Mohon tunggu...
Romi Novriadi
Romi Novriadi Mohon Tunggu... -

Romi Novriadi Bekerja sebagai Pengendali Hama dan Penyakit Ikan Ahli Muda di Balai Perikanan Budidaya Laut Batam\r\n\r\nKorespondensi: Romi_bbl@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Money

Peningkatan Nilai Nutrisi Kedelai Melalui Teknik Pengolahan Lanjutan

24 Juli 2018   05:21 Diperbarui: 24 Juli 2018   05:24 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila menggunakan kedelai, produk yang dihasilkan juga memiliki level protein yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan proses tradisional, menurunkan level anti-nutrisi dan oligosakarida serta meningkatkan daya cerna pakan protein kedelai dimaksud. Bila kita merujuk pada tabel yang tercantum ditulisan ini, kita dapat melihat bahwa proses pengolahan lanjutan ini berdampak positif dalam meningkatkan level methionine dalam tepung kedelai dari 0.59% menjadi 0.75 -- 0.85%.  

Selain methionine, proses pengolahan lanjutan tepung kedelai ini juga mampu secara signifikan meningkatkan level asam amino lainnya seperti lysine, cysteine dan alanine. Asam amino sangat dibutuhkan oleh organisme akuatik sebagai substrat energi, sintesa protein, regulasi kinerja metabolisme hingga kepada penguatan sistem kekebalan tubuh dan fungsi fisiologis ikan. Ketidakseimbangan komposisi asam amino dalam pakan tentu akan berdampak negatif terhadap fungsi fisiologis yang disebutkan diatas.

Table 1. Analisis proksimat dan profil asam amino protein kedelai dihasilkan dari beberapa teknik pengolahan lanjutan: (1) Tepung kedelai komersial (TK) (2) konsentrat protein tepung kedelai hasil ekstraksi alkohol (KPA), (3) ekstraksi dengan perlakuan enzim (TKE), dan (4) tepung kedelai hasil fermentasi (TKF)

berat kering (dalam %)
TK1
KPA2
TKE3
TKF4
Protein kasar
43.67
64.93
62.55
52.87
Kadar kelembapan
11.86
8.55
7.25
7.28
Lemak kasar
1.03
1.00
1.48
0.9
Serat kasar
3.16
3.51
4.48
3.90
Kadar abu
5.78
6.26
4.31
7.6
Taurine
0.11
0.09
0.09
0.11
Hydroxyproline
0.01
0.07
0.01
0.05
Asam aspartat
4.92
6.84
7.01
5.83
Threonine
1.67
2.38
2.48
2.04
Serine
2.18
2.71
2.85
2.29
Glutamic Acid
7.75
10.44
11.00
9.48
Proline
2.00
3.29
3.28
2.69
Glycine
1.84
2.55
2.65
2.39
Alanine
1.91
2.63
2.72
2.36
Cysteine
0.64
0.80
0.84
0.70
Valine
2.08
2.94
3.08
2.70
Methionine
0.59
0.83
0.85
0.75
Isoleucine
2.08
2.95
2.88
2.47
Leucine
3.40
5.08
5.01
4.13
Tyrosine
1.35
2.50
2.22
1.83
Phenylalanine
2.30
3.33
3.26
2.68
Hydroxylysine
0.03
0.00
0.05
0.05
Ornithine
0.03
0.07
0.03
0.05
Lysine
2.64
3.88
4.00
3.38
Histidine
1.10
1.77
1.66
1.37
Arginine
3.12
4.44
4.48
3.64
Tryptophan
0.60
0.86
0.86
0.70
1
TK: Tepung kedelai komersil (Bunge Limited, Decatur, AL, USA)
2
KPK: Konsentrat protein tepung kedelai (Soycomil, Archer Daniels Midland, Decatur, AL, USA)
3
TKE: Tepung kedelai dengan perlakuan enzim (Nutrivance, Midwest Ag Enterprises, Marshall, MN, USA)
4
TKF : Tepung kedelai hasil fermentasi (PepSoyGen, Nutraferma, Protein and Biotech Products, Sioux City, IA, USA)

Sumber: Novriadi, R and Davis, D.A (2017): Research Update: Development of Plant-based Diets for Florida pompano Trachinotus carolinus. 7th International Conference of Aquaculture Indonesia (ICAI) 2017, October 26 -- 28, 2017, Solo, Indonesia

Perlu diingat bahwa dalam melakukan formulasi pakan, para pembudidaya diharapkan tidak hanya fokus kepada kandungan protein dan lemak. Hal ini karna besaran level protein atau lemak tidak selalu merepresentasikan keseimbangan nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan spesifik ikan yang dibudidayakan. 

Ketidakmampuan pakan menyediakan nutrient yang dibutuhkan akan berdampak negatif terhadap daya cerna, pertumbuhan dan fungsi fisiologis lainnya. Satu hal yang perlu diperhatikan bila menggunakan protein nabati sebagai sumber utama protein adalah perlunya penambahan atraktan untuk meningkatkan palatability pakan. Beberapa jenis atraktan dapat digunakan, namun yang paling tepat dalam pengembangan konsep perikanan yang berkelanjutan adalah dengan menggunakan hasil hidrolisis limbah pengolahan ikan. 

Konsentrat hasil hidrolisis ini selain memiliki komponen yang dibutuhkan untuk meningkatkan daya cerna juga merangsang penciuman ikan. Riset yang penulis lakukan dengan menggunakan hasil hidrolisis pengolahan cumi-cumi pada level 4% mampu meningkatkan laju konsumsi pakan, pertumbuhan dan bahkan mampu mencegah beberapa perubahan morfologi atau inflamasi di hati dan usus bagian belakang ikan. 

Namun sekali lagi, level atau konsentrasi atraktan yang digunakan harus berdasarkan kepada hasil pengamatan yang komprehensif. Perlu diwaspadai dan diketahui bahwa penggunaan atraktan di diatas level optimum yang dapat ditoleransi dapat menyebabkan efek toksik pada ikan.

Pada akhirnya formulasi pakan bukan hanya sekedar mencampur bahan baku dan dimasukkan kedalam mesin pencetak pakan. Namun jauh dari itu, sistem pengolahan dan karakteristik nutrisi dari masing-masing bahan yang digunakan harus diamati secara teliti. 

Selain untuk menghindari kesalahan perhitungan komposisi nutrisi, pembuatan pakan dengan menggunakan formulasi yang tepat juga mampu meningkatkan tingkat efektifitas dan efisiensi pakan selama proses produksi. Semoga informasi tentang beberapa teknik pengolahan lanjutan serta nilai nutrisi kedelai yang diperoleh dari beberapa proses pengolahan lanjutan ini dapat menjadi salah satu acuan dalam gerakan produksi pakan mandiri***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun