“Apa yang mau kamu bicarakan, Fon?” ujar Lia kemudian. “Ah, pasti kamu habis dihukum sama guru lagi ya gara-gara ga buat PR?” Lia nyerocos sok tahu. Aku menggelengkan kepalaku.
“Nggak.” Aku menyiapkan kata-kata yang pas dan hendak aku keluarkan dari dalam mulutku, aku berharap tidak lupa dengan kata-kata yang telah aku siapkan. “Aku mau bicara soal cinta, Li.”
“Oh, pasti kamu lagi jatuh cinta ya? Eh siapa cewek beruntung yang kejatuhan cintamu? Cerita dong, ga pernah cerita deh kamu!” Lia cemberut, aku hanya tersenyum memandangnya.
“Aku sebenarnya nggak tahu cinta itu apa, yang aku pahami hanyalah, aku…” Aku menunduk, tidak berani menatap wajahnya. Lia mengintip wajahku yang menunduk.
“Kamu kenapa?” tanyanya lagi.
“Aku hanya paham makna cinta bahwa aku mencintaimu, entah sejak kapan aku merasakan perasaan ini. Yang pasti perasaan itu semakin kuat dan semakin meyakinkanku bahwa kamulah cintaku. Aku nggak memaksamu untuk membalas cintaku. Aku hanya mengutarakan perasaanku padamu saja, Li. Maafkan aku.” Aku segera beranjak dari tempat itu, perasaan malu dan berharap akan dibalas hari itu juga bergelayut di pundak dan di hatiku.
“Alfon!” panggil Lia, suaranya yang terdengar melemah itu membuat aku menghentikan langkahku. “Kamu nggak salah. Kamu nggak perlu meminta maaf, aku juga paham maksudmu. Aku juga merasakan hal yang sama sepertimu.” Aku tidak tahu sihir apa yang digunakan oleh Lia sehingga dia berhasil membiusku dengan kata-katanya barusan. Dedaunan pohon yang menaungi kami berdua mulai jatuh ke tanah akibat tertiup angin kencang, aku membalikkan badanku, sedetik kemudian aku berlari ke arahnya dan memeluknya.
“Jadi?” tanyaku memecah keheningan di antara kita berdua. Aku melepaskan pelukanku
“Kamu cinta aku kan? Aku juga cinta kamu, Fon!” Lia tersenyum memandang wajahku.
“Makasih Lia.” Aku memeluknya sekali lagi, lega, bebas dan bahagia, seperti itulah perasaanku. “Maafkan kalau selama ini aku penuh kekurangan di matamu.” Suaraku yang semula meninggi akibat bahagia mendadak menjadi melemah.
“Apakah cinta harus selalu memiliki kelebihan? Cinta adalah saling melengkapi.” Lia berbicara dengan nada yang menyejukkan hati. Aku menggenggam tangannya erat sekali.