Aspek lain yang paling penting, adalah kemandirian pelaku industri, mari sama-sama percaya bahwa pelaku industri di NTB ini adalah orang-orang hebat yang mampu mandiri tanpa intervensi penuh dari Pemerintah, bahwa kaum muda di NTB ini adalah calon orang-orang hebat yang mampu mengkonkritkan ide-ide mereka di sektor olahan tanpa campur tangan Pemerintah yang terlalu dalam. Mari percaya, bahwa orang-orang itu adalah roh masyarakat NTB, Nasrin adalah contoh terbaiknya.Â
Dalam diam, dengan sedikit intervensi Pemerintah, beliau bisa besar dalam gemilang dengan olahan kelornya. Masih banyak contoh yang lain, yang penulis temukan sendiri dalam dinamika industri di NTB. Mungkin karena senyap, minim publikasi, atau karena sibuk membangun usaha olahannya, orang-orang ini cenderung tidak terdengar sebagai sosok tokoh kemandirian pelaku industri di NTB.Â
Dalam hal ini Pemerintah cukup mendampingi, menfasilitasi dan menjembatani serta mengembangkan aksi yang telah mereka lakukan. Itulah konsep kemandirian industri di NTB. Dan kita punya akar budaya untuk mandiri. Mengolah sendiri, bekerja sendiri, Pemerintah memfasilitasi perizinan, legalitas dan kemasan, serta memberikan dorongan dalam hal apa yang mereka butuhkan untuk menjadi mandiri. Mones, salah satu pelaku industri mandiri yang penulis maksud.Â
Dalam diamnya, Muhamad Hafidz, owner IKM Mones mencoba melawan hegemoni pabrikan besar di sektor cuci piring dengan mengkreasikan sendiri sabun cuci piring produksi NTB. Kata hegemoni ini penulis kutip dari wawancara tim media Disperin NTB dengan M. Hafidz selaku narasumber. Bahan bakunya mungkin masih dari luar NTB, tapi mesin saponifikasinya jelas buatan SMK 2 Kuripan -- Lombok Barat. Ini fakta yang mungkin belum banyak publik tahu. Pemerintah memfasilitasi perizinan dan legalitas usahanya. Bukti konkrit bahwa konsep sistem inovasi melalui kombinasi ABG diatas sudah berjalan di akar rumput NTB.
Mendorong kemandirian pelaku usaha di NTB, secara cerdas diterjemahkan oleh Bang Zul dan Umi Rohmi sebagai industrialisasi NTB. Bahwa mereka berdua, dengan kecerdesan akademiknya, melihat bahwa embrio-embrio kemandirian itu telah terbangun di NTB, tinggal kemudian Pemerintah hadir untuk mendampingi, menjembatani dan mengelola semua embrio itu dalam sebuah wadah yang dinamakan industrialisasi. Ini hal yang jarang dilihat secara komprehensif oleh banyak pihak.Â
Bahwa embrio kemandirian itu sudah terbangun lama, bahwa kemandirian itu ada dalam diri pelaku usaha di NTB, hanya perlu digedor dari tidur panjangnya, bahwa iklimnya harus ditumbuhkan, bahwa ide mereka adalah ide-ide besar yang jika dikonkritkan akan menjadi sebuah aksi besar untuk menuju kesejahteraan bagi masyarakat NTB. Konsep kemandirian pelaku industri inilah yang menjadi roh industrialisasi NTB itu sendiri.Â
Berdiri sejajar, bergerak bersama, mengolah komoditas dan membrandingnya sebagai produk NTB. Pemerintah hadir dalam mengidentifikasi apa saja yang dibutuhkan untuk menjadi mandiri sebagai sektor wirausaha. Ketika mereka sudah mandiri, adalah kewajibannya untuk menyalurkan ilmu kemandirian mereka kepada bibit-bibit muda di sekitarnya untuk menjadi mandiri seperti mereka. Pun dengan kehadiran dari Pemprov NTB sebagai jembatan tentu saja.Â
Dan konsep inilah yang secara bertahap sedang dibangun oleh Pemprov NTB melalui industrialisasinya. Untuk kedepannya, akan menjadi ekosistem industri yang membentuk iklim industri itu sendiri. Lalu mana buktinya bahwa ada pelaku industri yang mampu berdiri sendiri tersebut? Nasrin dengan teh kelor dan M. Hafdz dengan sabun cuci piring Mones nya adalah dua contoh, masih banyak contoh lainnya.Â
Sebagian sudah dipublikasikan dengan baik oleh tim media Dinas Perindustrian Provinsi NTB. Tinggal bagaimana kita menterjemahkan contoh-contoh tersebut dan mengisi ruang diantara mereka untuk menjadi jembatan dan inisiator kepada embrio-embrio lain untuk bergerak bersama mereka dan menjadi mandiri seperti mereka. Itulah ekosistem industrialisasi NTB, yang akan membentuk iklim industri di NTB. Industri berbasis kerakyatan, industri berbasis komoditas NTB, industri yang berbasis pada kemampuan rakyat NTB untuk bisa mandiri tanpa harus merengek-rengek meminta bantuan kepada Pemerintah. Semoga.
Dari narasi diatas, penulis bisa melihat bahwa industrialisasi di NTB memang belum gagal dan masih terus berproses menuju kea rah yang lebih baik. Industrialisasi NTB justru adalah mekanisme terbaik untuk membangunkan tidur panjang masyarakat NTB bahwa kita bisa untuk mandiri, secara bersama-sama. Industrialisasi NTB adalah sebuah perubahan paradigma di kalangan masyarakat NTB tentu saja, merubah mind set publik tentu saja bukan hal yang mudah, butuh proses, butuh kebijakan dan yang paling penting butuh dukungan dari seluruh pihak.