Mohon tunggu...
Ronald Dust
Ronald Dust Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Musik dan Jurnalis

Seniman Musik dan Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Aspek-aspek Pelajaran Olahraga di Sekolah

2 April 2017   22:51 Diperbarui: 4 April 2017   21:09 4222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Tujuan utama diselanggarakan pelajaran olahraga di sekolah bukanlah melatih keterampilan (skill). Pernyataan ini didasari dari kenyataan bahwa seluruh murid wajib mengikuti pelajaran olahraga sedangkan keterampilan dalam cabang-cabang olahraga mengandung unsur talenta dan kemampuan fisik.

Memberikan pelatihan keterampilan cabang olahraga tertentu dilakukan kepada orang yang berorientasi kepada profesi atlit profesional. Sekolah umum memiliki kelompok murid dengan kondisi fisik, kemampuan dan ketertarikan yang variatif. Sehingga sekolah tidak dapat mewajibkan pelajaran olahraga kepada semua murid untuk menjadikan mereka terampil.

Sistem penilaian yang dilakukan di sekolah untuk pelajaran olahraga menjadi menarik untuk diamati ulang. Murid yang tidak bisa berenang dapat menggantikan nilainya dengan tugas teori; murid yang tidak bisa memukul bola dengan tongkat kasti (baseball) mendapatkan nilai kurang sementara keterampilan olahraga tidak termasuk kewajiban murid; sama halnya dengan murid perempuan yang tidak bisa/tidak suka bermain sepak-bola, mereka dapat mengganti nilainya melalui tugas teori.

Penilaian yang diberikan kepada murid atas kemampuan berolahraga menjadi rancu. Jika dalam praktek, guru meminta sekelompok anak lomba lari (sprint), guru hanya akan mendapatkan 1-5 pemenang saja; lalu bagaimana nasib nilai murid yang tidak bisa berlari cepat?

Pertanyaan yang muncul apakah pelajaran olahraga masih relevan dengan pendidikan di sekolah? Mengapa pelajaran olahraga diwajibkan dan apa fungsinya?

Dilihat dari program-program dan materi pelajaran olahraga di sekolah, pelajaran olahraga juga tidak tampak digunakan sebagai program kesehatan. Sekolah hanya menyediakan waktu yang singkat dan terbatas untuk pelajaran olahraga, yakni sekitar 2-3 jam dalam satu minggunya. Dalam waktu yang terbatas menurut ukuran kesehatan, sekolah memberikan pelajaran berupa teori dan praktek.

Pelajaran olahraga juga sering diselipkan di antara jadwal mata pelajaran lain. Sering terjadi bahwa murid harus kembali duduk dalam kelas mnegerjakan soal-soal IPA-IPS dengan kondisi kelelahan dan berkeringat setelah mengikuti pelajaran olahraga.

Maka dinilai dari aspek materi pelajaran, sistem penilaian dan penggunaan waktu, tujuan utama sekolah yang paling logis adalah memberikan pengetahuan-pengetahuan umum yang berhubungan dengan dunia olahraga.

Sekolah menyediakan jalur ekstrakulikuler bagi murid yang berbakat dalam suatu cabang olahraga. Ini menunjukkan bahwa sekolah menyadari perbedaan kemampuan dan ketertarikan murid terhadap bidang olahraga. Diharapkan sekolah dapat mempertimbangkan kembali aspek-aspek mata pelajaran olahraga.

Sekolah hendaknya hanya memberikan pengetahuan-pengetahuan berupa teori cabang-cabang olahraga, sejarah, tokoh-tokoh, lembaga-lembaga olahraga, peraturan-peraturan dan sebagainya. Sedangkan materi praktek olahraga hanyalah sarana yang diberikan sekolah agar murid bisa sekedar mencoba melakukan cabang olahraga.

Murid mempraktekkan teori cabang-cabang olahraga untuk memudahkan mereka memahami suatu permainan cabang olahraga, bukan untuk memberikan jalur profesional dengan memberikan penilaian beradasarkan keterampilan (skill).

Manfaat pelajaran olahraga sebagai materi pendidikan di sekolah belum terlihat pada realitas kehidupan bermasyarakat. Contoh nyatanya bahwa masih banyak anak sekolah di jaman ini yang tidak tahu mengenai pahlawan-pahlawan olahraga masa dulu dan karya kepahlawanan-nya.

Misalnya, anak sekolah jaman sekarang jarang ada yang tahu mengenai Rudi Hartono, atlit bulu-tangkis Indonesia yang memegang rekor meraih kemenangan di ajang All England selama 8 kali berturut-turut, belum ada atlit yang bisa memecahkan rekor tersebut. Jarang ada murid yang tahu bahwa Alan Budi Kusuma dan Susi Susanti adalah pasangan atlit peraih emas olimpiade tahun 1992 cabang olahraga bulu-tangkis.

Anak sekolah jaman sekarang juga banyak yang tidak tahu mengenai sejarah olahraga atletik yang berasal dari Yunani. Mereka juga tidak tahu tentang asal usul kata “Atlit” itu sendiri.

Wawasan mengenai hal-hal teknis yang sifatnya pengetahuan umum juga penting untuk diberikan kepada murid di sekolah. Misalnya pengetahuan mengenai mengapa permainan catur dan Moto GP dikatakan olahraga; mengapa Rio Dewanto tidak dapat berlaga lagi di ajang F1 Internasional; dan sebagainya. 

Pelajaran olahraga di sekolah dapat dimanfaatkan sebagai alat revolusi mental yang menjadi bagian pembentukan karakter murid. Prinsip-prinsip dalam olahraga sangat baik untuk diterapkan kepada murid. Guru olahraga dapat menerapkan kedisiplinan, sikap sportif, sikap siap menjadi pemenang dan siap mengakui kekalahan, siap bekerja-sama dengan tim, sifat pantang menyerah dan sifat rendah hati.

Lembaga-lembaga pendidikan masih harus mempertimbangkan kembali aspek-aspek pelajaran olahraga di sekolah. Kemanakah arah pelajaran olahraga di sekolah. Hal ini penting untuk dicermati kembali sebagai bentuk peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun