Mohon tunggu...
Rona Budiawan
Rona Budiawan Mohon Tunggu... Lainnya - rona_inlife

Dapatkan keajaiban dari membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Childfree Memicu Pergaulan Bebas

2 September 2021   22:26 Diperbarui: 2 September 2021   22:27 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.bijzondere.com

Di Eropa dan Amerika istilah child free sudah tidak asing karna banyak orang di negara tersebut memiliki pemikiran seperti itu dengan mempertimbangkan berbagai faktor,alasan yang paling logis bagi mereka adalah kesibukan yang padat sehingga menimbulkan ketakutan tidak bisa mengurus anaknya dengan baik,selain alasan itu,penyebab lainnya muncul dari gaya hidup,tingkat ekonomi,pergaulan sosial dan psikologis yang menggiring mereka menganut pemikiran childfree.

Semakin bertambahnya usia biasanya pemikiran mengenai child free berlahan luntur,dan keinginan memiliki momongan pun timbul.

Mereka juga mempercayai bahwa untuk memiliki anak di perlukan mental dan ekonomi yang kuat,agar bisa mengurus dan membentuk anaknya menjadi orang baik dan bermanfaat untuk banyak orang.

Untuk mencapai mental dan ekonomi yang kuat,orang Eropa dan Amerika biasa menikah di usia yang benar-benar matang,yaitu kisaran 30-40 tahun,dan memutuskan memiliki momongan di usia 33-40 tahun,selain itu jarang di negara-negara tersebut memiliki anak lebih dari dua.

Pergaulan di negara Eropa - Amerika bisa di sebut dengan pergaulan bebas,hubungan seksual sebelum menikah di anggap hal yang lazim jika di dasarkan keinginan bersama,sehingga menikah di usia tua tidak menjadi masalah bagi mereka,dan tidak memiliki anak pun bukanlah hal yang di anggap memalukan.

Di setiap daerah tentu memiliki adat budaya dan perilaku sosial yang berbeda,tak jarang penilaian di antaranya saling berseberangan dan di anggap melanggar norma-norma adat maupun agama.

Di indonesia dengan mayoritas penduduknya beragama muslim sistem pemikiran childfree sangat bertentangan dengan ajaran islam,karna anak merupakan investasi dunia dan akhirat dalam artian luas.

Istilah banyak anak banyak rejeki juga bukan merupakan isapan jempol belaka,jadi jangan kuatir mengenai rejeki karna telah di atur allah,tinggal bagaimana kita mengusahakannya.

Idealisme mengenai Childfree juga di anggap merusak peradaban manusia karna semakin besar penganutnya maka kepunahan umat manusia akan semakin dekat.

Di sisi lain pola pikir childfree juga dapat memicu pergaulan bebas,yang mana waktu bercengkrama dengan anak akan di gantikan dengan bergaul kesana-kemari yang bisa menimbulkan efek candu untuk menghilangkan kepenatan dalam menjalani tekanan hidup.

Pergaulan bebas memang tidak selalu bersifat negatif,tapi dampak berkepanjangan akan menimbulkan efek tidak lazim pada pembentukan pola hidup yang menggiring pada titik jenuh yang menjerumuskan kepada hal yang tidak baik.

Pro dan kontra akan terus berbenturan mengenai childfree,yang perlu di pahami adalah anak merupakan anugerah terindah dalam kehidupan,jadi berpikirlah seribu kali untuk memilih childfree,karna banyak di luar sana pasangan yang mendambakan hadirnya buah hati.

Walaupun Indonesia terkenal dengan budaya timur yang penuh toleransi,bukan berarti pemikiran child free mudah di terima,maka bersiaplah menghadapi gunjingan sosial, karena pada dasarnya pemahaman ini akan sangat tidak bersahabat di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun