Mohon tunggu...
Humaniora

Fatalnya Konsekuensi Dosa Asal

14 Februari 2017   15:13 Diperbarui: 15 Februari 2017   12:47 4289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendahuluan :

Kalau Tuhan Allah Maha Kuasa,  mengapa begitu banyak kejahatan dan kesusahan didunia ini ?  Alkitab  menjawabnya, karena dosa asal  yang diwariskan oleh Adam dan Hawa. Karena dosa mereka, alam menjadi rusak, bumi telah dikutuk oleh Tuhan.  Alam menjadi tidak nyaman untuk dihuni.  Semakin banyak bencana alam dan sakit penyakit, serta kejahatan moral pun cepat berlipat ganda. Kejahatan spiritual juga terus menerus, menyesatkan umat manusia kepada kebencian, permusuihan dan perang.  Mengapa dulu  Tuhan membiarkan setan menggoda Adam dan Hawa serta berdosa melanggar perintah Tuhan ?  Kitab  Ayub menjawab,  Allah, mengizinkannya (Ayub 2:6). 

Mengapa sampai demikian fatalnya konsekuensi dosa asal ?  Kata dosa,  dari bahasa Sanskerta, dalam bahasa Indonesia, digunakan untuk mengartikan suatu pelanggaran terhadap perintah Yang Maha Kuasa.   Terutama  agama-agama Samawi (Kristen, Yahudi dan Islam)  memahami  dosa itu  sebagai pelanggaran terhadap hukum Tuhan dan yang memiliki konsekuensi hukuman dunia dan akhirat.   Menurut agama Budha,   dosa tetap dosa, tidak dapat dihapus. Budha mengajarkan bertobatlah dan lakukan sebanyak-banyaknya kharma yang baik. Karena  itu untuk mencapai moksha, perjuangan manusia adalah  mematikan nafsu duniawi.  

Sebaliknya, untuk menghapuskan hukuman kharma, penganut Hindu melakukan upacara korban suci guna menjaga keharmonisan hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta dan mendatangkan sejahtera bagi manusia. Selain itu,  dosa juga dapat dihapuskan juga lewat tapa, brata, yoga, dan samadhi. Baik Budha maupun Hindu percaya adanya reinkarnasi  (terus menerus lahir kembali) ke dunia yang lebih buruk atau lebih baik sesuai dengan perbuatan semasa hidupnya. Menurut agama Yahudi, dosa adalah pelanggaran terhadap Firman Allah dan dapat dihapus dengan bertobat memohonkan ampunan dari Tuhan. 

Sementara itu menurut  Agama Islam, dosa yang besar maupun kecil adalah terjadi sebagai akibat pelanggaran Hukum Allah. Dosa dapat dihapus dengan memohon ampun kepada Allah, taubat, puasa dan berzakat  dan berhenti melakukan dosa.

Kontroversi  dosa asal

Seberapa  dalam sebenarnya   dosa asal telah menjerat  kehidupan umat manusia  ?   Doktrin dosa asal (the original sin),  banyak disalah mengerti  manusia di sepanjang zaman.  Tak terhitung banyaknya perdebatan dan kontroversi mengenai hal ini.  Banyak orang mengatakan bahwa dosa asal hanyalah menunjuk kepada dosa pertama yang dilakukan oleh nenek moyang kita, Adam dan Hawa.  Sebetulnya, bukan demikian.  

Dosa asal adalah  konsekuensi dari dosa pertama.  Jadi harus jelas apa beda dosa asal dengan dosa aktual. Dosa asal menjelaskan kondisi (status) manusia yang sudah jatuh, sehingga semua manusia dilahirkan ke dunia dalam kodrat berdosa sebagai akibat dari dosa Adam dan Hawa.   Sedangkan dosa aktual adalah dosa-dosa  yang dilakukan  umat manusia karena mereka sudah menerima warisan dosa asal. Seperti dikatakan oleh Alkitab,   manusia  menjadi berdosa bukan karena  manusia melakukan perbuatan dosa.   Tetapi justru,   karena manusia  sudah berdosa maka manusia melakukan perbuatan dosa.  Dan,  karena manusia itu adalah orang berdosa maka perbuatannya  pun menjadi berdosa.   

Sebagai ilustrasi.  Apakah harimau disebut binatang buas karena dia menerkam kambing ?  Bukan. Harimau adalah binatang buas,  maka sesuai dengan naluri kebinatangannya yang buas,  harimau pun menerkam kambing. Demikian juga,  manusia dialam naturnya yang sudah jatuh  ke dalam dosa, tidak mungkin dapat  melakukan perbuatan yang benar dan yang suci.  Lalu mengapa keturunan manusia pertama itu  mewarisi natur berdosa ? Karena   mereka lahir dari Adam dan Hawa yang sudah jatuh ke dalam dosa. 

Sebagai binatang buas maka harimau  melahirkan   anak harimau  yang buas pula. Meskipun  bayi harimau belum makan daging,  namun pasti nalurinya tetap   buas dan pada saatnya akan  berburu daging.  Demikianlah juga natur manusia yang sudah jatuh didalam dosa.   Gereja-gereja Kristen sudah  sepakat bahwa dosa yang pertama  telah membuat manusia   menyimpang  hidupnya dari rencana  Tuhan yang semula.  Kok bisa ?   Ya memang demikianlah yang  tertulis dalam kitab Kejadian fasal 3,  yang  sama-sama digunakan oleh agama Kristen dan Yudaisme.  Tidak ada sumber lain mengenai apa penyebab dari menyimpangnya kodrat manusia.  Orang yang tidak dapat menerima pernyataan  Alkitab,  dapat melakukan  observasi lalu mencari sumber keterangan yang bervariasi,  dan menggunakan ratio mereka untuk menjawab pertanyaan ini,  lalu keluar dengan  berbagai jawaban yang kacau.

Dalamnya  konsekuensi  dosa manusia 

Setelah Adam dan Hawa diciptakan, Tuhan menempatkan mereka di Taman Eden, dan TUHAN Allah memberi perintah kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kau makan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kau  makan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati." (Kejadian 2 : 16-17)

  • Jatuhnya status manusia

Setelah melanggar perintah Allah dengan memakan buah terlarang Adam dan Hawa  diusir keluar dari taman Eden (sorga) bahkan Tuhan menempatkan kerub dengan pedang yang bernyala-nyala (kejadian 3:24).  Demikianlah manusia itu  tidak dapat lagi mendekati takhta suci Allah dan jauh dari standard  kebenaran Allah yang kudus dan mereka akan mati secara rohani dan jasmani. Mengapa hukumannya sampai seberat itu ? Kita tidak tahu. Memang demikianlah misteri Allah yang tertulis didalam  Kitab Suci (Kejadian 2:16-17) .  Tidak ada seorang pun yang dapat mengembalikan status manusia,  kecuali Allah sendiri yang menolong mereka.

  • Kematian rohani (kekal) dan dan kematian jasmani
  • Sudah diingatkan oleh Allah bahwa kematian adalah konsekuensi dari dosa Adam dan Hawa.  Kitab Roma bahkan menegaskan kembali Kalimat dalam Kitab Kejadian tersebut “upah dosa adalah maut” yaitu kematian (Roma 6:23).   Ada dua jenis kematian. Pertama, kematian rohani dan  kematian jasmani. Kematian rohani adalah kondisi terpisahnya manusia  dari Allah.  Karena dosa, manusia telah kehilangan kemuliaan daripada Allah (Roma 3:23).  Terputusnya hubungan manusia dengan Allah mengakibatkan manusia menjadi seteru Allah (Roma 5:10).  Manusia menjadi terpisah dari Allah (Yesaya 59:2).  Sementara itu kematian jasmani adalah dimana tubuh manusia akhirnya menjadi rusak dan akhirnya mati dan kembali kepada tanah. (Kejadian 3:19). 
  • Rusaknya hubungan antara sesama manusia
  • Kejatuhan manusia ke dalam dosa juga mengakibatkan rusaknya relasi antar sesama manusia. Setelah memakan buah itu, Adam dan Hawa saling menuduh dan menyalahkan, siapa yang memulai melanggar Firman Allah di taman itu.  (Kejadian 3:12-13).  Setelah itu, kejahatan pun terus  merembes ke dalam dunia,  sehingga hubungan sesama manusia pun dicemari oleh  berbagai kejahatan.  Kain membunuh adiknya Habel karena persembahan sang adik lebih berkenan kepada Tuhan. (Kejadian 4: 1-16 ).  Manusia berdosa menjadi mahluk yang egosentris,  lebih menuruti hawa nafsu sendiri,  cendrung saling mencelakakan  sesamanya baik dalam rangka mengejar kesenangan ataupun mempertahankan hidup. 
  • Alam  menghasilkan yang buruk
  • Bumi  juga dihukum Tuhan, sehingga  alam tidak lagi menghasilkan hasil-hasil yang sempurna. Tanah menumbuhkan semak belukar dan rumput duri meskipun  manusia telah bekerja keras mengolahnya. (Kejadian 3:18). Manusia dan keturunannya harus bekerja keras mengusahakan tumbuh-tumbuhan di padang  menjadi sumber makanan mereka sampai mereka mati dan tubuh mereka hancur dan kembali menjadi debu tanah karena dari sanalah mereka telah diciptakan Tuhan.
  • Rusaknya hubungan manusia dengan alam
  • Semula manusia diberikan mandat untuk mengelola, memelihara dan menata alam  dan memiliki hubungan interdependensi yang erat dan kuat. (Kejadian 1:28).  Namun dosa membuat manusia  bukannya memelihara tetapi  cenderung merusak alam demi kepentingannya sendiri.  Dosa telah membuat pikiran manusia terdistorsi, dan segala niatnya menjadi menyimpang dan hidupnya mendatangkan  akibat negatif kepada alam.  Manusia tidak dapat lagi dengan sepenuhnya mengelola alam dengan tulus hati, sehingga muncullah musibah dan bencana tanah longsor,  banjir dll. 

Kerusakan total umat manusia

Kerusakan umat  manusia  jelas  tidak  terbantahkan  (Roma 3:23).   Coba saja amati.  Secara universal  siapa yang menolak ungkapan berikut ini ? “tidak ada manusia yang sempurna” Dengan  statement ini,  sebetulnya manusia secara terang-terangan tidak dapat membantah bahwa setiap orang sudah cacat atau ada kekurangan. Kalau memang kodrat manusia itu  baik atau tidak berdosa, atau paling tidak,  adalah netral,  maka kita boleh berharap masih banyak umat manusia  yang sanggup berbuat baik sepanjang hidupnya.  Tapi faktanya hal itu tidak mungkin ditemukan dan pasti  manusia   selalu saja terjebak  kedalam perbuatan dosa, karena memang  didalam dunia ini, manusia hidup ditengah lingkungan yang sudah tercemar oleh dosa sebagai sumber kejahatan.  Sebaik-baiknya manusia berusaha berbuat baik,  di suatu saat dia  akan melanggar etika moral.  Mengapa demikian ? Karena  memang kebudayaan dan peradaban umat manusia sudah jatuh ke dalam dosa.   Selain itu,  kebudayaan, peradaban dan sistem kemasyarakatan adalah produk dari manusiia yang sudah jatuh ke dalam dosa. Kesemuanya itu menjelaskan betapa dalamnya kerusakan manusia yang  jatuh ke dalam dosa.

Mengapa  dilahirkan berdosa

Alkitab  dengan tegas menjawab, itulah hukuman yang dijatuhkan Tuhan kepada manusia  karena pemberontakan Adam dan Hawa kepadaNya.  Hukuman dijatuhkan bukan saja kepada Adam dan Hawa, tetapi juga kepada keturunannya dan kepada alam semesta. Sekali lagi ajaran ini terdapat didalam Alkitab Perjanjian Lama. Kalimat persisnya hanya ada didalam Alkitab (Kejadian 3 : 1 - 24).  Dalam menganalisa pernyataan Alkitab ini,  Santo Agustinus pada abad  pertama menyatakan  demikian. Setelah Adam, Hawa diciptakan,  sebagai ciptaan yang sempurna, mereka memiliki kebebasan memilih  (kemampuan) untuk tidak berbuat dosa dan bisa juga memilih untuk berbuat dosa. Tetapi mereka telah memilih melanggar atau memberontak kepada Tuhan.  

Mereka telah memilih untuk tidak patuh kepada Sang pencipta.  Setelah kejatuhan didalam dosa tersebut,  maka tidak mungkin lagi manusia untuk tidak melakukan dosa sepanjang hidupnya. Karena  itu tidak heran  jika kita tidak akan menemukan orang-orang yang sepanjang hidupnya tidak melakukan perbuatan dosa. Hal ini bukan berarti  manusia  tidak dapat melakukan hukum-hukum  Tuhan, tetapi manusia tidak dapat melakukannnya dengan sempurna.  Sejujurnya,  manusia melakukan hukum-hukum bukan lagi dengan motivasi demi  mematuhi Tuhah tetapi telah terkontaminasi, karena ada kepentingan lain dibalik itu, misalnya  untuk mendapat keuntungan bisnis, atau mendapat  nama atau pujian dari orang lain.   Hanya satu orang saja yang  sepanjang hidupnya tidak pernah berdosa, itulah Yesus Kristus. 

Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa? Apabila Aku mengatakan kebenaran, mengapakah kamu tidak percaya kepada-Ku ?  (Yohanes 8:46)    Dan Dialah yang akan datang menjadi hakim atas semua umat manusia yang berdosa pada hari kiamat dan hari pengadilan (Yohanes 5:22).  Martin Luther mengatakan tidak ada seorang pun yang dapat melakukan hukum Tuhan  dengan sempurna, yaitu “mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati dan mengasihi sesama manusia seperti mengasihi diri sendiri”.  

Mengapa manusia tidak dapat memiliki pemahaman yang  tuntas dan sempurna  di dalam dunia ini ?   Sebab, manusia  sudah cacat dan rusak termasuk kemampuan berpikirnya.  Setelah jatuh ke dalam dosa, daya pikir manusia jadi terbatas, daya ingatnya kurang tajam, malas, lebih suka santai dan berlambat-lambat, kurang menghargai waktu dll. Termasuk juga dalam memahami Kitab suci, tidak ada yang sempurna.  Tuhan sendiri yang akan memberikan penerangan dan pemahaman yang benar atas pikiran kita yang tidak semurna agar Tuhan  sendiri yang membukakan misteri apa saja tentang Dia kepada pikiran yang sudah rusak. 

Kalau hal tersebut yang terjadi, barulah manusia dapat memperoleh pencerahan ilahi. Yesus Kristus mengatakan tidak ada yang baik kecuali  Tuhan. Maksudnya,  kalau Dia  baik,  mengapa kamu ragu kalau  Dia adalah Tuhan ?   Disinilah tampak ketidakjujuran manusia, dan itulah akibat fatalnya dosa. Orang bertanya, “kapan Yesus Kristus mengakui diriNya Tuhan ?   Perhatikan dengan cermat kalimat  Yesus Kristus dalam Injil Yohanes 13 : 13  berikut ini.  “Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.” Hanya Roh Kudus yang dapat menolong manusia  terbuka dari selubung dosa sehingga dapat memahami perkataan luar biasa ini ini dengan jernih.

Keselamatan  adalah anuerah

Kalau hanya mengandalkan perbuatan baik, tidak mungkin manusia sanggup memenuhi standard Allah,  untuk memperoleh pengampunan dosa dan diselamatkan. Hanya oleh anugerah atau pemberian sukarela dari Tuhan, manusia dapat diselamatkan, karena amal ibadah manusia dihadapan Allah ibarat kain lap yang kotor (Yesaya 64 : 44). Allah Bapa sudah memberikan AnakNya Yang Tunggal yaitu Yesus Kristus, rela mati menanggung hukuman dosa.  Jadi betapa seriusnya konsekuensi dosa asal (the original sin) di hadapan Allah.  Allah tidak dapat berkompromi dengan dosa.  Inilah misteri yang sulit difahami dan diterima secara logika sehingga banyak orang dan agama-agama menolak pernyataan Yesus Kristus.

Dia memberikan gambaran yang telak dan jelas sekali mengenai diriNya dalam  Yohanes 6 : 44.  “Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman”. Yesus Kristus menjelaskan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat datang kepadaNya.  Perhatikan kalimat,   “dapat” datang kepadaKu, kalau tidak “ditarik”.   Kalau tidak Tuhan sendiri yang melakukan sesuatu terhadap manusia. Kalau Tuhan tidak menariknya.  Pernyataan ini menunjukkan  ketidakmampuan manusia,  dan betapa dalamnya manusia itu sudah jatuh ke dalam dosa sehingga manusia berada dalam keadaan status  “ terbelenggu oleh dosa,  mati didalam dosa, dan dibawah kuasa dosa).

Bagaimana agar manusia dapat datang kepada Tuhan ?

Jawabnya belenggu dosa asal itu  harus dilepaskan !  Manusia harus terlebih dahulu dibebaskan dari penjara dan ikatan dosa asal tersebut.  Siapa yang dapat melepaskan manusia dari belenggu dosa tersebut ? Roh Allah. Itu sebab Yesus Kristus mengatakan manusia yang lama tidak dapat datang sendiri kepada Tuhan. Orang berdosa harus dibukakan belenggu dosanya oleh Roh Kudus,  dengan cara mereka  harus kembali dilahirbarukan (born again).  Karena yang dilahirkan dari daging adalah daging, yang tidak dapat melakukan apa-apa bagi Tuhan. Tetapi yang dilahirkan dari Roh adalah roh.  

Nah, semua aliran kekeristenan sepakat mengenai kejatuhan mannusia.  Hanya saja,  sampai seberapa besar kecacatan  tersebut, gereja-gereja   berbeda pendapat.  Ada yang mengatakan bahwa  gambar Allah itu  tidak rusak  seluruhnya, tetapi sebagian saja, karena  manusia masih dapat  merespons Firman Allah.  Tetapi Santo  Agustinus mengajarkan,  bahwa kerusakan  yang terjadi adalah total. Manusia bukan saja terkena sakit penyakit tapi juga   kematian jasmani dan kematian kekal.  Diluar Tuhan (diluar anugerah)  kita tidak dapat berbuat apa-apa. Jadi masih ada debat yang besar sampai saat ini, sampai seluas apakah ruang lingkup  kejatuhan manusia itu.

Alkitab mengajarkan bahwa dosa asal itu sudah merusak segala sisi kehidupan umat manusia,  mencakup  jasmani  (tubuh manusia akhirnya menjadi lemah, penglihatan jadi kabur, sakit, dan mati),  roh dan jiwa juga tercemar (mudah tergoda bujukan setan).  Memang manusia masih mempunyai  otak untuk mengingat dan berpikir  tetapi  kemampuan berpikirnya sudah terdistorsi dosa. Logika manusia juga masih berfungsi tetapi  sering salah (error).  Manusia masih bisa menetapkan pilihan, tapi pasti sering meleset  kepada dosa, dan pertimbangan serta keputusan yang salah.

Penutup :

Memang manusia tetap dalam satus diciptakan menurut peta dan gambar Allah, tetapi  dengan kejatuhan didalam dosa, maka peta dan teladan Allah itu sudah mengalami kerusakan dan kehilangan kemampuan untuk  melakukan kebenaran dengan sempurna. Manusia masih tetap sebagai manusia ciptaan Allah yang memiliki tubuh,  roh dan jiwa  tetapi sudah dalam status yang jatuh dan segala konsekuensinya terutama tidak dapat mengenal kebenaran yang sejati kalau  bukan dianugerahkan oleh Allah didalam Yesus Kristus. Rasul Paulus menyimpulkan Kejadian pasal 3 itu dengan kalimat yang lebih mudah difahami, sebagai berikut “tidak ada yang benar, satu pun tidak, semua orang sudah berdoa dan kehilangan kemuliaan daripada Allah “ (Roma 3: 23).  Silahkan diobservasi dan buktikan sendiri. Siapa diantara umat manusia di dunia ini yang secara moral sempurna  hidupnya ?  Satu pun tidak ada. Tidak ada seorang pun. Semua sudah berdosa.  Tidak ada yang benar-benar melakukan kebaikan  yang murni. Itulah penilaian Tuhan.  kalau Dia menghakimi kita maka penghakimanNya pasti adil  dan  Dia akan menghakimi menurut standardNya yang suci, menurut kebaikanNya, dan menurut kebenaranNya dan kekudusanNya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun