Mohon tunggu...
ROMO NTB
ROMO NTB Mohon Tunggu... Wiraswasta - muslim, plural, akar rumput

Aku adalah apa yang diinginkan Tuhan atas diriku

Selanjutnya

Tutup

Money

Industrialisasi NTB: Jalan Panjang Menuju Kemandirian

21 Maret 2022   17:34 Diperbarui: 21 Maret 2022   17:42 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mesinnya dibuat oleh orang NTB, digunakan oleh pelaku industri kecil di NTB, hasilnya dibeli oleh masyarakat NTB. Link and match tersebut yang menjadi konsep dasar industrialisasi NTB. 

Pengolahan komoditas menjadi apa, untuk kemudian diterjemahkan menjadi kebutuhan alat dan mesin seperti apa, hal tersebut lah yang menjadi roh dalam Perda Rencana Pembangunan Industri Provinsi (RPIP) NTB yang saat ini sedang memasuki tahap akhir di tangan para wakil rakyat kita di Udayana sana.

Sebagian pihak akan mengatakan, bahwa rancangan Perda ini adalah payung hukum. Bahwa masyarakat butuh aksi konkrit yang bisa menjadi indikator nyata dalam sebuah proses pembangunan. 

Apa yang sudah dilakukan industrialisasi NTB untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat? Pastinya ruang diskusi akan selalu terbuka untuk pertanyaan dengan konteks serupa di dunia maya maupun di warung kopi di sekitar kita. 

Mari kita flash back sejenak, pandemi COVID-19 di awal tahun 2020 kemaren adalah sebuah musibah dunia, namun kita di NTB bisa bertahan justru karena konsep industrialisasi yang sederhana seperti sering disampaikan Bang Zul dan Umi Rohmi. Bahwa kita bisa bertahan dengan tetap beraktifitas, melakukan proses pengolahan berbagai produk pelaku industri kecil, berbasis alat dan mesin yang sederhana, untuk sekedar menyambung hidup menghadapi badai pandemi. 

Disaat sektor yang lain kolaps, karena semua masyarakat stay at home, disaat harga barang naik karena jalur distribusi terganggu, para pelaku industri kita dengan tetap menjaga protokol COVID-19 tetap beraktifitas mengolah kelapa menjadi minyak kelapa, mengolah bahan baku menjadi sabun mandi dan sabun cuci piring ala NTB, mengolah ikan menjadi abon, mengolah daun-daun menjadi minyak cengkeh, minyak kayu putih dan minyak atsiri jenis lainnya, di beberaoa tempat, petani kopi kita tetap memetik kopi untuk diolah menjadi kopi, mengambil daun kelor sebagai bahan baku teh kelor, dan para penjahit kita dengan tekun menjahit ribuan kain menjadi masker, salah satu senjata andalan kita menghadapi pandemi COVID-19.

teh-kelor-623853abbb448662f60362e2.jpg
teh-kelor-623853abbb448662f60362e2.jpg
Teh Kelor Moringa KIDOM 

Mari berasumsi lagi, itu hanya stimulus, semua barang tersebut dibeli Pemprov NTB melalui program Jaring Pengaman Sosial (JPS) NTB Gemilang. Sebuah stimulus bukanlah sebuah kebijakan jangka panjang. Itu hanya sebuah aksi insidental untuk penanganan COVID-19 di NTB. Baiklah, semua asumsi tersebut adalah benar, namun dalam konteks tulisan ini, tentunya tidak akan melihat dan menjadikan program JPS kemaren sebagai pisau analisis, namun lebih kepada kemampuan kita untuk melakukan proses olahan dari bahan mentah menjadi barang jadi. 

Dalam jumlah yang besar, dalam waktu yang singkat. Apakah semua itu bisa dilakukan dengan cara yang konvensional, dengan metode yang selama ini kita pakai, tentu saja tidak, semua membutuhkan alat dan mesin, yang terintegrasi untuk menghasilkan produk olahan yang kita inginkan tentu saja. Sebuah proses pembelajaran panjang, learning by doing mechanism yang harus dijalani oleh masyarakat NTB untuk menuju kesejahteraan yang lebih baik. 

Bahkan negara-negara yang sekarang kita sebut sebagai negara industri butuh waktu berpuluh-puluh tahun untuk mencapai levelnya saat ini. Success story mereka memang luar biasa, namun pernahkah kita mengelaborasi perjuangannya sampai ke tahap saat ini? Mungkin itu akan memberikan perspektif yang juga berbeda.  

Jika dalam perjalanannya, banyak sektor yang belum tergarap, banyak pihak yang belum terlibat, ya justru itulah critical pointnya yang harus dimatangkan. Mengapa harus berharap bantuan dari Pemerintah ketika kemandirian para pelaku industri NTB justru adalah modal terbesar sebuah entitas. Kemandirian ketika mereka mampu berjuang mengkonkritkan ide mereka di sektor olahan, menjadikannya besar dan kemudian menjadi mentor untuk pelaku industri yang lain untuk terjun ke dalamnya dan memberikan kontribusi untuk perkembangan industrialisasi di NTB. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun