Mohon tunggu...
Ronald Dust
Ronald Dust Mohon Tunggu... Seniman - Seniman Musik dan Jurnalis

Seniman Musik dan Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menulis Puisi Rima Beraturan

10 Maret 2017   16:48 Diperbarui: 11 Maret 2017   02:00 963
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.subtlepatterns.com

Saya baru post sebuah puisi dengan judul Kamu Yang Muda. Puisi ini dibuat dengan metode rima beraturan. Saya juga menentukan jumlah suku kata dari setiap barisnya sebanyak 10 suku kata.

Metode rima beraturan ini memang sedikit menantang, tapi kita bisa ambil manfaatnya. Dengan mengatur baris menjadi sama sekian suku kata dan rima-nya ditentukan, kita dituntut untuk mencari lebih banyak pilihan-pilihan kata.

Tidak hanya itu, kita juga sekaligus berlatih mengolah pola kalimat karena dalam metode ini, ada saat dimana kita harus merubah kalimat aktif menjadi pasif atau merubah posisi obyek ke posisi subyek. Ini dilakukan untuk menyesuaikan kalimat dengan ketentuan yang kita buat sendiri. Menyenangkan sekali!

Contoh merubah pola kalimat:

  • Ia berbisik “untuk bersenang”.
  • “untuk bersenang” ia berbisik.

Hanya agar rima akhirnya berbunyi (i).

Kita juga berlatih untuk mengolah pola kalimat yang setiap katanya memiliki fungsi kata. Kita melakukan ini dengan hati-hati agar makna kata per kata atau kalimat per kalimat tidak berubah.

Contoh perubahan makna akibat perubahan pola kalimat:

  • Racuni diri yang tersakiti → Subyek meracuni diri orang yang tersakiti.
  • Yang tersakiti racuni diri → Siapa yang tersakiti meracuni diri sendiri.

Demi menciptakan suara yang seirama juga ketika puisi dibacakan, saya membedakan rima berupa huruf vokal dengan diftong (seperti “kerbau” = au, “santai” = ai).

Sering juga kita harus menambah atau mengurangi imbuhan untuk mendapatkan jumlah suku kata sesuai ketentuan. Hati-hati mengolah imbuhan karena penggunaan imbuhan bisa merubah makna juga.

Contoh perubahan imbuhan yang tidak aman:

  • Jangan khawatir awal cinta. → Memiliki presepsi bercabang.
  • Jangan khawatirkan awal cinta. → Baik

Contoh perubahan imbuhan yang aman:

  • Yang di akhirlah yang menentukan.
  • Yang di akhirlah yang tentukan.

Keduanya bermakna sama.

Cobalah sekali-sekali metode ini.. menyenangkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun