oknum yang meresahkan. Kemampuan polisi haruslah berkualitas untuk melindungi masyarakat dari berbagai ancaman kriminal.
SPIRITUAL. Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Edukasi spiritual menciptakan kedamaian hati. Spiritual bukan tentang eksternal, melainkan internal, yaitu hanya tentang diri kita sendiri. Spiritual membuat diri kita tetap teguh akan berbagai cobaan, rintangan, tantangan, ataupun sesuatu hal yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Rasa ketakutan akan ketidaktahuan memang menyeramkan, tetapi percaya bahwa ketidaktahuan itu kelak akan berakhir baik adalah iman. Daging adalah binatang, tetapi spiritual adalah manusia. Daging membuaskan, tetapi spiritual memanusiakan. Spiritual tentang bagaimana menjadi manusia seutuhnya. Edukasi spiritual selalu mengajarkan kita tentang kebaikan, kebijaksanaan, dan kebenaran demi menjadi manusia dan bukan binatang. Spiritual memiliki entitas yang dipercayai melindungi diri manusia dari entitas yang jahat. Dari semua kepercayaan dan edukasi spiritual, membentuk sesosok manusia yang berprofesi sebagai polisi dengan nilai dan bukan menjadi binatang predator yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Bukan hewan atau mesin, tetapi manusia yang berjiwa sehat.
"Polisi pasti korup. Polisi selalu mengamati bahwa penjahat makmur. Dibutuhkan seorang polisi yang sangat bodoh untuk mengabaikan fakta bahwa posisi otoritas adalah posisi kriminal yang paling makmur." - Frank Herbert, God Emperor of Dune
Tidak semua di dunia ini bisa disetarakan, dibandingkan, atau ditukar dengan materi. Jika semua hal apapun yang ada di dunia ini bisa diinjak dengan uang, maka kita para manusia, kau yang membaca esai ini, saya yang menulis esai ini, polisi yang sedang bertugas, atau calon polisi yang sedang berlatih, tidak akan bisa hidup dengan kemerdekaan sampai sekarang. Hidup memang butuh uang, tetapi harga berbeda dengan nilai. Manusia tahu bahwa kehidupan membutuhkan uang karena ia memiliki nilai tentang dimensi realitas akan hidupnya. Semesta memang hanya dapat berjalan jika ada keseimbangan antara hitam dan putih. Namun, di dunia nyata, di bumi yang kita tinggali, di negara yang mana tempat polisi mengabdi, tingkat kriminalitas dan korupsi bisa diminimalisir sampai ke persentase yang terkecil. Uang menyediakan materi, nilai membuat materi dan uang itu berarti. Nilai membuat orang menjadi bijak untuk menggunakan materi. Tanpa nilai, tidak akan ada lagi cita-cita dan harapan. Namun, pada kenyataannya, masih banyak orang-orang yang menjunjung tinggi nilai dan tak dapat disuap.
Semoga esai ini dapat memberikan inspirasi, motivasi, wawasan, bahkan hiburan yang membuat diri kita, entah itu polisi atau bukan, menjadi pribadi yang berkualitas dan berbudi luhur.
"Tidak peduli seberapa kerasnya kejahatan berusaha, ia tidak akan pernah bisa menandingi kekuatan kebaikan, karena kejahatan pada akhirnya akan menghancurkan dirinya sendiri. Kejahatan mungkin bertujuan untuk merusak orang lain, namun dalam prosesnya ia merusak dirinya sendiri." - John Connolly, The Infernals
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H