Mohon tunggu...
Ronald Dust
Ronald Dust Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Musik dan Jurnalis

Seniman Musik dan Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menguji Tingkat Penguasaan Materi Pelajaran

16 Maret 2017   14:39 Diperbarui: 16 Maret 2017   14:53 1027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Wawancara mungkin adalah cara yang paling jitu untuk mengetahui apakah murid-murid di kelas menguasai materi pelajaran. Dengan mewawancarai murid satu per satu, guru akan dapat menilai dengan baik.

Tapi metode wawancara ini pasti tidak efektif karena guru memiliki sekitar 30-40 murid dalam satu kelas. Guru juga biasanya mengajar di lebih dari satu kelas. Habis waktu untuk mewawancarai semua anak, apalagi materi pelajaran yang diberikan juga banyak. Tidak juga!

Mungkin sebagian guru akan mengatakan bahwa solusi untuk ini adalah dengan mengadakan ulangan harian. Ulangan berkala kurang memadai untuk mengetahui apakah setiap murid benar-benar memahami materi pelajaran. Kelemahannya adalah kenyataan bahwa murid mungkin dapat menghapal jawaban tapi tidak memahami materi; atau murid bisa saja menjawab dengan cara curang. Kita tidak bisa anggap sepele terhadap dua kelemahan ini, karena dua hal ini yang sering terjadi.

Wawancara yang paling jitu. Bagaimana mewawancarai 30-40 murid mengenai materi pelajaran?

Saya berikan satu tips untuk menggunakan metode wawancara di dalam kelas. Metode ini belum pernah di uji coba (mungkin pernah? Saya tidak tahu), tapi bisa mulai dicoba.

Yang pertama harus dilakukan adalah merancang deretan pertanyaan dengan teknik khusus. Ini tergantung mata pelajaran yang ingin ditanyakan. Saya agak sulit mengambil semua mata pelajaran, jadi saya hanya mengambil beberapa mata pelajaran saja untuk contoh.

Metode wawancara yang paling sederhana adalah dengan menyiapkan sederetan pertanyaan kunci mengenai suatu materi. Kemudian tanyakan kepada setiap murid tanpa memberitahu jawaban yang benar. Minta murid menjelaskan jawabannya secara singkat dan guru lalu menulis nilainya diam-diam.

Seperti ulangan harian, hanya saja guru tidak menunggu murid-murid selesai menulis jawaban. Jangan khawatir murid-murid yang mendengarkan penjelasan temannya yang sedang diwawancarai, sedikit banyaknya murid-murid akan lebih terdorong untuk mendengarkan dengan serius, mereka pasti ingin mencari tahu jawaban atas pertanyaan yang diberikan. Ini cara yang cerdik, bukan licik =) dan ingat, jangan beri tahu jawabannya sebelum semua anak ditanyai.

Metode wawancara yang lebih lanjut adalah menyiapkan 4-5 deretan pertanyaan yang berbeda. Satu deret pertanyaan berisi 10-15 pertanyaan. Jadi jumlah semua soal adalah 4-5 deret dikali 10-15 pertanyaan.

Pertanyaan-pertanyaan pada setiap deret dibuat untuk menanyakan hal yang sama namun dengan kalimat pertanyaan yang berbeda. Contoh yang paling mudah adalah dengan soal matematika:

Deret pertanyaan 1

  • 2 x 2
  • 5 x 2

Deret pertanyaan 2

  • 2 + 2
  • 5 + 5

Deret pertanyaan 3

  • 5 -1
  • 15 - 5

Jawaban untuk semua soal nomor 1 adalah “4” dan jawaban untuk semua soal nomor 2 adalah “10”.

Contoh deret pertanyaan Biologi:

Deret pertanyaan 1

  • Bebek adalah hewan yang termasuk keluarga..
  • Berdasarkan habitatnya, katak termasuk hewan..

Deret pertanyaan 2

  • Merpati adalah hewan yang termasuk keluarga..
  • Berdasarkan habitatnya, penyu termasuk hewan..

Deret pertanyaan 3

  • Disebut apakah hewan dari keluarga unggas?
  • Disebut apakah hewan yang bisa hidup di air dan di darat?

Jawaban untuk semua soal nomor 1 adalah “Aves” dan jawaban untuk semua soal nomor 2 adalah “Amfibi”.

Membedakan kalimat pertanyaan untuk jawaban yang sama adalah teknik untuk memastikan murid mengolah otaknya untuk berpikir, bukan mengingat hapalan atau menghapal jawaban temannya.

Pilih satu deret pertanyaan untuk satu murid, lalu mulailah berkeliling kelas mewawancarai mereka satu per satu. Pada saat memberikan pertanyaan, guru harus menggunakan bahasa lisan menyerupai suasana mengobrol; jadi guru tidak membaca pertanyaan melainkan mengajak murid berdiskusi.... mewawancara. Minta murid menjelaskan jawabannya dengan singkat lalu buatlah penilaian-penilaiannya secara diam-diam.

Dengan cara mewawancarai murid per individu, guru akan lebih mudah menilai apakah muridnya paham atau tidak atas suatu materi. Karena antara guru dan murid terjadi dialog, ini yang penting. Jika guru dapat mengontrol pembicaraan dengan muridnya, waktu yang dibutuhkan untuk keseluruhan proses wawancara bisa hanya sekitar 45-60 menit saja, tergantung mata pelajarannya.

Semua ini dilakukan hanya demi memastikan setiap murid memahami materi pelajaran yang diajarkan guru.

Pesan yang bisa diberikan guru untuk muridnya adalah bahwa mereka harus memahami materi pelajaran. Bahkan untuk menghadapi soal-soal ujian, jika murid paham apa yang ditanyakan, mereka akan lebih mudah mencari jawabannya. Sama seperti orang dewasa menghadapi persoalan hidup, jika kita paham situasi yang terjadi, kita akan lebih mudah mencari solusinya.

Demikian metode wawancara untuk mengetahui tingkat penguasaan materi murid di kelas. Selamat mencoba dan semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun