Pada praktik pembelajaran berbasis masalah yang saya terapkan di kelas memiliki beberapa tahapan, yaitu guru memberikan stimulus berupa sebuah masalah kontekstual yang terkait dengan materi konsep yang sudah dipelajari sebelumnya, kemudian guru mengecek pemahaman siswa mengenai langkah-langkah dalam penyelesaian masalah tersebut melalui tanya jawab klasikal. Setelah itu siswa diminta untuk berdiskusi dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah tersebut melalui lembar kerja peserta didik (LKPD). Mereka juga dapat melakukan eksplorasi sumber belajar lain, misalnya bahan ajar dari guru, buku referensi dan lain-lain. Guru dapat memberikan bimbingan kepada setiap kelompok sekaligus melakukan observasi penilaian terhadap keaktifan dan kontribusi setiap siswa.Â
Setelah dirasa cukup waktu untuk diskusi kelompok, guru memberikan kesempatan bagi setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil penyelesaian masalahnya. Dari situ akan terlihat tingkat kemampuan siswa dalam pemecahan masalah kontekstual yang diberikan. Selain itu, akan terlatih juga kemampuan komunikasi dan berpikir kritis dari masing-masing siswa. Guru berkewajiban memberikan umpan balik, penekanan materi jika ada konsep yang keliru dalam pemecahan masalah siswa, dan yang tidak kalah penting adalah guru memberikan evaluasi dan apresiasi atas kinerja mereka, sehingga hal itu dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam belajar.
Kegiatan tersebut dapat dilakukan berulang-ulang dalam pembelajaran di kelas. Jadi tidak melulu materi konsep yang diajarkan, namun masalah kontekstual yang terkait konsep yang sedang dipelajari juga merupakan sesuatu yang wajib diberikan sebagai bagian dari latihan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada siswa, dan pada gilirannya nanti menjadi sebuah skill yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H