Mohon tunggu...
Romie Chandra
Romie Chandra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi main voli

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Lunturnya Budaya Gotong Royong di Indonesia

2 Desember 2024   10:31 Diperbarui: 2 Desember 2024   11:27 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Koentjaraningrat(1964), mendefinisikan bahwa gotong-royong merupakan kerjasama di antara anggota-anggota suatu komunitas. Selanjutnya, budaya gotong royong dibedakan menjadi tolong menolong dan kerja bakti. Budaya tolong menolong terjadi pada aktivitas pertanian, kegiatan sekitar rumah tangga, kegiatan pesta, kegiatan perayaan, dan pada peristiwa bencana atau kematian. 

Sedangkan budaya kerja bakti biasanya dilakukan untuk mengerjakan sesuatu hal yang sifatnya untuk kepentingan umum,entah yang terjadi atas inisiatif warga atau gotong royong yang dipaksakan. 

Kemudian gotong royong merupakan cita-cita tolong menolong rakyat Indonesia, seperti yang di ungkapkan oleh Hatta (1976) (dalam Merphin Panjaitan2016), bahwa sanubari rakyat Indonesia penuh dengan rasa bersama, kolektiviteit.

Kalau seseorang di desa hendak membuat rumah atau mengerjakan sawah ataupunditimpa bala kematian, maka ia tak perlu membayar tukang atau menggaji kuliuntukmenolongnya.Karena dia akan ditolong bersama-sama oleh warga desanya.

Indonesia bisa merdeka karena adanya semangat gotong royong, kebersamaan dan bahu membahu. Kini semangat tersebut agak ditinggalkan, salah satu penyebabnya adalah penggunaan uang atau dana sebagai tolok ukur yang cukup untuk partisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan. Dibeberapa desa bahkan secara nyata uang menjadi perusak semangat gotong royong warga desa. 

Kehadiran dalam sebuah kebersamaan pun terkadang diwakili dengan uang. Tidakhadir dalam gotong royong cukup bayar denda. Tidak hadir dalam pertemuancukup titip uang iuran. Tidak ikut kerja bakti cukup memberi sumbangan sifat emosional kebersamaan ini juga terjadi pergeseran nilai yang lebih mementingkan materialistik. Sekarang kebanyakan masyarakat berkalkulasi. 

Dengan uang yang dimiliki,masyarakat merasa bisa memperoleh apapun yang dibutuhkan. Rasa kebersamaan dan rasa persaudaraan itu tidak semua bisa dibeli dengan uang.

Teknologi yang semakin caggih membuat nilainilai kebudayaan dan sosialmulai luntur atau sudah jarang ditemui karena tidak ada yang mengembangkanbudaya tersebut yaitu kegotong royongan. Gotong royong adalah nilai budaya dansosial yang diturunkansecara turuntemurunolehnenekmoyang. 

Pada zamandulu kala masyarakat sering melakukan kegiatan gotong royong salah satunyabekerjabaktidilingkunganmasyarakatsekiratempattinggalnyaentahmembersihkan selokan, mengecat perabotan umum, menanam tanaman bersamaatau lainnya. Namun, dimasa sekarang ini mungkin jarang ditemui masyarakatyang melakukan gotong royong. 

Mungkin yang masih menjadi tradisi saat di hariuang tahun bangsa Indonesia, masyarakat masih melakukan gotong royong untuk menghiaslingkuanganmerekadengannuansamerahputihataunuansakemerdekaan menyambut atau ikut serta merayakan hari kemerdekaan bangsanya.

Namun disebuah perumahan jarang sekali mereka melakukan hal tersebut bahkanmereka sibukdengandunia mereka sendiri sibukdirumahbahkantidaksalinmelakukan kominukasi dengan tetangga sekitar, mereka lebih mengeluarkan uanguntuk membayar orang melakukan tindakan untuk memasang hiasan uang tahunbangsanya sendiri tanpa ada gotong royong dari lingkungan sekitar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun