Mohon tunggu...
Rumi Alfianor
Rumi Alfianor Mohon Tunggu... Mahasiswa - Instagram: @rumialfianor

"Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari." - Pram

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ust. Arif Utsman Nugraha, Lc. Ungkap Keistimewaan Bulan Syaban

30 Januari 2024   06:26 Diperbarui: 30 Januari 2024   06:31 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ust. Arif Utsman Nugraha, Lc. pada kajian islami di Masjid Hasanuddin Madjedie Banjarmasin, Senin, (29/01/24) seusai salat magrib berjamaah, mengungkapkan keistimewaan Bulan Syaban.

Bulan Syaban, ujar beliau, juga merupakan salah satu bulan yang sangat istimewa dan mulia. Karenanya, memuliakan dan mengistimewakan yang dimuliakan dan diistimewakan oleh Allah SWT merupakan tanda ketakwaan hati.

Salah satu keistimewaan Bulan Syaban, menurut Ust. Arif Utsman Nugraha, Lc. ialah pada bulan itu, diangkat oleh Allah SWT melalui malaikat-malaikatnya amalan-amalan kita selama satu tahun.

Dari Usamah bin Zaid, ia berkata: Aku bertanya pada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, aku tak melihat engkau berpuasa dalam sebulan sebagaimana engkau lakukan di bulan Sya'ban." Rasulullah menjawab, "Bulan itu (Sya'ban) adalah bulan yang banyak orang lalai darinya, karena berada di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Pada bulan Syaban, amalan diangkat kepada hadirat Allah, maka aku ingin amalanku diangkat selagi aku sedang berpuasa." (HR An Nasa'i)

Lebih lanjut, beliau menjelaskan, menurut para ulama, amalan itu diangkat di tiga waktu, harian, pekanan, dan tahunan. Di setiap harinya, malaikat silih berganti mengawasi kita, yakni di penghujung malam dan di penghujung siang. Sedangkan yang bersifat pekanan, ialah pada hari senin dan kamis.

Inilah, kata beliau, yang sering menjadi perhatian para salafussalih dan kalangan sahabat-sahabat, tabi'in, dan tabi'ut tabi'in. Di mana mereka selalu memperhatikan dan berusaha untuk menampilkan yang terbaik ketika hari itu amalan-amalan mereka diangkat oleh Allah SWT.

"Dijelaskan oleh Ibu Rajab Bin Hanbal dalam kitab Latha'if al Ma'arif, bahwa para tabiin ketika di hari yang mereka mengetahui hari itu adalah hari di mana amalan-amalan diangkat, mereka saling curhat dengan pasangan mereka. Sang istri, curhat kepada suami. Suami curhat kepada sang istri sambil meneteskan air mata dan mengatakan; 'Wahai suamiku, amalan kita akan diangkat, apa yang sudah kita lakukan, apakah kita sudah melakukan yang terbaik ataukah justru dalam hari ini banyak kekurangan yang kita kerjakan," ujar beliau.

Hal tersebut, merupakan bentuk muhasabah. Mereka senantiasa khawatir di penghujung hari, sebelum berganti pada hari yang lain. Dari sini, lanjut beliau, bisa kita ambil pelajaran bahwa kekhawatiran itu adalah suatu yang mulia. Terutama takut akan nasib kita kelak di hari kiamat.

Keterangan di atas sesuai dengan firman Allah SWT pada surah Al-Mu'minun ayat 60 yang terjemahannya; "dan orang-orang yang melakukan (kebaikan) yang telah mereka kerjakan dengan hati penuh rasa takut (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya."

Menanggapi ayat tersebut, 'Aisyah Radiallahu 'anha menerka bahwasanya mereka merupakan orang-orang yang meminum khamr dan mencuri. Dijawab oleh Rasulullah SAW, "Bukan itu, wahai bintu Shiddiq. namun mereka merupakan orang-orang yang (rajin) berpuasa, (rajin) shalat, dan (rajin) sedekah, namun mereka khawatir amal mereka tidak diterima." (HR. Tirmidzi)

Kemudian, beliau menutup kajian itu dengan sebuah kisah Utsman bin Affan Radiallahu 'anhu, yang pada suatu ketika beliau termenung dan terdiam memikirkan sesuatu, sampai ketika sahabatnya Umar bin Khattab Radiallahu 'anhu lewat dan menyapa serta memberikan salam kepadanya, ia tidak menjawabnya.

Ternyata ketika ditanyakan, "kenapa engkau berbuat demikian? Sahabatmu melewatimu, mengucapkan salam kepadamu, namun engkau tidak menjawabnya." Ternyata, Utsman bin Affan Radiallahu 'anhu sebagai mana kita ketahui, Nabi Muhammad SAW mengatakan, "Utsman fil Jannah." yang hal ini merupakan jaminan khusus dari Rasulullah SAW.

Cerita ini menggambarkan bagaimana Utsman bin Affan Radiallahu 'anhu sedang memikirkan sesuatu, ketika ditanya apa yang ia fikirkan, ia menjawab, "Nabi Muhammad SAW sudah meninggal dunia, sementara kita belum bertanya bagaimana bisa selamat di akhirat nanti," inilah yang senantiasa dimiliki oleh setiap hamba yang bertakwa yang terus memikirkan akhiratnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun