5. Masyarakat Pluralistik  dan iman Kristiani Â
Masyarakat pluralistik terbentuk dari  keberagaman latar belakang etnis, budaya dan agama ataupun  kepercayaan. Dalam konteks kehidupan masyarakat Indonesia, bangsa Indonesia diikat oleh falsafah hidup atau "Pancasila" sebagai ideologi Negara yang mempersatukan kebelbagaian potensi bangsa. Kemajemukan  sebagai sebuah kerangka yang mengakomodasi interaksi berbagai kelompok masyarakat dengan rasa saling menghormat dan toleransi satu sama lain. Tanpa konflik, mereka hidup bersama (koeksistensi) dan mewujudkan hasil yang dicita-citakan bersama.  Masyarakat plural adalah  salah satu ciri khas masyarakat modern yang sangat diperlukan dalam mencapai tujuan modernisasi, kemajuan  ilmu pengetahuan, dan pembangunan bangsa. Dalam masyarakat plural, dibutuhkan demokrasi yang dapat menghasilkan partisipasi dan komitmen untuk mencapai tujuan bersama.  Namun demikian, pluralisme agama  belum tentu sesuai dengan pemahaman masing-masing agama karena masing-masing keyakinan bersifat absolut. Pluralisme agama (Religious Pluralism) jangan disalahmengertikan dengan 'toleransi', karena istilah 'Pluralisme Agama'  adalah berbeda sama sekali. Dalam tradisi Kristen sendiri, terdapat tiga cara pendekatan teologis terhadap agama lain :
- Eksklusivisme: Pendekatan  yang memandang hanya orang-orang menerima Alkitab (Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat) yang akan diselamatkan. Di luar itu, tidak ada  keselamatan.
- Inklusivisme : Pendekatan yang berpandangan, meskipun Kristen adalah  merupakan agama yang benar, tetapi keselamatan juga mungkin terdapat pada agama lain.
- Pluralisme: Pendekatan yang memandang semua agama adalah jalan yang sama-sama benar sehingga  tidak ada agama yang dipandang lebih superior dari agama lainnya.
Didalam Negara Pancasila setiap warga dan agama memiliki kebebasan untuk memilih salah satu dari pendekatan tersebut diatas dalam konteks kesatuan dan persatuan. Memilih  salah satu pandangan diatas tidak boleh mengurangi semangat toleransi antar umat beragama dan hal ini sudah terbukti dapat dilakukan, saling menghormati antar suku dan ras dan agama meskipun berbeda-beda. Dalam menunaikan kepercayaannya  setiap kelompok agama tidak boleh mengganggu kenyamanan atau memaksakan kehendaknya kepada yang lain. Namun penting dicatat, sebagai agama misi maka sebagaimana agama-agama lainnya juga, setiap agama tidak boleh dilarang untuk memberitakan ajaran-ajaran agama-agama itu dan bagi mereka yang tertarik, dapat mempelajarinya secara terbuka dan apabila tertarik mereka pun dengan bebas dapat menganutnya atau berpindah kepercayaannya sesuai dengan undang-undang kebebasan untuk memeluk agama dan menjalankan ibadahnya. Tidak boleh ada yang menekan dan mengancam.  Agama Islam, Kristen, Hindhu dan Budha sudah seharusnya  memandang agamanya yang paling benar. Demikianlah didalam kekristenan, Alkitab mengajarkan bahwa kebenaran absolut hanya terdapat didalam Alkitab yaitu Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat satu-satunya. (bandingkan Yohanes 14:6, Kisah 4:12).  Dalam hal ini Alkitab tidak dapat menerima pendekanan inklusivisme  apalagi pluralisme dalam agama-agama.  Sejalan dengan itu, para penganut agama-agama termasuk Kristen, tidak dapat dilarang menjalankan ibadah dan memberitakan atau mengkhotbahkan apa yang mereka percayai.  Sebagaimana juga dengan ibadah dimesjid-mesjid yang disiarkan melalui pengeras suara maka agama Kristen  semestinya dapat juga melakukan hal yang sama, meskipun hal itu tidak dilakukan, karena memang belum diperlukan. Dengan demikian, sebagai wujud saling menghargai dan saling menghormati, seharusnya pembangunan rumah ibadah dan syiar agama-agama lain termasuk Kristen pun dapat dilakukan tanpa hambatan. Dalam kondisi ini maka orang Kristen dapat dengan leluasa mensyiarkan apa yang mereka imani, dengan tetap menghormati agama saudara-saudaranya. Inilah wujud nyata kerukunan umat beragama.
6. Dialog antar agama
Pada dasarnya manusia memiliki roh Allah  didalam dirinya sehingga, setiap manusia yang hidup,  memiliki keinginan  mencari siapakah Allah pencipta dan kebenaran itu. Alasan itu jugalah yang menyebabkan manusia menyadari adanya  kekuatan yang besar diluar dirinya yang mungkin belum ditemukannya sehingga keinginan itu melahirkan agama-agama. Karena itu dialog-dialog antar agama, antara lain dilakukan  untuk juga  menjelaskan ajaran agama lainnya serta implikasinya  bagi kehidupan bersama. Sebagai konsekuensi logisnya, melalui dialog tersebut mungkin seseorang akan menemukan kebenaran yang lebih dapat diterimanya tanpa mengurangi rasa saling memahami dan kerjasama antar agama sebagai sesama warga masyarakat majemuk. Alkitab menyebutkan bahwa Yesus Kristus adalah jalan satu-satunya kepada Allah dan jalan satu-satuya kepada keselamatan (Yohane 14:6 dan Kisah 4:12) maka umat Kristen harus menjelaskan hal ini  apabila ada pertanyaan didalam dialog-dialog tersebut. Akan tetapi dialog-dialog tersebut haruslah dilakukan dengan keseimbangan dan dalam semangat  kasih dan persaudaraan. Inilah landasan dialog antar agama, sehingga dialog dapat berlangsung dengan lancar, tidak saling menekan, memaksakan kehendak. Dialog yang baik akan dapat dicapai bila pijakan dasar ini sudah terbentuk dalam diri para pemimpin umat beragama. Melalui dialog ini para pemeluk agama dapat saling mengenal satu dengan yang lain, saling bertukar informasi tentang agama masing-masing, saling memahami dan terjalinnya rasa persaudaraan dan toleransi yang erat sebagai sesama anak bangsa. Toleransi dalam satu masyarakat majemuk, memungkinkan setiap orang dapat dengan bebas dan mudah membaca kitab suci agama-gama, mempelajari  dan mendiskusikanya baik sendiri maupun dengan bimbingan guru.  Sebagai konsekuensinya apabila didalam diaolog-dialog terebut pada akhirnya mengakibatkan lebih diterimanya salah satu agama yang lain dari yang selama ini dianutnya, maka  semua fihak harus menerima realita terjadinya koversi dari agama yang lama kepada agama yang baru yang lebih diyakininya.
7. Kesalehan  dan kedamaian  dalam  masyarakat pluralistik
Meningkatnya kegiatan ritualitas agama semestinya diikuti pula dengan semakin menurunnya tingkat kejahatan masyarakat. Namun, sangat memprihatinkan kejahatan tigkat tinggi seperti korupsi dengan nilai nominal yang fantastis dan sangat merugikan Negara,  ternyata masih terjadi dan dilakukan oleh para pemimpin masyarakat yang juga adalah tokoh agama.  Meningkatnya pelaksanaan ritualitas keagamaan semestinya meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat karena mereka  akan memiliki etos kerja dan etika bermasyarakat yang lebih baik. Diisinilah para pemuka agama ditantang untuk menampilkan peranan agama dalam memperbaiki kualitas manusia Indonesia. Bukan hanya memamerkan simbol-simbol yang tidak dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata yang meningkatkan kesejahteraan kehidupan bersama dalam masyarakat. Pengamalan ajaran-ajaran agama seharusnya semakin dapat memberikan kesejukan dan kebahagiaan bersama  dalam satu masyarakat pluralistik tanpa harus diikuti dengan pluralism agama.  Sebagai contoh, sejak dulu di Indonesia, banyak rumah sakit-rumah sakit dan sekolah-sekolah Kristen dan Katholik yang memiliki kualitas yang baik yang dapat dirasakan manfaatnya oleh semua orang tanpa membeda-bedakan agama. Hal seperti ini harus dipertahankan bahkan ditingkatkan.
8. Hak memeluk agama dalam masyarakat pluralistik
Sudah menjadi rahasia umum konsekuensi konversi atau  perpindahan agama dalam agama-agama mengakibatkan keretakan hubungan individu dan hubungan kekeluargaan bahkan ancaman berat. Tentunya hal ini sudah bertentangan yang seharusnya mengingat kebebasan memeluk agama dijamin oleh undang-undang dasar Negara dimana setiap warga negara bebas untuk menetukan pilihannya sendiri. Setiap warga masyarakat pluralistik harus menyadari bahwa toleransi dan keterbukaan memiliki konsekuensi terbukanya pilihan-pilihan dan adanya kebebasan untuk menetapkan pilihan itu sendiri sebagai iman individu. Disinilah, setiap individu boleh mempelajari lebih jauh apakah pilihan agamanya selama ini sudah tepat. Lebih dari itu,  kebangitan agama-agama jangan sampai diartikan hanya sebagai meningkat pesatnya penggunaan simbol-simbol keagamaan tanpa diikuti dengan peningkatan kualitas amal kebaikan  dan kerukunan antar umat beragama. Apalagi kebangkitan agama-agama yang hanya menimbulkan fanatisme sempit dan kebencian antara kelompok yang satu dengan yang lain. Tentu saja konsekuensinya masing-masing agama perlu memberikan pemahaman kepada setiap pemeluknya agar dapat memahami agamanya dengan sebaik-baiknya  agar para penganutnya tidak beralih  kepada agama lain. Apabila pemahaman yang seperti ini dapat ditata dengan baik maka penyiaran agama-agama dan perpindahan keyakinan dapat dimaklumi didalam satu masyarakat pluralistik.
Penutup :
Semakin pluralistiknya masyarakt di zaman teknologi informasi sekarang ini tidak mungkin lagi dapat dihalangi. Sebagaimana agama-agama besar lainnya,  umat Kristen diperintahkan untuk mengabarkan Injil (Kabar Baik) yaitu, pengampunan dosa dan kehidupan yang kekal akan dianugerahkan oleh Allah kepada setiap orang yang mau bertobat, meninggalkan perbuatan-perbuatannya yang jahat dan percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat pribadi, yang menebus mereka dari segala dosa.  Perintah ini jelas dimandatkan oleh Yesus kristus : "Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:18-20). Orang Kristen hanya disuruh mengabarkan saja, sedangkan yang memberikan pencerahan dan mengakibatkan percaya adalah Tuhan sendiri dalam hal ini "Roh Kudus"  dan tidak dapat dipaksakan dengan cara apapun oleh kehendak manusia. Selain itu Yesus Kristus memerintahkan agar pemberitaan Kabar Baik (Injil) dimana saja di seluruh dunia harus ditopang oleh kesaksian perbuatan yang baik (kebaikan hati)  sebagaimana tertulis : Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang,  supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan  Bapamu yang di sorga." (Matius 5:16). Demikianlah orang Kristen dapat memainkan peranannya hidup didalam masyarakat pluralistik dengan memberikan kontribusi terbaik dalam masyarakat.