Mohon tunggu...
Ronald M Paung
Ronald M Paung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Be a wise

Just trying to be better

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Merayu

22 Mei 2016   23:27 Diperbarui: 22 Mei 2016   23:46 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menemukan dirimu sama halnya dengan menemukan banyak kepingan-kepingan jiwaku. Menemukanmu dalam lipatan-lipatan hidup yang sering memaksa dan mendesak. Dalam perjalanan yang sering kali melewati esai-esai kehidupan yang panjang dan membosankan, hadirmu memberikan rasa manis gula-gula, lolipop dan permen jahe.

Sepi ternyata tidak hanya melumpuhkan tapi membunuh. Seringkali pekat dalam hati jauh lebih pekat dari pekatnya malam. Termangu-mangu dalam taman keraguan yang bahkan aku sirami dengan rasa abai. Mengakrabi insomnia dan menggelamkan rasa dalam segelas kopi. Menimang-nimang kegamangan dan tertatih-tatih bersama malam, begitulah aku mengkhianati waktu sebelum bertemu denganmu.

Mendekatimu...

Perasaan takkan bisa dipaksa. Ia harus mengalir, pelan-pelan, meluruh untuk mengendap menjadi rindu. Ia harus mencair dan membeku sekaligus. Mengisi sisi hati untuk kemudian membentuk tembok-tembok kesetiaan. Ia begitu rumit namun dapat sangat sederhana. Sesederhana rasa pertama kali bergenggaman tangan dan serumit saat terpenjara dalam sunyinya perpisahan.

Namun aku tahu dalam setiap genggamanmu aku mempunyai kesempatan..

Merayu...

Kamu selalu menjadi gula-gula, lolipop dan permen jahe dalam setiap senyummu. Melarut dalam hati dan menghapus keraguan. Aku terkesima, ternyata senyumanmu memberikan banyak jawaban sekaligus banyak pertanyaan. Kamu seperti banyak rasa yang tercipta dari keindahan, segenggam rasa sayang, beberapa sendok repetan dan segelas misteri yang selalu sulit aku terjemahkan dalam usaha memahamimu. Engkau menawarkan rasa yang tak mampu dipahami logika. Membiarkan aku tersesat dalam manisnya pencarian cintamu. Menawarkan kepastian dan keraguan pada saat saat yang sama.

Akhirnya...

Kita mungkin akan berujung pada satu titik yang sama dan kemudian saling berdampingan hingga tua. Atau kita hanya bersisian, sebentar saling berkunjung, untuk kemudian saling menjauh. Biarlah... Toh kita tidak bisa mengatur takdir dan hidup. Untuk saat ini, ijinkan aku merengkuhmu dalam hangatnya cinta, meresap wangi dan sentuhan lembutmu. Biarkanlah ciuman dan pelukan yang menyatukan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun