“Anak bapak sepertinya hanya demam biasa saja. Tapi lebih baik segera di tes darah agar kita bisa lebih tahu pasti. Sementara kita kasih obat penurun panas dulu ya pak.” Kata seorang perawat.
Gajian masih dua minggu lebih lagi. Jefri terpaksa harus cari pinjaman sekitar Rp. 400 ribu untuk biaya cek lab dan periksa ke dokter. “Hasil lab tidak menunjukkan ada hal yang serius, syukurlah.” Kata dokter Budi.
Tiga hari berlalu dengan membaiknya kondisi Sarah. Sekolah sudah menerima surat ijin Sarah untuk tidak mengikuti kelas beberapa hari. “Kalau besok sudah ga panas lagi, lusa kamu boleh sekolah lagi ya..” Ervina tersenyum dan membiarkan Sarah meneruskan tidurnya.
Malam itu terasa dingin sekali. Terkadang Jefri merindukan suara jangkrik di malam hari, seperti di kampungnya dulu. Jefri lalu teringat masa kecilnya bersama sang ayah. “Ayahku adalah ayah terbaik di dunia..” kenangnya. Tubuh Jefri mulai terasa ringan seraya memandang bayangan dalam pikiran.. pelan-pelan tidak terdengar lagi suara apapun, semuanya begitu hening seolah menghilang. Jefri lalu tertidur pulas.
“Ayah, bangun..!!”
Bersambung ke bagian 3
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H