“Ya, aku akan rela menunggumu, setahun dua tahun, atau seribu tahun lagi.” Aku tersenyum kepadanya, dia mengangguk tanda setuju, ya dia mau menjadi pacarku! Bianglala berputar kembali. Dan dia mendekapku, akupun mendekapnya, membelai rambutnya. Aku benar-benar mencintainya.
Aku menunggunya, tiap malam minggu aku menelponnya, memberinya semangat. Saat ini, genap setahun atas kepergiannya dalam melaksanakan tugas dokter di pedalaman Kalimantan. Aku menjemputnya di bandara, menunggunya sampai malam. Akhirnya wanita yang aku nanti-nanti datang juga, Winda memakai baju bunga-bunga dan dilapisi jaket jinsnya melambaikan tangannya padaku, aku berlari kepadanya dan memeluknya erat sekali, aku tidak mau kehilanggannya lagi.
Bagiku dia adalah kekasih sekaligus dokterku, ya, dokter spesialis hatiku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H