Mohon tunggu...
Rona Jogi
Rona Jogi Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah

Hallo, selamat membaca tulisan saya :)

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Konflik Laut Cina Selatan: Upaya Indonesia melalui ASEAN untuk Menjaga Kedaulatan Nasional

30 Mei 2024   18:15 Diperbarui: 30 Mei 2024   18:45 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena Laut Cina Selatan (LCS) bukanlah hal baru pada konflik kontemporer geopolitik Asia Tenggara. Tiap tahunnya, intensitas ketegangan terus meningkat seiring berjalannya. Pasalnya LCS merupakan rute transportasi perdagangan dunia yang vital bagi industri logistik global dan merupakan subwilayah ekonomi penting di Indo-Pasifik. LCS menyimpan banyak kekayaan alam, seperti minyak, gas, ikan, terumbu karang, dan masih banyak lagi. Tidak heran LCS diperebutkan oleh negara yang berkonflik, mengingat besarnya potensi ekonomi dikawasan tersebut. Sebagai negara yang bertetangga langsung dengan LCS, konflik ini bukan sekadar isu regional bagi Indonesia, namun juga dapat menyangkut aspek kedaulatan dan keamanan nasional. 

LCS diperebutkan oleh berbagai negara, termasuk Cina, Taiwan, Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Klaim Cina terbaru atas wilayah ini yang dikenal dengan "ten dash line" sangatlah luas, mencakup sebagian besar perairan LCS dan merambah ke ZEE negara lain. Indonesia sendiri tidak memiliki klaim teritorial langsung yang tumpang tindih, namun perairan Natuna sering kali dimasuki oleh kapal-kapal Cina, inilah salah satu yang menimbulkan masalah kedaulatan Indonesia. 

LCS telah lama menjadi pusat sengketa teritorial, dengan klaim sejarah yang saling tumpang tindih dan sering bertentangan. Garis sembilan putus" Cina mencakup sebagian besar Laut Cina Selatan, yang menjangkau hingga Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) beberapa negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Secara historis, Indonesia menyatakan tidak memiliki klaim teritorial yang tumpang tindih dengan Cina. Bagi Indonesia, masuknya armada kapal nelayan dan kapal penjaga pantai Cina ke perairan Natuna merupakan ancaman langsung. Insiden ini mengikis kedaulatan Indonesia dan menantang otoritasnya di ZEE, yang menimbulkan risiko signifikan bagi keamanan maritim dan harga diri nasional.

ASEAN, sebagai organisasi kawasan, memiliki peran penting dalam menghadapi konflik di Laut Cina Selatan. Peran krusial ASEAN diperlukan untuk menengahi permasalahan di wilayah ini, mengingat banyaknya negara anggotanya yang berbatasan langsung bahkan memiliki permasalahan langsung dengan LCS. Inilah yang menjadi kritik besar atas eksistensi ASEAN pada konflik LCS. Kasus ini telah lama sekali berlangsung dan upaya ASEAN dalam berbagai perundingan untuk kasus ini sering berujung buntu. 

Meskipun banyak pesimisme terhadap ASEAN, ASEAN masih dapat mengambil peran penting dari konflik ini. Disinilah Indonesia dapat mengupayakan kepentingannya melalui ASEAN. Melalui ASEAN, Indonesia dapat dengan konsisten untuk menginisiasi untuk melakukan pertemuan-pertemuan yang membahas konflik ASEAN. Indonesia dapat menjadikan ASEAN sebagai meja berunding antara Cina dan negara-negara yang berkonflik pada LCS. Selain itu, melalui pertemuan-pertemuan tersebut, Indonesia juga dapat mendorong serta mengingatkan akan terus tetap berkomitmen pada Code of Conduct (CoC). Langkah penting dengan pendekatan COC dapat mengikat secara hukum antara negara-negara ASEAN yang berkonflik dan China. COC ini perlu mencakup mekanisme penyelesaian sengketa yang jelas, aturan untuk mencegah insiden maritim, dan ketentuan untuk menjamin kebebasan navigasi dan penerbangan. COC yang efektif akan menjadi fondasi bagi perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut.

Penting sekali Indonesi terus mengupayakan untuk dapat membantu penyelesaian konflik LCS. Meskipun tidak terlibat langsung, tetapi Indonesia dapat terkena dampak langsung. Indonesia sebagai negara yang memiliki pengaruh pada kawasan memiliki andil besar. Terus berkembangnya konflik ini dapat memicu semakin banyak keterlibatan pihak asing dari luar kawasan, ini pun dapat mempengaruhi kedaulatan Indonesia sebagai negara yang memiliki pengaruh, Tak hanya itu, keterlibatan pihak dapat sebagao pemicu skala konflik yang lebih besar dan mengganggu stabilitas kawasan. Hal yang paling buruk ialah eksistensi laut Natuna. Kapal-kapal Cina sering kali melanggar batas ZEE Indonesia di sekitar Kepulauan Natuna. Tindakan ini dapat mengancam keamanan dan kedaulatan Indonesia, serta menunjukkan bahwa China tidak menghormati batas-batas wilayah laut yang ditetapkan oleh Indonesia.

Cina merupakan salah satu negara terbesar sebagai mitra kerja sama Indonesia maupun ASEAN. Penting untuk Indonesia mempromosikan kedamaian pada LCS agar tetap terjalinnya kerja sama tersebut. Mempromosikan kedamaian pada LCS memang membutuhkan banyak usaha yang melibatkan berbagai elemen. Dengan komitmen yang pasti, Indonesia melalui ASEAN dapat menciptakan lingkungan yang stabil dan damai di LCS. Ketika tercapainya perdamaian LCS, ini bisa sebagai contoh keberhasilan kerja sama zona sengketa sebagai perdamaian internasional. Dengan begitu dapat berkurangnya national insecurity maupun stabilitas kedaulatan Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun