Mohon tunggu...
Romi Febriyanto Saputro
Romi Febriyanto Saputro Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan Ahli Madya Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Sragen

Bekerja di Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Sragen sebagai Pustakawan Ahli Madya. Juara 1 Lomba Penulisan Artikel Tentang Kepustakawanan Indonesia Tahun 2008. Email : romifebri@gmail.com. Blog : www.romifebri.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ketika Dongeng Kapten Tsubasa Menjadi Kenyataan

29 Juni 2018   14:11 Diperbarui: 29 Juni 2018   14:22 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: reuters.com)

Tim Shutetsu memainkan umpan-umpan pendek di wilayah sendiri dengan sesekali masuk kepertahanan Nankatsu. Tapi, tim yang dikapteni oleh kiper Wakabayashi itu kembali mengumpan bola ke belakang dan berharap pertandingan segera usai. Sialnya, Shutetsu gagal mempertahankan keunggulan. Mereka kebobolan di injury time, sementara Jepang tidak kebobolan lagi dari Polandia.

Kisah sukses Jepang tentu tak diperoleh dengan cara instan. Menurut  pelatih timnas U-22 Jepang, Yushasi Yoshida, sebagaimana dimuat Kompas, 9 Juli 2012, kesuksesan Jepang bukan dari tim senior, tetapi yang paling penting adalah tim nasional kelompok umur. Dalam Federasi sepak bola Jepang (JFA), memiliki sistem yang baik untuk mendidik berbagai tim dari kelompok umur, U-13, U-14, dan U-16. Mereka telah membangun program yang baik demi terciptanya timnas yang berkualitas.

Masih menurut Yoshida, pembinaan untuk pemain U-10 tidak boleh dilupakan. Demi mendapatkan teknik yang baik, mereka harus berlatih setiap hari, lagi, lagi dan lagi. Intinya keberhasilan Jepang adalah tim usia muda. Ajari terus pemain sejak mereka masih muda. Jepang sekarang membuat sistem kompetisi, di mana setiap minggu, selalu mengadakan laga untuk semua kelompok kategori umur. Banyak jam terbang sangat penting bagi pemain muda.

Hal yang diterapkan Jepang ini sama seperti yang dilakukan dalam pembinaan sepak bola Eropa. Untuk timnas ada dua kategori. Satu adalah tim sepak bola pelajar dan satu lagi tim yang berasal dari klub. Jepang banyak membuat pertandingan untuk kedua tim itu. Bahkan, tak menutup kemungkinan juga mereka akan saling bertemu dan bertanding. JFA juga mempunyai akademi sepak bola yang baik, begitu pula di setiap klub J-League yang mempunyai akademi kelompok umur masing-masing dan mereka juga memiliki talent scout di setiap klub yang hebat.

Cerita Yoshida ini mirip seratus persen dengan kisah Tsubasa yang sejak usia sekolah sudah ikut kompetisi sepak bola pelajar. Jika Indonesia ingin sukses seperti Jepang tentu tak ada cara lain kecuali dengan membangun iklim kompetisi sepak bola yang sehat sejak U-10 seperti cerita komik Tsubasa.

Mari kita tonton terus aksi Jepang melawan Belgia pada tanggal 3 Juli 2018. Semoga wakil Asia ini bisa meneruskan langkah sampai ke partai puncak seperti Kapten Tsubasa !

Ingat..."jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun